Home / Romansa / Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim / Bab 1 – Petir di Siang Bolong

Share

Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim
Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim
Author: Iris Nyx

Bab 1 – Petir di Siang Bolong

Author: Iris Nyx
last update Last Updated: 2025-03-12 15:16:31

Hidup Rhea sejauh ini selalu terencana. Bangun pagi, kuliah, belajar, dan menghindari drama kehidupan yang menurutnya hanya buang-buang waktu. Ia bukan tipe yang suka basa-basi, apalagi buang waktu untuk urusan cinta.

Tapi rencana itu berubah total saat neneknya mengumumkan sesuatu yang bikin kepalanya nyut-nyutan.

“Kamu akan menikah.”

Hening.

Rhea yang tadinya sibuk mengunyah pisang goreng nyaris tersedak. “Hah?”

“Kamu sudah dewasa, Nak. Kakekmu sebelum meninggal sudah merancang ini sejak lama dengan temannya.”

Rhea terdiam, otaknya berusaha memproses informasi ini. “Jangan bilang temannya itu juga sudah punya cucu… dan aku dijodohkan dengannya?”

Neneknya tersenyum, seakan kabar ini bukan sesuatu yang gila. “Tepat sekali.”

Rhea menatap wanita tua itu seakan-akan beliau baru saja bilang kalau bulan itu terbuat dari keju. Ia juga yakin sudah rajin membersihkan telinganya. Namun perkataan neneknya sungguh di luar akal manusia di jaman modern ini.

“Dan dia… siapa?” tanyanya dengan nada waspada.

“Kamu pasti mengenalnya. Michael Gunawan, kalau tidak salah dia dosen fashion di kampusmu.”

Dunia Rhea berhenti berputar. Ia merupakan tipe mahasiswa yang lurus-lurus aja. Tugasnya hanya pergi ke kampus, belajar di perpustakaan, mengerjakan tugas dan ujian, kemudian pulang dengan tenang dan di rumah lanjut belajar lagi, makan lalu tidur. Kehidupan Rhea berputar seperti itu setiap harinya. Namun, sosok Michael terlalu terlihat bahkan oleh seonggok manusia sekaku papan seperti Rhea ini.

Michael Gunawan?

Dosen fashion yang terkenal karena gaya pakaiannya yang unik? Dosen yang sering jadi bahan gosip karena penampilannya yang terlalu cantik untuk seorang pria?

Dosen yang—konon katanya—lebih suka laki-laki dari pada perempuan?!

Tentu saja Rhea tidak mengungkapkan rumor ini ke neneknya. Bisa pingsan nanti, malah repot.

“Nenek yakin cucunya Michael Gunawan? Nggak ada lagi? Dia kan sudah tua nek, apalagi dosen di kampusku.” tanya Rhea memastikan siapa tahu neneknya salah mengingat orang.

“Nenek yakin dia orangnya,” kata nenek dengan mantap.

Rhea hampir pingsan dibuatnya. “Nek, nenek nggak lagi demam kan? Atau sekarang aku lagi mimpi?” Rhea menepuk-nepuk pipinya dengan sedikit keras hingga pipinya terasa nyut-nyutan.

“Sudah sadar sekarang?” kata neneknya dengan santai seolah obrolan ini seputar mau di masakin apa malam ini.

Rhea masih bengong, kemudian menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tahun berapa ini Ya Tuhan. Aku bahkan belum lulus sudah harus menikah.”

“Pihak keluarga Gunawan tidak keberatan jika sesudah menikah kamu mau bekerja. Lagipula, kuliah kan tidak seperti sekolah biasa. Mahasiswa dan mahasiswi yang sudah menikah bebas melanjutkan kuliahnya hingga selesai.” Nenek Rhea masih berbicara dengan santai sambil meminum tehnya.

Rhea diam saja mendengar perkataan neneknya. Memang benar jika mahasiswa dan mahasiswi yang mau menikah diperbolehkan oleh pihak kampus beda dengan jaman sekolah SD, SMP, maupun SMA yang tidak diperbolehkan menikah sebelum lulus.

