Dokter Lidia tersenyum, lalu pandangannya mengarah ke layar. "Sepertinya Dede bayi masih malu malu, tuh liat di sembunyikan." ucap Dokter Lidia terkikik pelan.Posisi bayi saat ini sedikit memiringkan tubuhnya hingga bagian alat kelaminnya tertutupi.Hanzero dan Arumi menarik sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman.Ini yang pertama bagi Arumi dan Hanzero jadi mereka begitu bahagia saat mendengar detak jantung bayinya untuk yang pertama kali.Di dukung dengan fasilitas kesehatan yang sudah canggih, bisa melakukan USG 3 Dimensi."Sepertinya memang seperti itu Dok." ucap Hanzero.Setelah pemeriksaan selesai, Arumi kembali duduk.Dokter Lidia menjelaskan apa apa saja yang boleh Arumi lakukan.Setelah selesai Arumi dan Hanz keluar ruangan Dokter.Hanz mengandeng Arumi, berjalan hendak keluar."Hanzero tunggu!" panggil seseorang dari belakang.Hanz menghentikan langkahnya, begitu juga Arumi. Kedua nya berbalik.Lubis! batin Hanzero.Arumi menyikut pelan lengan Hanzero."Mau apa dia Mas? bis
Lubis memperhatikan gambar yang di tunjuk Alika, raut wajahnya seketika berubah.Lubis memperhatikan foto USG yang ada di tangannya.Mata berbinar memancarkan kebahagian."Alika! Apa keponakan ku laki laki?" tanya Lubis dengan nada sangat bersemangat.Alika mengangguk."Ia Mas, menurut hasil USG ini bayi Vanya berjenis kelamin laki laki." "Haah!" Lubis memeluk Alika dengan penuh rasa bahagia."Alika, Aku sungguh bahagia mendengar kabar ini." ucap Lubis yang masih memeluk Alika erat.Sedari dulu Lubis memang sangat menginginkan bayi laki laki, namun Tuhan belum menghendakinya.Dan sekarang!Lubis akan memiliki keponakan laki laki. ______Hubungan Lubis dan Hanzero berangsur membaik setelah kejadian tempo lalu. Bukan hanya dari hubungan bisnis saja tapi di kehidupan pribadinya juga.Arumi sering mengajak berkunjung ke kediaman Lubis untuk sekedar menjenguk Vanya.Walau Vanya sendiri tidak pernah berinteraksi langsung dengan Arumi. Karena memang Vanya banyak melupakan orang orang di
Hoam. Arumi menutup mulutnya.Saat ini Arumi baru saja bagun tidur siang, Arumi tersenyum pertama kali ketika membuka mata pemandangan indah ada di hadapannya.Bagaimana tidak!Wajah Hanzero berada tepat di hadapan wajahnya. Malam tadi mereka tidur saling memeluk satu sama lainya.Arumi membelai wajah tampan Hanzero, hidung mancung, alis tebal ukiran wajah yang indah membuat ketampanan nya semakin bertambah.Semakin hari Arumi semakin memupuk cintanya hingga tumbuh subur di dalam hati.Ketika Arumi sedang fokus membelai wajah Hanzero, tiba tiba Hanzero membuka mata."Sudah puas belum, lihat suamimu yang tampan ini." goda Hanzero.Membuat Arumi reflek melepaskan tangannya.Pipinya pun memerah merona karena malu.Hanz suka melihat Arumi saat tersipu malu seperti saat ini." M_mas udah bangun." Arumi mengalihkan pembicaraan."Mas udah bangun sebelum kamu bangun tadi." jawab Hanzero, yang membuat Arumi membuka mulutnya lebar.' Ya ampun, berarti Mas Hanz tahu dong! Aku menciumnya tadi.' b
Arumi kontraksi!Arumi menunggu Hanz di dalam mobil. Arumi sudah tidak sabar untuk menyantap belalang goreng.Liurnya sudah ingin menetes membayangkan betapa renyahnya belalang berpadu gurih l,pedas manisnya bumbu.Uh! Pasti sangat nikmat.Ngidam yang ektrim bukan?Arumi pun baru kali ini sebenarnya, sebesar ini Arumi belum pernah merasakan namanya belalang goreng atau mungkin ini bawaan bayi? Entahlah!Hanz kembali kedalam mobil setelah mendapatkan apa yang di inginkan istrinya. Sebagai suami yang baik Hanz selalu melakukan apa saja yang membuat Arumi bahagia, asal itu tidak melanggar norma norma yang ada."Ini Sayang." Hanz mengulurkan tangan yang memegang satu cup berisi belalang goreng pedas manis.Hanz sendiri sebenarnya agak ngeli jika melihat melihat hewan sejenis belalang. Apa lagi untuk memakannya.Tidak dulu deh!Kres!Kres!Terdengar bunyi belalang saat Arumi mengunyahnya. Hanzero hanya menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak berapa lama Hanz kembali tersadar, Ia pun menyala
