Pernikahan Kontrak Dengan Mantan Pacar Egois

Pernikahan Kontrak Dengan Mantan Pacar Egois

By:  Arunika Jae  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
36Chapters
325views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Di usianya yang sudah genap 27 tahun, bisa dikatakan Safira adalah seorang wanita sukses dengan bisnis bakery cake yang sudah memiliki cabang di beberapa kota besar. Hidupnya sudah ia anggap sempurna dengan dirinya yang sudah berhasil mencapai keinginan yang sejak dulu ia impikan menjadi seorang pebisnis. Namun semua yang ia anggap sukses ternyata masih terasa bukan apa-apa di mata kedua orang tuanya hanya karena dia yang belum menikah. Safira lelah dikenalkan hingga dijodohkan oleh orang-orang aneh yang dikenalkan ibunya. Sampai akhirnya ia bertemu Abhimana–mantan pacarnya ketika kuliah– yang ternyata juga menjadi target yang akan dijodohkan olehnya. Safira bingung. Apakah ia harus menikah dengan Bima atau laki-laki yang sama sekali tidak ia kenali?

View More
Pernikahan Kontrak Dengan Mantan Pacar Egois Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
36 Chapters
BAB 1 : PERNIKAHAN (AWALAN)
Apa itu pernikahan? Bagi setiap orang tentu pernikahan menjadi hal yang paling membahagiakan. Pernikahan seharusnya menjadi awal kebahagiaan untuk sepasang lelaki dan perempuan yang saling mencintai hingga berani berjanji di hadapan Tuhan untuk saling mencintai sampai maut memisahkan. Gaun yang indah, makanan yang berjajar rapi, tamu yang bersorak, hingga senyum dan doa-doa kebahagiaan yang akan selalu menyertai. Ya, begitulah pernikahan yang perempuan manapun inginkan. Namun bagaimana dengan Safira? Tentu pernikahan itu bukanlah suatu hal yang mudah apalagi yang membahagiakan. Meskipun di bayangannya sejak dulu, pernikahan akan menjadi salah satu momen paling sakral serta paling membahagiakan dalam hidupnya. Safira menatap dirinya yang sudah selesai dirias di depan cermin. Gaun pengantin yang menjuntai menutupi bagian atas hingga bawah tubuhnya benar-benar membuatnya terlihat elok nan indah. Safira tersenyum tipis–senyum untuk dirinya sendiri. Wanita itu sungguh tak ingin menye
Read more
Bab 2 : KOK BISA?
2 BULAN LALU "Tari ... kamu jadi pulang hari ini, kan?" Suara ibu langsung menyapa ketika Safira baru mengangkat panggilan. Hari ini wanita itu akan pulang ke Jakarta setelah selesai dengan urusan bisnisnya di Surabaya. Safira baru saja membangun cabang toko roti yang terletak di Surabaya dan sudah tiga bulan ia ada di kota ini untuk mengurus segala keperluan. Dan karena semuanya sudah selesai, ia berencana pulang hari ini. "Iya, Bu. Pesawatku nanti jam tujuh. Ini aku masih siap-siap." Ketika ibu menelepon, Safira memang sedang merapikan barang-barang untuk ia masukkan ke koper. Tidak banyak yang dibawanya, karena memang ketika ke pergi dia memang tak membawa begitu banyak barang. Hanya beberapa helai pakaian santai, pakaian dalam, baju formal yang digunakan untuk meeting, laptop, serta berkas-berkas. Barang-barang yang tidak begitu penting kebanyakan dibelinya langsung ketika sampai di Surabaya. Jadi ketika kembali ke Jakarta, dia hanya membawa apa yang dibawa ketika berangkat saja
Read more
BAB 3 : TAKDIR EMANG GAK KETEBAK
Kenapa bisa?Dengan sekuat tenaga, dengan keberanian yang berusaha ia kumpulkan agar terlihat kuat di depannya, Safira berusaha menatap mata lelaki itu. Teduh, dia masih menatapnya dengan cara yang sama seperti dulu. Tapi yang Safira lihat di sana adalah kerinduan dan kesedihan.Rindu? Nggak salah tuh?Lalu sedih? Kenapa sedih?Dengan tangan terburu dan rasa tak percayanya, Safira merogoh bagian dalam tas untuk mengambil ponsel. Ia harus memastikan sekali lagi, melihat sekali lagi, foto yang dikirim ibu kepadanya. Sialnya… Safira dengan tampang linglung nan bodohnya membandingkan foto di ponselnya dengan sosok di hadapannya sekarang. Matanya yang terlihat teduh, senyumnya yang begitu tulus …Dan ah … benarkah sosok di depannya ini adalah mantan pacarnya lima tahun lalu? Kenapa lelaki ini sangat terlihat berbeda? Apa hanya karena kacamata yang dikenakannya sekarang? Apa karena di foto kulitnya terlihat lebih putih? Atau karena perawakannya sekarang yang terlihat lebih seksi dan berisi