“Coba kamu temui dulu si Michael. Jika ia menolak untuk di jodohkan, kita bisa membatalkannya.” Nenek Rhea berusaha menenangkan dengan mengusap-usap punggung tangan cucunya.

“Kenapa keputusan penolakan ada di tangan Michael? Apa pendapatku tidak penting?” Kata Rhea dengan menahan gejolak emosi yang memenuhi seluruh hatinya.

“Kita tidak bisa berbuat apa-apa, Rhea. Dulu mendiang kakekmu sering di bantu oleh keluarga Gunawan. Jadi, kita hanya menjalankan amanat. Lagi pula nenek sudah semakin tua. Nenek takut sewaktu-waktu meninggalkanmu sendirian tanpa penjaga,” kata nenek Rhea sambil menunduk. “Tapi, jika kau menikah nenek jadi semakin tenang menjalani masa tua nenek.”

Rhea memandang neneknya dengan getir. “Nenek masih sangat muda dan cantik. Nenek masih bisa touring keliling Indonesia.”

Nenek Rhea semasa muda memang memiliki hobi touring dengan kakek dan komunitasnya. Jika saja kakeknya masih hidup mungkin hobi mereka akan tetap berjalan hingga saat ini.

            “Banyak yang masih muda dan cantik namun di panggil duluan oleh Tuhan, Rhea.” Kata Nenek sambil mengelus pipi cucunya.

            “Baiklah, aku akan menemuinya. Semoga ia setuju untuk membatalkan perjodohan Siti Nurbaya ini.” Kata Rhea dengan wajah yang cemberut.

            Rhea kemudian ijin pulang ke apartemennya. Semenjak kuliah, Rhea memang menyewa apartemen di dekat kampusnya untuk menghemat ongkos. Sementara neneknya ditemani seorang pembantu. Nenek Rhea masih bugar, namun pembantu juga sebagai teman ngobrol neneknya agar tidak bosan sendirian di rumah ketika Rhea kuliah.

            Rhea menyesap es kopi di hadapannya, mencoba mencerna kenyataan yang baru saja menampar hidupnya begitu saja. Di depannya, Michael tetap tenang, nyaris terlalu santai untuk seseorang yang baru saja setuju menikah dengan seseorang yang bahkan bukan pacarnya.

Michael menggoda Rhea dengan sikap santainya, mengatakan, “Jadi, kita bakal menikah? Kayaknya aku lebih cantik dari kamu, deh.”

“Hmm… Pak?” kata Rhea bingung harus bagaimana ia memanggilnya.

“Miki,” kata Michael yang duduk sambil tersenyum di depannya.

Posisi duduk Rhea sangat bertolak belakang dengan Michael. Rhea duduk dengan rikuh, ia menggunakan kemeja biru polos, celana kain hitam, rambut di ikat biasa dan tidak lupa kacamata. Bahkan ia hanya menggunakan bedak tabur biasa dan lip balm. Sebaliknya, Michael datang dengan menggunakan baju yang amat stylish. Blazer pink, kaos dan celana putih, sepatu kets, rambut panjang sepunggung yang dibiarkan tidak terikat, kalung silver yang menjuntai panjang dan terakhir anting kecil di telinga kirinya. Sungguh mencolok.

"Ah iya, Miki. Saya perlu tahu satu hal," kata Rhea, meletakkan gelasnya. Walau mereka akan menikah, namun kenyataan Michael yang seorang dosen di kampusnya tidak bisa di hapuskan. Maka dari itu, Rhea masih sadar diri dan menggunakan Bahasa formal.

Michael mengangkat alis. "Apa itu?"

"Anda benar-benar tidak keberatan dengan pernikahan ini?"

Michael mengangkat bahu. "Kenapa aku harus keberatan?"

Rhea mendesah. "Mungkin karena saya orang asing? Atau karena ini pernikahan yang diatur keluarga kita?"

