LOGINKakak, dukung buku ini dengan terus memberikan komentar di tiap bab yang aku upload, ya. Makasih banyak. ^^
Saat sore hari.Ketika menginjakkan kaki keluar dari kamar. Tatapan Ayudhia langsung mengedar ke seluruh sudut ruangan di mansion yang terjangkau matanya.Saat masuk tadi, Ayudhia tidak melihat apa pun karena dia tidur, sekarang dia bisa mengagumi bangunan luas dan indah dengan interior klasik tempat tinggal ayahnya.Di setiap dinding tempat itu, tidak ada foto keluarga, foto Andreas atau yang lain. Mungkinkah Andreas sudah menyingkirkan semua sebelum dia datang?Ayudhia tak mau memikirkannya. Dia tetap mengayunkan langkah bersama Arlo sambil terus mengamati desain interior bangunan ini.Beberapa pelayan yang berpapasan dengan Ayudhia dan Arlo, membungkuk saat mereka lewat.Ayudhia agak canggung, ternyata sikap pelayan di sini lebih sopan dari di rumah mereka.“Mau lihat kebun anggurnya langsung?” tanya Arlo.Ayudhia menoleh pada suaminya, kepalanya mengangguk penuh semangat. “Mau.”Arlo meraih tangan Ayudhia, mereka melangkah bersama keluar dari dalam mansion, lalu menuju samping rum
Andreas mengantar Ayudhia dan Arlo ke hotel lebih dulu, menemui semua staff Atelier yang masih di sana. Mereka belum melakukan perjalanan berwisata karena menunggu Ayudhia keluar dari rumah sakit.“Akhirnya kamu keluar dari rumah sakit, kami senang melihatmu baik-baik saja,” kata Maya setelah memeluk Ayudhia.“Maaf, ya. Karena kondisiku, liburan kalian terganggu,” ucap Ayudhia sambil menatap satu persatu staff yang ada di hadapannya.Semua orang kompak membalas jika tak masalah, mereka juga memahami kondisi Ayudhia saat ini.Terharu karena semua orang mengerti, Ayudhia kemudian bicara lagi. “Aku ke sini untuk menyampaikan kalau aku tidak bisa ikut perjalanan liburan kalian. Kuharap kalian menikmati liburan kalian dengan senang. Juga, aku tidak akan kembali dalam waktu dekat karena kondisiku yang tidak memungkinkan melakukan perjalanan jauh. Titip Atelier selama aku tidak ada, ya.”Maya dan yang lain terkejut, tetapi Maya dan Della tahu kondisi Ayudhia saat ini.“Tidak apa-apa, yang pe
Di rumah sakit Paris.Ayudhia menoleh pada Arlo yang duduk di tepian ranjang, menatap dirinya yang baru saja selesai bicara dengan Alina.“Bisa-bisanya El bilang kalau dia akan jadi ayah? Jangan-jangan, kalau anak kita lahir, dia akan menguasai bayi kita untuknya sendiri. Tidak bisa.” Arlo sudah berpikiran jauh ke depan, membayangkan bagaimana Elvano akan mendominasi saat merawat bayinya dan Ayudhia nantinya.Ayudhia tertawa mendengar kecemasan Arlo. Dia meraih telapak tangan Arlo lalu menggenggamnya erat.“Biarkan saja, itu artinya nanti baby kita banyak yang mencintai, terutama Elvano. Biarlah dia juga ambil andil menjaganya, jangan berebut dengannya,” kata Ayudhia.Tetap saja tidak terima jika Elvano menyebut ayah, Arlo kembali protes, “Mana bisa begitu, aku ayahnya, masa aku dikalahkan El?” “Ya, biar El ngurus baby kita, kamu ngurus aku saja.”Mendengar apa yang dikatakan Ayudhia dan tatapan istrinya yang begitu dalam padanya. Arlo mendekatkan wajahnya lalu menyentuhkan kening me
Berlari terburu-buru meninggalkan dapur, sampai membuat para pelayan terkejut dengan tingkah Alina.Alina berlari mencari keberadaan suaminya yang ada di ruang keluarga sambil berteriak, “Sayang, El, lihat, lihat ini.”Mendengar suara teriakan Alina yang begitu lantang, Aksa dan Elvano sampai menoleh ke arah dapur.“Apa Mama baru saja menciptakan kue rasa baru, sampai berteriak-teriak begitu? Bukan gaya Mama sama sekali bertingkah barbar begitu,” gumam Elvano dengan tatapan heran.Sedangkan Aksa, dia langsung berdiri, teriakan tak biasa dari sang istri membuatnya menebak apa yang terjadi.Begitu Alina muncul di ruang keluarga, tatapannya langsung tertuju pada Aksa dengan senyum begitu lebar di wajahnya.“Mama kenapa teriak-teriak? Dapat resep baru yang rasanya luar biasa enak?” tanya Elvano sampai keheranan setelah melihat sang mama berlari-lari sambil memegang ponsel. Apalagi senyum mamanya kali ini begitu lebar, tidak tampak seperti wanita anggun sama sekali.“Lebih dari resep enak,
Arlo menceritakan soal kondisi Ayudhia pada Andreas, saat mertuanya itu datang lagi menemuinya dan Ayudhia.“Jika memang begitu, bukankah ada bagusnya juga? Kalian bisa tinggal lebih lama di sini, dan ….”Andreas menjeda ucapannya saat mengarahkan pandangan pada Ayudhia, lantas melanjutkan, “Kalian bisa sekalian liburan, istirahat sejenak di tengah kebun anggur.”Ayudhia menoleh sekilas ke Arlo sebelum kembali menatap ayahnya setelah mendengar apa yang dikatakan Andreas.“Kebun anggur?” tanyanya dengan tatapan penuh semangat.Andreas mengangguk pelan, lalu dia berkata, “Mansion milikku ada di tengah kebun anggur. Kalian bisa beristirahat di sana, dan biarkan aku memberi perhatian untuk kalian.”Arlo dan Ayudhia saling tatap. Melihat binar penuh semangat dari sorot mata Ayudhia, Arlo langsung bisa menebak apa yang Ayudhia inginkan.“Kami akan tinggal di sana jika Anda menginginkannya,” balas Arlo.Andreas begitu lega, akhirnya dia memiliki kesempatan memberikan perhatian yang tak perna
Andreas pergi ke kantor polisi setelah pengacaranya mengurus laporan penyerangan dan percobaan pembunuhan yang dilakukan Cassandra.Menunggu beberapa saat di ruang kunjungan, tatapan Andreas tertuju pada Cassandra yang baru saja dibawa masuk ke dalam sana.Rambut Cassandra acak-acakan, tatapannya dingin, dan kedua tangannya kini diborgol ke depan.Didudukkan di kursi yang berhadapan dengan Andreas, kini Cassandra menatap pada Andreas, sebelum dia menertawakan nasibnya.Andreas tetap berwajah dingin, dia diam melihat Cassandra tertawa.“Andai saja aku tahu wanita itu anakmu, sudah kuhabisi dia sejak sebelum menginjakkan kakinya di sini.”“Sebelum kamu menyentuh seujung helai rambutnya, aku yang akan membunuhmu lebih dahulu,” balas Andreas dengan nada tak kalah dingin.Cassandra tertawa semakin keras, entah apa yang sekarang sedang ditertawakannya. Nasibnya atau nasib putranya yang mati begitu saja.“Seharusnya kamu tetap di samping peti mati putramu, mengantarnya ke pemakaman terakhir,