Read more
BAB 4 : MLBK (MASA LALU BELUM KELAR)
Safira sampai di rumah hampir pukul dua belas malam. Sepulang dari bandara, ia tak langsung pulang ke rumah dan malah memilih untuk duduk-duduk di taman perumahan rumah. Pikirannya berkecamuk. Safira merasa, takdir seolah-olah mempermainkannya.Perjodohan, Bima, Tante Nina yang sakit … oh tak adakah yang lebih buruk dari ini? Safira membuka botol air yang ia beli di supermarket. Menenggak airnya hingga tersisa separuh, berusaha menghilangkan rasa panas di tenggorokannya. Kenapa semua harus serumit ini?Apakah dia sungguh harus menikah dengan Bima?Apakah ia harus menuruti keinginan lelaki itu untuk memenuhi keinginan Tante Nina?Pernikahan yang hanya berumur setahun? Apa itu mungkin untuknya yang sejujurnya juga ingin memiliki pernikahan sekali seumur hidup?Haaa … Safira lagi-lagi menghela napas panjang. Ini terlalu berat untuknya.Menikah dengan Bima adalah hal yang paling tak pernah ia bayangkan sebelumnya.Setelah puas berpikir meskipun tak menemukan jawaban, gadis itu akhirnya
Read more
BAB 5 : MOVE ON? YAKIN?
Safira turun dari kamarnya sekitar pukul sembilan pagi. Suasana rumah sudah sepi, mungkin sang ayah sudah berangkat ke kantor. Dan ibunya yang merupakan fanatic tanaman pasti sedang ada di halaman belakang untuk mengurus tanaman-tanamannya di Greenhouse mini miliknya.“Bu.” Safira menyapa sang ibu yang sedang menyiram tanaman-tanamannya. Anita–ibu Safira mendongak, mengalihkan tatapan ke arah sang anak yang tersenyum lebar. Wanita berusia lima puluh tahunan itu berdiri. “Akhirnya bangun juga kamu. Sudah sarapan?”Safira mengangguk. Tentu ia sudah makan sekaligus mandi. Kalau tidak mengisi daya sebelum berbicara dengan ibunya, mana mungkin ia memiliki tenaga.“Sini duduk. Kita bicara soal kemarin.” Yah bagaimanapun ia juga harus membicarakan ini dengan ibu. Safira juga ingin bertanya banyak hal pada wanita yang sudah melahirkannya ini.“Pasti kamu punya banyak pertanyaan kan buat Ibu?” Ibu menuangkan teh dari teko ke dua cangkir yang ada di atas meja. Safira menduga ibunya pasti sud
Read more
BAB 6 : PERJANJIAN HITAM DI ATAS PUTIH
Safira mengajak Bima bertemu di kafe dekat Sky’s Bakery—toko roti miliknya sekitar pukul empat sore. Dan dia sudah duduk di sini selama lima belas menit, namun Bima tak kunjung datang. Atau … laki-laki itu tak akan datang ya?Sampai lonceng pintu masuk kafe berbunyi, lamunan Safira buyar. Akhirnya Bima datang dengan kemeja biru yang digulung sampai siku, kacamata yang bertengger di pangkal hidung serta tas yang ada di lengan kirinya. Khas seorang dosen muda.“Sorry lama. Gue telat banget ya?” Bima menangkap cangkir yang sudah kosong di atas meja. Ia tersenyum tipis. “Udah makan?”Safira hanya mengangguk. “Gue pesen dulu kali ya, Fir? Tunggu ya?” Tanpa menunggu persetujuan Safira, Bima segera pergi untuk memesan. “Satu gelas amerikano dingin dan sandwich.” Tanpa sadar Safira menggumam. Tak lama, Bima datang dengan pesanannya. Safira mengerjap. Ternyata tebakannya salah. Bima tak lagi memesan americano. Namun sandwich tetap menjadi makanan andalannya ketika pergi ke kafe.“Lagi ngura
Read more
BAB 7 : CURCOL (CURHAT COLONGAN) WITH KANIN