Michael tersenyum tipis, ekspresinya sulit ditebak. "Aku sudah terbiasa dengan ekspektasi keluarga. Lagipula, kau bukan orang asing bagiku."

Rhea menyipitkan mata. "Apa maksud anda?"

Michael meletakkan cangkirnya, menatapnya dengan tatapan yang entah kenapa terasa familier. "Keluarga kita kenal jadi secara nggak langsung kita bukan orang asing banget."

Rhea mengerutkan kening. "Anda serius?"

Michael mengangguk, tapi tidak berkata lebih jauh. Rhea tidak yakin apakah pria itu sedang bermain misterius atau benar-benar tidak ingin membahasnya lebih lanjut.

"Baiklah, kalau begitu," kata Rhea akhirnya. "Kapan kita akan memberi tahu keluarga?"

Michael tersenyum miring. "Kau ingin segera mengumumkannya?"

"Semakin cepat, semakin baik."

"Baiklah," katanya santai. "Mungkin kita bisa mengaturnya dalam beberapa hari ke depan."

Rhea mengangguk. "Kalau begitu, mari kita buat kontraknya."

Michael tertawa pelan, nadanya penuh hiburan. "Kau benar-benar serius dengan kontrak ini?"

"Tentu saja. Kita juga harus merahasiakan pernikahan waktu di kampus."

Michael menatapnya lama, lalu tersenyum. "Baiklah. Aku akan mengikuti aturanmu... untuk sekarang."

Rhea tidak menyukai cara pria itu mengatakannya. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuatnya merasa seolah-olah ia baru saja membuat kesepakatan dengan iblis dalam balutan kemeja desainer.

"Rhea, kau gila!"

Rhea menahan telinga dari suara nyaring sahabatnya, Kyle, yang hampir membuatnya tuli. Kyle sering sekali main ke apartemen Rhea. Bahkan kadang numpang makan. Padahal di apatemennya sendiri banyak bahan makanan kiriman dari orang tuanya. Alhasil bahan-bahan itu di alihkan ke apartemen Rhea dari pada mubazir.

"Kenapa kau harus setuju dengan pernikahan ini?" lanjut Kyle, matanya melebar seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Karena kalau aku menolak, aku harus berhadapan dengan nenekku," jawab Rhea santai sambil memainkan ujung pensilnya.

Kyle menggeleng cepat. "Demi Tuhan, Rhea! Kau tahu rumor tentang Dosen Michael, kan?”

Rhea mengangkat bahu. "Itu hanya rumor, Kyle"

"Tapi—"

"Dan lagi," potong Rhea, "pernikahan ini hanya di atas kertas. Tidak ada yang berubah dalam hidupku."

Kyle menatapnya lama, lalu menghela napas panjang. "Kasihan sekali Rhea ku. Baiklah, aku menyerah. Tapi kalau dia melakukan sesuatu yang aneh, aku akan datang untuk menyelamatkanmu."

Rhea tersenyum tipis. "Terima kasih, pahlawan superku."

Kyle hanya mendengus, tapi ia tetap terlihat cemas.

Rhea duduk di meja makan, menatap wajah neneknya yang berseri-seri. Michael duduk di sebelahnya, tetap tenang seperti biasa.

"Jadi, kalian benar-benar setuju menikah?" tanya nenek Rhea dengan mata berbinar.

"Ya, Nek," kata Rhea, mencoba terdengar antusias.

Michael tersenyum lembut. "Kami sudah mendiskusikannya dan merasa ini adalah keputusan yang tepat."

Nenek Rhea menepuk tangannya dengan bahagia. "Oh, kakekmu pasti sangat senang di surga!"

Rhea tersenyum kecil, tapi dalam hatinya ia merasa sedikit bersalah karena menjalani pernikahan ini dengan cara yang begitu dingin dan terencana.

"Kalau begitu," kata neneknya, "kita akan segera mengatur pernikahannya!"

Rhea nyaris tersedak. "Apa?"

