Share

Mencari Perlindungan

last update Last Updated: 2025-06-26 15:30:57

Malam itu, hujan turun deras.

Setelah Dimas mengeluarkan kalimat itu, Ayudhia tidak membalas apa pun. Dia hanya tersenyum pada ketiga orang di sana. Orang-orang yang selama 26 tahun ini Ayudhia hormati dan sayangi.

Samuel mengusirnya, tetapi tidak ada tanda-tanda Dimas dan Sonia akan membela Ayudhia dan memintanya untuk tetap tinggal di sini. Mereka hanya diam, seolah ucapan Samuel memang benar adanya.

Namun, perlakuan mereka jauh lebih dingin daripada pengusiran Samuel.

Sejak Fiona datang, mereka membiarkanya tetap tinggal, tetapi tidak lagi memperlakukannya seperti anak.

Awalnya Ayudhia tetap bertahan, dia menggambar, bekerja keras untuk perusahaan Dimas hanya semata mencari alasan agar tetap bisa dianggap. 

Karena di dunia ini hanya mereka yang Ayudhia punya. Tetapi, pada akhirnya itu semua tidak cukup.

Ayudhia bukan darah daging keluarga Ardhana. Bukan siapa-siapa.

Jika mereka menginginkan Ayudhia pergi, maka Ayudhia akan pergi meninggalkan mereka, mengambil barang-barangnya yang hanya sebuah kotak kecil dan stopmap tebal berisi sketsa miliknya.

Keluar dari rumah megah itu dengan tubuh yang basah kuyup. Ayudhia terus melangkah tanpa menengok kembali.

Tetapi, luka di hatinya begitu menganga. Karena rasa sayang yang tulus Ayudhia berikan untuk mereka dibalas dengan kepalsuan.

Setelah berjalan cukup lama, Ayudhia berhenti melangkah dan menepi di depan toko yang tutup untuk meneduh. Ayudhia mengambil stopmap dari dalam tas, membuka satu persatu halaman yang berisi sketsa miliknya.

Ayudhia bekerja keras membuat sketsa agar perusahaan Dimas bisa memenangkan kontes desain tahunan. Tetapi, hari ini, ketika sketsa miliknya dibakar Fiona dan Dimas sama sekali tidak membela Ayudhia, juga pengusiran yang dilakukan Ardhana ada rasa marah yang bercokol di hatinya.

Dari saku dalam jaketnya, Ayudhia mengambil ponsel, setelahnya dia mengambil sebuah kartu nama yang dia simpan di salah satu halaman stopmap. 

Satu tahun lalu, dia berhasil mendapatkan kartu nama ini dengan susah payah, tetapi tidak pernah mencoba untuk menghubunginya.

Entah ini tepat atau tidak, tapi malam ini, dia akan menghubungi pria pemilik kartu nama ini.

“Halo.”

Ayudhia mendengar suara dingin dan dalam dari seberang panggilan. Dia meneguk ludahnya kasar, lalu menjawab, “Tuan Arlo. Perkenalkan, saya Ayudhia Ar ….” Ayudhia menjeda ucapannya, dia tak ingin memakai nama belakang keluarga Ardhana lagi. “Saya memiliki desain yang bisa perusahaan Anda gunakan untuk acara kontes desain tahunan bulan depan. Apa Anda tertarik melihatnya?”

***

Setelah panggilannya ditutup, Ayudhia diminta untuk langsung datang ke kediaman pribadi milik Tuan Arlo Radjasa.

Arlo Radjasa, presdir dari RDJ Group. RDJ Group menguasai setengah dari seluruh lini industri dalam negeri. Selain menjadi presdir RDJ Group, Arlo Radjasa juga memegang kendali atas A.R Atelier, salah satu cabang perusahaan RDJ Group yang bergerak dalam dunia fashion.

Arlo Radjasa begitu sibuk, tetapi dia meluangkan waktunya untuk menemui Ayudhia malam ini juga. Ayudhia tidak bisa melewatkan kesempatan ini begitu saja.