Hampir seperapat jam, akhirnya mobil Hanzero tiba di klinik.Hanz memarkirkan mobilnya.Hanz keluar, lalu memanggil suster untuk membantu Arumi.Dua orang suster mengikuti Hanz sampai mobil dengan membawa brankar.Tiba di mobil Hanz langsung menyuruh Mama keluar terlebih dulu, lalu setelahnya Hanzero membantu Arumi untuk keluar."Pelan pelan Hanz." ucap Mama.Perlahan Hanzero mengendong Arumi, lalu memindahkannya membaringkan tubuh Arumi di atas brankar.Kedua suster mendorong brankar masuk ke dalam klinik.Hanz selalu setia menemani, tanggannya menggenggam erat tangan Arumi, berjalan bersebelahan dengan brangkar. Sedangkan Mama mengikuti dari belakang.Tidak berapa lama tiba di ruang bersalin."Maaf. Yang bisa masuk hanya satu orang." ucap suster memberitahu."Kamu saja yang masuk, temani Arumi." ucap Mama pada Hanzero. Hanzero mengangguk lalu ikut masuk bersama suster.Mama tahu setiap istri yang melahirkan pasti ingin di temani suaminya, sama halnya dengan Mama dulu saat melahirkan
Suara ketukan Palu dari sang Hakim beberapa saat yang lalu sudah mampu meluluh lantahkan Harapan Arumi. Dia tidak menyangka jika suaminya tega menceraikan dirinya tanpa alasan yang jelas. Namun ternyata bukan hanya itu luka yang diberikan suaminya padanya.Baru saja dia melangkah keluar dari Gedung Kantor Pengadilan Agama, baru saja Arumi menghapus air matanya, seseorang sudah menyeretnya.Arumi bahkan tidak sempat untuk berteriak meminta pertolongan karena seseorang yang dibantu beberapa orang lain itu sudah mendorongnya ke dalam sebuah Mobil dan membawanya ke sebuah tempat.Tanpa menghiraukan jeritan Arumi yang terus meronta, Mereka melajukan mobil dengan sangat kilat. Ketika mobil berhenti di sebuah Rumah yang cukup besar, Mereka kembali menyeret Arumi untuk memasuki sebuah Ruangan."Mas Bryan!" Arumi sempat terkejut saat melihat pria yang sudah menjadi mantan Suaminya itu berada di ruangan ini. Ada seorang laki laki lain yang nampak tak asing bagi Arumi di hadapan mantan suaminya.
Hanzero nampak frustasi sekali. Otaknya begitu Stres memikirkan kenyataan pahit akhir dari hubungannya dengan Vanya sang kekasih laknatnya.Hanzero melangkah keluar dengan gontai diikuti Arpha."Apa anda ingin pulang Tuan?" Tanya Arpha.Hanzero belum bersuara sampai di depan mobilnya."Kita ke Apartemen saja Ar, aku ingin menenangkan diri.""Baik!" Arpha dengan cekatan membuka pintu mobil untuk Presdir nya. Dan setelah memastikan Hanzero duduk dengan baik dia pun melajukan mobilnya."Jangan katakan apapun pada Ibuku. Aku tidak ingin membuatnya semakin kecewa."Arpha hanya mengangguk. Dia sudah paham bagaimana harus menghadapi Ibu Hanzero. Untuk mendapatkan restu sang Ibu saja, Hanzero perlu waktu yang cukup lama untuk Ibu mau menerima Vanya. Lalu masalah ini? Itu sudah pasti akan membuat Ibu syok, dan bisa bisa jantungan.Ibu bukan tanpa alasan tidak menyukai Vanya. Bukan hanya Royal dan kurang menjaga hubungan baik dengan keluarga calon mertua, tapi Ibu tau jika Vanya juga dari kelua
Arpha terlihat berjalan mendahului Hanzero dari Cafe itu. Lalu segera membukakan pintu mobil untuk Hanzero. Namun betapa terkejutnya Hanzero saat ia hendak masuk malah mendapati seorang wanita meringkuk di jok mobilnya."Heh, apa yang kau lakukan? Kau mau mencuri?" Tegur Hanzero.Arumi menoleh dengan wajah pucat.Menatap dua pria yang sudah menatap penuh curiga padanya."Tuan, tolong saya. Biarkan saya bersembunyi disini. Ada yang mengejar saya dan hendak memaksa saya untuk menikah dengannya. Tolong saya tuan. Saya tidak mau menikah dengan pria itu.""Apa peduliku! Cepat keluar!" Bentak Hanzero."Tuan. Kasihani saya. Saya mohon." Arumi tidak menyerah untuk mengiba. "Nona keluarlah! Jangan menunggu Tuan ku marah." Sekarang Arpha yang membentak Arumi. Arumi tapi masih bertahan hingga Hanzero hilang kesabaran dan menarik tangan Arumi agar keluar.Hanzero akhirnya bisa membuat Arumi keluar dari mobilnya bersamaan dengan gerombolan Lubis datang menghampiri mereka."Dasar wanita Jalang.