Michael juga terlihat sedikit terkejut. "Kami pikir kami akan punya waktu untuk mempersiapkannya."

"Tidak perlu lama-lama," kata neneknya bersemangat. "Kalian sudah sepakat, bukan? Tidak ada alasan untuk menunda!"

Rhea menatap Michael, berharap pria itu akan mengatakan sesuatu untuk menunda ini. Tapi Michael malah tersenyum.

"Baiklah, kami akan mengikuti keputusan keluarga," katanya.

Rhea ingin memukulnya saat itu juga.

Gaun putih membalut tubuh Rhea, dan dia masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

"Kau terlihat seperti pengantin sungguhan," kata Kyle, yang berdiri di sebelahnya.

"Itu karena aku memang pengantin," balas Rhea datar.

Kyle menghela napas. "Aku masih tidak percaya kau benar-benar akan menikah dengan pria itu."

Rhea mendesah. "Aku juga."

Tapi tidak ada jalan keluar sekarang.

Ia melangkah menuju altar, di mana Michael berdiri dengan setelan hitam yang membuatnya terlihat lebih seperti model di majalah fashion daripada seorang pengantin pria.

Ketika matanya bertemu dengan mata Michael, pria itu tersenyum. Senyum yang tidak seharusnya membuat jantungnya berdebar.

Saat janji pernikahan diucapkan dan cincin melingkar di jarinya, Rhea menyadari satu hal.

Tidak peduli seberapa keras ia mencoba menjaga pernikahan ini tetap sebatas kontrak...

Michael tidak akan membiarkannya begitu saja.

Acara pernikahan hanya di hadiri oleh keluarga dan teman terdekat. Karena Rhea tidak memiliki teman lain, hanya Kyle yang diundang. Lagi pula ia tidak ingin membuat keributan dengan pernikahan yang nggak masuk akal ini.

Bagaimana tidak, ia menikah dengan dosen jurusan lain di kampusnya. Apalagi dosen yang kesehariannya terlihat sangat nyentrik tersebut.

Dalam kamar hotel malam setelah acara pernikahan. Rhea menyiapkan dua buah kontrak yang tadi di bawakan oleh Kyle secara diam-diam.

Michael baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambut panjangnya. Penampakan seorang lelaki tampan dengan menggunakan bathrobe sungguh menggoda namu tidak bagi Rhea. Ia memandang Michael dengan tatapan datar tanpa emosi.

Rhea sudah mandi duluan dan sekarang menggunakan kaos oversize dan celana panjang. Penampilan menawan dan menggoda dari seorang pengantin wanita tidak tercermin sama sekali dari kamar tersebut.

“Tolong di baca kontraknya. Jika nanti ada yang kurang sesuai bisa saya ubah sesuai kesepakatan.” Kata Rhea sambil menyodorkan kontrak ke depan Michael yang duduk di sofa.

Pemandangan malam pertama pengantin tidak terlihat sama sekali. Malahan pemandangan yang terbentuk seperti mahasiswa yang sedang konsul proposal skripsi ke dosen pembimbingnya. Walau tentu saja nggak ada mahasiswa yang mengejar dosen pembimbingnya sampai kamar hotel seperti ini.

“Santai saja, Rhea. Kau bisa berbicara santai dan memanggilku Miki. Jika sedang berdua aku hanya suamimu. Bukan dosen. Jadi jangan terlalu kaku,” kata Michael sambil membaca kontrak di tangannya.

“Baik,” kata Rhea sambil menunduk khas gerak gerik mahasiswa di depan dosennya.

Isi kontrak itu berupa hal-hal yang umum seperti:

> Durasi Pernikahan

- Pernikahan ini bersifat kontrak dan berlangsung selama dua tahun sejak tanggal pernikahan resmi.

- Setelah dua tahun, masing-masing pihak berhak untuk mengakhiri pernikahan tanpa tuntutan hukum atau kewajiban tambahan.

> Status & Batasan Hubungan

- Pernikahan ini hanya di atas kertas, tanpa kewajiban hubungan fisik atau emosional.