“Permisi, Pak. Saya mau bertemu dengan Tuan Arlo,” kata Ayudhia.

Security yang ada di dalam pos keluar, lalu dia memandangi penampilan Ayudhia yang basah dari ujung kaki hingga kepala.

“Apa sudah membuat janji?” tanya Security itu.

Ayudhia mengangguk. “Tuan Arlo yang meminta saya datang kemari.”

Ayudhia menunjukkan pesan alamat yang dikirimkan Arlo ke Security agar percaya.

Security itu memastikan, lalu akhirnya dia membukakan pintu dan mempersilakan Ayudhia masuk.

Ayudhia berjalan menuju kediaman mewah Arlo dengan tubuh menggigil kedinginan. Dia sampai mengusap kedua lengan dengan cepat agar bisa sedikit menghangatkan tubuhnya.

Ayudhia memandang pintu besar di hadapannya. Sejenak diam memantapkan hatinya, namun seorang pelayan paruh baya keluar. Wanita itu memandangi Ayudhia dan bertanya, “Nona Ayudhia?”

Ayudhia mengangguk tak bersuara karena bibirnya menggigil.

“Silakan masuk, Tuan sudah menunggu,” kata pelayan itu sambil membuka lebar pintu rumah itu.

Ayudhia mengikuti langkah si pelayan menuju salah satu ruangan yang ada di kediaman itu.

“Tuan ada di dalam,” kata pelayan itu.

Ayudhia mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Dia mengetuk pintu di depannya, lalu setelahnya Ayudhia masuk dan melihat pria itu duduk di kursi kerjanya.

Arlo Radjasa, pria itu lebih tampan dari yang ada di foto surat kabar. Tubuhnya tinggi dan proporsional, matanya tajam dengan kedua alis tebal yang membuatnya tampak begitu tegas.

“Tuan Arlo?” panggil Ayudhia. Ayudhia berdiri di dekat pintu. Belum berani melangkah sebelum Tuan Arlo Radjasa mempersilakannya masuk ke ruangan itu lebih dalam.

Dari tempatnya berdiri, Ayudhia bisa melihat Arlo mengambil telepon dan menghubungi seseorang, setelah itu dia berjalan keluar dari meja kerja menuju sofa tunggal di depan meja kerjanya.

Belum sempat, Ayudhia beranjak, suara ketukan pintu terdengar dari belakang tubuhnya. Ayudhia sedikit tersentak, lalu menggeser tubuhnya, memberikan ruang untuk seseorang yang hendak masuk ke ruangan tersebut.

“Keringkan tubuhmu dengan handuk, lalu pakai selimut itu sebelum duduk di sini,” perintah Arlo. Kepalanya sedikit bergerak ke kanan, mengisyaratkan Ayudhia duduk di sofa samping kanannya.

Ayudhia terenyuh sejenak, sebelum mengambil handuk, mengeringkan tubuhnya lalu mengambil selimut dan mengucapkan terima kasih pada pelayan di hadapannya. Setelah melilit tubuhnya dengan selimut, Ayudhia berjalan menuju sofa dan duduk di samping Arlo.

Tubuhnya menghangat, tetapi hatinya juga waswas.

Ayudhia sudah gila. Entah datang dari mana keberaniannya tadi untuk menghubungi Arlo Radjasa. Tetapi, apa boleh buat, dia tidak punya pilihan lain.

“Apa yang mau kamu tawarkan?” tanya Arlo tanpa basa-basi.