Sepulang dari kafe, Safira pergi ke rumah Kanin—satu-satunya sahabat yang ia miliki sejak kuliah setelah kepergian Lusi. Sungguh, ia butuh distraksi sekarang dan berharap pikiran kalut di kepalanya sekarang bisa berkurang ketika berbicara dengan Kanin. Jarak antara kafe dengan rumah Kanin hanya berkisar sekitar sepuluh menit jika jalanan tidak macet kalau menggunakan mobil. Namun karena sekarang adalah jam rawan macet, Safira baru sampai tiga puluh menit kemudian.“Dari Sky’s?” Kanin bertanya langsung ketika membukakan pintu untuk sahabatnya itu. Bisa dilihat dengan jelas bagaimana wajah lelah dan stress Safira sekarang. Ugh … padahal ini pertemuan pertama mereka sejak Safira kembali ke Jakarta. Tetapi dia sudah memasang wajah cemberut gitu.Safira masuk tanpa menjawab. Ia duduk di sofa ruang tengah, sedangkan Kanin menuju dapur untuk mengambil minuman sebelum akhirnya turut duduk di sebelah Safira. “Minum dulu.” Kanin menyerahkan sekotak jus jambu pada Safira yang sudah ia tusukkan s
Read more
BAB 8 : YANG DISEMBUNYIKAN
Ada satu hal yang sengaja Bima tak ceritakan pada Safira. Satu yang menurutnya, jika ia menceritakan ini sekarang maka itu akan membuat Safira semakin jauh dan membatalkan rencana pernikahan mereka.Saat ini Bima sudah berada di rumah orangtuanya. Sudah tiga hari sejak pertemuan awal dengan Safira sampai pada pertemuan kedua, ia sama sekali belum memberikan kabar pada ibunya. Dia memang berniat akan menceritakan semua, ketika Safira sudah menyetujui perjodohan mereka. Dan sekarang lah waktunya.Bima masuk ke rumah dengan langkah pelan. Rumah ini masih sepi dan dingin seperti biasa. Lelaki itu jadi sedikit merasa bersalah pada sang ibu karena beberapa hari ini membiarkan wanita yang melahirkannya itu sendirian di rumah.“Ibu?” Bima mengetuk pintu kamar sang ibu. Sampai ketika ibu menyuruh masuk, barulah Bima membuka pintunya. “Ibu?” Bima tersenyum saat menemukan ibu duduk di meja rias. Wanita itu terlihat habis mandi dengan wajah yang begitu segar.“Akhirnya pulang juga kamu.” Bima me
Read more
BAB 9 : KEKOSONGAN & KEBAHAGIAAN
Jakarta di hari Senin memang bukan main macetnya. Yah, bukan hari Senin aja sih tetapi nyaris setiap hari. Terlebih di jam kerja seperti sekarang. Hampir dua puluh menit mobil Safira tidak bergerak karena terjebak kemacetan yang membuatnya frustasi. Sandwich yang ia buat di rumah beserta lagu Maroon 5 berjudul One More Night terputar dari tape mobil sedikit berhasil mengusir kejenuhannya. Namun ia tetap saja lelah terjebak macet seperti ini. Pagi ini Safira akan pergi ke Sky’s setelah tiga bulan ia meninggalkan toko rotinya itu. Ia cukup rindu dengan dapur Sky’s dan peralatan yang biasanya ia gunakan untuk bereksperimen membuat berbagai macam jenis roti baru. Sampai ponsel yang ia letakkan di atas dasbor bergetar, membuat Safira berhenti bersenandung. Wanita itu meminum air lebih dulu dan mengecilkan volume tape mobil sebelum mengangkat panggilannya.Nama Bima tersemat di sana.“Halo?” Suara Bima menyapa indra pendengaran Safira.“Ada apa?” tanya Safira to the point. Ini adalah per
Read more
BAB 10 : BOLU COKELAT ALMOND
(Tahun pertama Safira dan Bima pacaran; di rumah Bima. Sekitar empat tahun lalu.)“Loh, Safira?”Bu Nina terkejut saat membuka pintu rumah ketika mendapati Safira yang tiba-tiba berada di sini dengan satu kresek besar di tangannya. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu nyengir dan menyalami tangan ibu dari sahabat dan pacarnya tersebut. “Tapi Lusi sama Bima belum pulang dari kampus. Kamu nggak ada kelas emang?”“Safira baru pulang dari kampus kok, Tan. Langsung ke sini deh,” ujarnya. Masih dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya itu.“Oh gitu. Ya sudah masuk sini.” Bu Nina merangkul pundak Safira, mengarahkannya untuk masuk. “Kamu bawa apa itu kok banyak banget?”“Tante Nina nggak sibuk, kan?” Safira bertanya penuh harap. Karena ia memiliki rencana yang ingin dia lakukan bersama calon mertuanya ini—hehe, amin.“Nggak sih. Kenapa?”Seolah seperti pemilik rumah, Safira menarik Bu Nina pergi ke arah dapur dan meletakkan satu kresek besar belanjaannya ke atas meja. “Bikin bolu yuk,
Read more
DMCA.com Protection Status