- Keduanya tetap bebas menjalani kehidupan pribadi masing-masing, asalkan tidak menimbulkan skandal yang merugikan salah satu pihak.

- Tidak ada larangan bagi masing-masing pihak untuk memiliki hubungan di luar pernikahan, asalkan tidak terekspos ke publik.

> Kehidupan Bersama

- Rhea dan Michael wajib tinggal bersama dalam satu rumah agar pernikahan terlihat meyakinkan di mata keluarga dan publik.

- Kamar tidur dipisah, kecuali dalam kondisi tertentu yang mengharuskan mereka berpura-pura sebagai pasangan suami istri.

- Mereka harus hadir bersama dalam acara keluarga besar atau acara penting yang melibatkan publik, terutama terkait citra keluarga.

> Kewajiban Masing-Masing Pihak

+ Rhea:

- Harus berperan sebagai istri yang pantas di depan keluarga dan kolega Michael.

- Tidak boleh melakukan tindakan yang merusak reputasi keluarga Gunawan.

- Harus bersikap profesional dalam menjalankan peran sebagai istri di depan publik.

+ Michael:

- Menyediakan tempat tinggal yang layak untuk Rhea selama pernikahan berlangsung.

- Menanggung kebutuhan finansial dasar Rhea.

- Tidak boleh mempermalukan atau merugikan Rhea dalam bentuk apa pun.

> Perceraian & Pembatalan Kontrak

- Jika salah satu pihak ingin mengakhiri pernikahan sebelum dua tahun, maka:

- Jika Michael yang ingin mengakhiri, ia harus memberikan kompensasi finansial kepada Rhea.

- Jika Rhea yang ingin mengakhiri, ia harus memberikan alasan kuat yang dapat diterima oleh keluarga.

- Jika terjadi skandal besar yang merusak nama keluarga, kontrak dapat dibatalkan lebih awal sesuai kesepakatan bersama.

> Kerahasiaan Kontrak

- Kedua belah pihak tidak boleh mengungkapkan kepada siapa pun bahwa pernikahan ini adalah pernikahan kontrak.

- Jika ada pihak yang membocorkan isi kontrak, maka pihak tersebut harus menerima konsekuensi yang telah disepakati sebelumnya.

> Perpanjangan Kontrak

- Setelah dua tahun, pernikahan dapat diperpanjang jika kedua belah pihak setuju.

- Jika tidak ada kesepakatan untuk memperpanjang, pernikahan akan otomatis berakhir.

Michael tersenyum melihat tingkah laku Rhea. “Sebagian besar isi kontraknya aku setuju, namun hanya satu hal yang aku kurang setuju, Rhea sayang.”

Michael menunjukkan poin tentang tidur terpisah.

“Kenapa? Bukankah lebih nyaman jika kita tidur terpisah?” kata Rhea dengan datar.

“Pertama, apartemenku tidak banyak kamar. Satu kamar tidur utama dan satu ruang kerjaku. Jadi tidak ada kamar lain untukmu tidur terpisah.”

Masuk akal. Kebanyakan apartemen memang tidak memiliki banyak kamar. Biasanya maksimal dua kamar saja, bahkan yang tipe studio seperti miliknya tidak ada ruangan yang di sebut kamar karena kamar dan ruang tamu jadi satu. Kecuali mereka menyewa penthouse, tapi siapa yang mau menyewa sebuah penthouse mewah?

“Jangan khawatir, Rhea. Aku tidak akan menyentuhmu tanpa izin. Jadi kamu bisa tidur dengan nyenyak di sampingku.” Michael menjelaskan dengan mengangkat tangannya.

“Baiklah, Miki. Aku setuju. Kita hapus poin tentang tidur terpisah.”

Mereka akhirnya sepakat dan menandatangani kontrak tersebut. Rhea menyimpan dengan baik kontraknya dan milik Michael dalam map dan ia masukkan ke dalam tasnya.