“Saya tahu kalau perusahaan Anda akan mengikuti kontes desain tahunan. Saya ingin menjual karya saya, tapi sebagai gantinya,” Ayudhia menjeda kalimatnya untuk meneguk ludahnya sejenak. “Saya ingin Anda melakukan sesuatu untuk saya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
keputusan yang tepat Ayudhia..cari perlindungan dari orang yang lebih tinggi dari keluarga Ardhana.
goodnovel comment avatar
~•°Putri Nurril°•~
keputusan yang tepat ayu, buat apa bertahan untuk orang yang menghargai kamu. lebih baik pergi dan mencari jalan hidup sendiri
goodnovel comment avatar
Nonna_Ayra
ayo balaskan sakit hatimu ayudhia...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Pertengkaran di Pagi Hari

    Andreas memakai setelan kemejanya. Dia mematut dirinya di depan cermin, tatapannya lurus tertuju pada bayangannya yang terpantul dari cermin, sedangkan tangannya sibuk memasukkan manik kancing satu persatu.Saat itu, Cassandra masuk ke dalam walk in closet. Dia menatap Andreas yang tak menoleh sama sekali padanya.Sambil melangkah menghampiri Andreas, Cassandra menatap suaminya sambil berkata, “Apa kamu mau menjenguk Papa lagi?”Andreas tak menjawab pertanyaan Cassandra. Dia menarik laci lalu mengambil jam tangan mewahnya dari dalam sana. Sambil memakai jam tangan, Andreas berkata, “Aku masih ada urusan bisnis di luar negeri. Penerbangan siang ini.”Cassandra membulatkan bola mata lebar, sebelum dia memprotes keputusan Andreas, suaminya sudah lebih dulu berkata, “Tidak ada urusan yang penting, tidak perlu menghubungiku jika bukan aku yang menghubungimu.”Setelah mengatakan itu, Andreas mengambil jasnya dari lemari.Cassandra tersentak mendengar ucapan Andreas. Dia menatap suaminya den

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Mempertimbangkan Lagi

    Setelah rapat selesai.Ayudhia bangkit dari duduknya, lantas melangkahkan kaki menuju tempat duduk suaminya. Dia menatap Arlo yang sedang berdiri dari kursi, sehingga Ayudhia bergegas menghampiri.Melihat kedatangan istrinya, Arlo langsung berkata, “Setelah ini langsung pulang.”Ayudhia tersentak mendengar ucapan suaminya padahal dia belum berucap sepatah kata pun. Namun, Ayudhia tetap berusaha tenang, dia tersenyum ke suaminya sebelum bicara.“Tapi aku mau membahas soal strategi pemasaran dengan yang lain, satu jam lagi, ya. Aku janji, setelah satu jam, aku akan pulang.” Ayudhia lalu menunjukkan telunjuk di depan wajahnya, tatapannya penuh memohon agar Arlo mengizinkan sekali itu saja.Arlo menatap datar sejenak pada Ayudhia yang sedang membujuknya. Dia menekuk lengan kirinya di udara untuk melihat jarum di arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.Setelahnya, Arlo kembali menatap pada Ayudhia yang masih menunggu izin darinya. “Baiklah, hanya satu jam. Setelahnya pulang bersama

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Kembali Bekerja

    Satu minggu berlalu.Pagi itu, Arlo melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah. Tatapannya tertuju ke ranjang, tetapi dia tak melihat keberadaan Ayudhia di sana.Mengalihkan pandangan ke pintu walk in closet yang terbuka, Arlo lantas melangkahkan kaki ke sana.Begitu masuk ke dalam ruangan itu, kedua kaki Arlo berhenti melangkah, lalu tatapannya tertuju pada Ayudhia yang sedang menyiapkan pakaiannya.“Sudah selesai,” kata Ayudhia.Arlo mengangguk. Dia kembali mengayunkan langkah mendekat pada Ayudhia.“Aku sudah siapkan pakaianmu,” kata Ayudhia dengan senyum merekah di wajahnya.Arlo berhenti tepat di depan Ayudhia, lalu dia memandang pakaian yang tergeletak di sofa sebelum menatap istrinya lagi.“Hari ini, apa kamu jadi berangkat ke Atelier?” tanya Arlo.Semalam Ayudhia membujuk Arlo agar mengizinkan pergi ke Atelier karena hari ini ada presentasi untuk sampel gaun yang akan diproduksi massal oleh Atelier.Mendengar pertanyaan Arlo, senyum Ayudhia merekah l

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Mulai Dari Awal

    Henry urung menemui Andreas. Dia berbalik arah menemui Cassandra yang berada di balkon atas.Menatap sang mama di sana. Henry melangkah menghampiri Cassandra, lalu berdiri di samping sang mama yang sedang memandang ke halaman samping mansion mereka.Kedua telapak tangan Henry berpegangan di pembatas balkon, tatapannya tertuju lurus ke depan ke arah sang mama memandang, lalu berkata, “Papa selalu tak bisa ditemui jika baru saja kembali dari luar negeri.”Cassandra masih diam. Kecemasannya akan hal-hal yang mungkin dilakukan Andreas, membuatnya tak bisa tenang.Namun, anak buahnya melaporkan kalau Andreas hanya tinggal di hotel seharian saat sampai di negara yang baru dikunjungi, sebelum akhirnya kembali pulang karena panggilan dari Cassandra.“Kakek menginginkan anak kandung dari Papa, apa masih ada kemungkinan aku mewarisi semuanya?”Pertanyaan dari Henry membuat Cassandra menolehkan kepala ke samping. Dia menatap Henry yang memasang wajah putus asa.Cassandra menyentuh lengan Henry,

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Foto Bayi

    Di Mansion Andreas.Pria paruh baya itu duduk di ruang kerjanya bersama dengan Steven yang berdiri di depan mejanya.Steven tak berani bicara, dia hanya berdiri dengan kepala tertunduk. Diam, sampai Andreas yang bicara karena majikannya sedang dalam mood yang sangat buruk.“Sudah selama ini dan anak buahmu belum bisa menemukannya?”Suara tegas dan dalam itu begitu menusuk telinga. Andreas menggerakkan kepala, mengarahkan tatapan tajamnya ke arah Steven berdiri.Belum juga Steven membalas perkataannya, Andreas kembali berkata, “Atau jangan-jangan kamu memang tidak serius mencarinya, Stev? Apa kamu berkhianat dariku?”Mendengar ucapan Andreas, Steve langsung mengangkat pandangannya mengarah pada Andreas, kepalanya menggeleng kuat, menyanggah apa yang Andreas tuduhkan.“Itu tidak benar, Tuan. Saya sudah ikut Anda puluhan tahun, saya tidak mungkin mengkhianati Anda. Anda yang paling memahami saya, Tuan.”Andreas mendengkus kasar. Dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, lalu mengus

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Kedatangan Sahabat

    Sore hari, di rumah sakit Ayudhia dirawat.Dokter baru saja melakukan pengecekan pada kondisi Ayudhia.“Secara keseluruhan kondisi Bu Ayudhia sudah sangat baik, mungkin memar akibat benturan akan memudar lama, tapi itu tak masalah,” ucap dokter menjelaskan.Ayudhia mengangguk kecil.“Besok saya akan melakukan USG lagi untuk memastikan rahimnya sudah bersih dari sisa gumpalan darah akibat keguguran kemarin,” ucap dokter lagi.Mendengar kata ‘keguguran’, dada Ayudhia terasa nyeri lagi. Ekspresi wajahnya berubah sendu, walau detik berikutnya dia tersenyum saat dokter pamit meninggalkan ruang inapnya.Arlo menunggu sampai dokter dan perawat pergi, setelahnya dia menatap Ayudhia yang hanya diam.“Apa luka memarnya masih sangat sakit?” tanya Arlo.Ayudhia tersentak. Tatapannya beralih ke suaminya yang berdiri di samping ranjangnya. Sambil memulas senyumnya untuk menenangkan perasaan suaminya, Ayudhia lantas membalas, “Hanya sakit kalau tak sengaja tersentuh atau tersenggol saja, jika tidak,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status