Tengah malam, cahaya lampu dari luar kamar hotel sayup-sayup menembus tirai tipis jendela kamar mereka.

Rhea tidur dengan nyenyak mungkin kecapekan setelah melakukan rangkaian upacara pernikahan. Sedangkan di sampingnya, Michael menatap wajah Rhea dari samping. Ia masih belum bisa tidur malam itu. Ia berulang kali ingin menyentuh wajah Rhea namun ia urungkan takut Rhea terbangun. Kemudian kantuk mulai menyerang dan perlahan Michael menutup matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 2 – Pemandangan dari Surga

    Hari masih sangat pagi, bahkan matahari masih belum sepenuhnya menampakkan dirinya. Namun, karena terbiasa bangun lebih awal. Rhea bisa bangun pagi tanpa mendengar suara alarm.Semuanya masih terasa seperti mimpi yang absurd.Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat bahwa ia tidak berada di apartemennya, melainkan di kamar hotel mewah tempat ia dan Michael menginap setelah pernikahan mereka kemarin.Ketika membuka mata, sungguh matanya langsung di suguhi pemandangan sangat indah. Bagaimana tidak, ia melihat wajah tampan dengan bulu mata lentik. Seorang malaikat yang tidur di sebelahnya. Rhea tersentak lalu ingat siapa sosok malaikat yang sedang tidur itu.Suaminya.Rhea menghela napas. Entah kenapa, ia merasa lega. Meski pernikahan mereka hanya pernikahan kontrak, tetap saja ada sesuatu yang terasa… aneh.Michael menggunakan baju tidur berwarna putih, rambut hitam panjangnya terlihat terurai dengan lembut. Hingga membuat Rhea tidak sadar sudah membelai beberapa helai rambut Michae

    Last Updated : 2025-03-12
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 3 – Dunia yang Berbeda

    Rhea menatap layar laptopnya dengan mata setengah mengantuk. Dosennya sedang menjelaskan tentang analisis pasar global dengan suara monoton yang nyaris seperti lullaby. Di sekelilingnya, mahasiswa lain tampak sibuk mencatat atau sekadar menatap kosong ke depan, sama bosannya dengan Rhea.Lima menit lagi, dan akhirnya kelas selesai.Rhea menuju lounge yang lumayan kosong. Ia suka duduk di pojokan dekat dengan jendela.Dia menghela napas panjang, ia sudah berusaha bertahan dari sisa kelas yang terasa semakin lama. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bertahan tanpa ketiduran hingga kelas selanjutnya dimulai—dan hampir berhasil—kemudian sebuah tangan tiba-tiba mendarat di bahunya."Rheaaa~"Rhea menoleh dan langsung mendapati wajah Kyle yang menyeringai jahil. Dia melonggarkan topinya dan duduk di kursi kosong di sebelah Rhea dengan santai."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Rhea dengan suara datar.Kyle mengangkat bahu. "Nggak boleh menemui istri sah-ku?"Rhea memutar bola m

    Last Updated : 2025-03-12
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 4 – Hidup Bersama

    Apartemen terasa sunyi ketika Rhea membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia melepas sepatunya, melangkah masuk sambil melirik sekeliling.Michael belum pulang.Tidak ada suara langkah kaki yang ringan, tidak ada aroma parfum khas miliknya yang memenuhi udara, dan yang paling penting, tidak ada komentar santai dari pria itu tentang betapa berantakannya kebiasaannya dalam meninggalkan barang di sembarang tempat."Jadi, aku sendirian."Rhea mendesah pelan. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa, mengambil bantal dan memeluknya sambil menatap langit-langit. Sejak pernikahan ini dimulai, hari-harinya dipenuhi dengan hal-hal aneh yang tidak pernah ia bayangkan.Michael, dengan segala keanggunan dan selera fashion-nya yang eksentrik, adalah kebalikan dari dirinya.Ia lebih suka hidup praktis, sederhana, tidak berlebihan. Michael? Dunia pria itu penuh estetika, penuh barang-barang mahal yang bahkan fungsinya kadang ia tidak mengerti.Tapi ada satu hal yang mulai ia sadari.Apartemen Michael terasa… nyam

    Last Updated : 2025-03-13
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 5 – Pagi yang Baru

    Matahari pagi menerobos masuk melalui celah tirai kamar, membanjiri ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut.Rhea menggeliat kecil di tempat tidur, matanya masih sedikit berat karena tidur larut semalam. Namun, begitu kesadarannya mulai pulih, ia menyadari sesuatu yang tidak biasa.Michael tertidur di sampingnya.Rhea menoleh perlahan, dan benar saja. Michael terbaring miring menghadapnya, napasnya teratur dan dalam, jelas-jelas sedang terlelap.Baju yang dikenakannya masih sama seperti semalam—kemeja putih dengan beberapa kancing terbuka di atas, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya."Jadi dia langsung tidur di sini setelah selesai bekerja?"Rhea menatapnya beberapa detik. Biasanya, Michael selalu terlihat rapi, seperti model yang baru saja keluar dari pemotretan majalah fashion. Tapi pagi ini, rambut hitam panjangnya sedikit berantakan, beberapa helainya jatuh ke wajahnya.Ada lingkaran samar di bawah matanya, tanda ba

    Last Updated : 2025-03-14
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 6 – Perang Belanja di Supermarket

    Supermarket besar di pusat kota terasa ramai sore itu. Lorong-lorongnya dipenuhi pelanggan yang sibuk memilih barang, dan suara kasir yang sibuk memindai harga terdengar di seluruh ruangan.Di antara kerumunan itu, sepasang pria dan wanita tampak sibuk dengan troli belanja mereka. Michael mendorong troli dengan gaya anggun, sesekali memiringkan kepala untuk membaca daftar belanjaan di ponselnya. Sementara Rhea berjalan di sampingnya, fokus pada barang-barang kebutuhan yang perlu mereka beli."Baiklah," Rhea membuka daftar di ponselnya, "kita mulai dengan bahan makanan dulu."Michael mengangguk. "Baik, sayang."Rhea menatapnya tajam. "Jangan panggil aku begitu di tempat umum."Michael tersenyum jahil. "Baik, Rhea~."Rhea mengabaikannya dan mulai mengambil beberapa bahan makanan. Ia memasukkan beberapa sayuran segar ke dalam troli—wortel, brokoli, bayam. Tanpa ia sadari, Michael diam-diam mengambil beberapa sayuran itu dan mengembalikann

    Last Updated : 2025-03-15
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 7 – Mencuri Nasi Goreng

    Kantin kampus siang itu cukup ramai, tapi Rhea sudah menemukan tempat yang nyaman di sudut ruangan. Ia duduk sendirian di salah satu meja dekat jendela, menikmati seporsi nasi goreng sambil membaca buku.Suapan pertama terasa hangat dan pas di lidah. Ia melirik buku di tangannya, mencoba memahami isi bacaan tentang strategi bisnis, namun fokusnya sedikit terpecah.Baru beberapa menit menikmati ketenangan, tiba-tiba seseorang menarik kursi di depannya dengan kasar.Braaakk!Rhea bahkan tidak perlu mengangkat wajah untuk tahu siapa yang baru datang.“Kyle.”“Hai, sayang,” sapa Kyle dengan suara ceria, langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi seolah itu miliknya.Rhea hanya mendesah pelan, tetap membaca bukunya dan tidak menggubris tingkah laku temannya yang terlalu bersemangat.Kyle mengamati nasi goreng di hadapan Rhea dengan tatapan penuh minat. “Hmm… wangi sekali.”Rhea menoleh sekilas. “Beli sendiri sana!”

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 8 – Pacar Baru Kyle

    Setelah perjalanan dari kampus yang cukup panjang, akhirnya Rhea dan Kyle sampai di apartemen Kyle. Begitu pintu terbuka, pemandangan khas apartemen Kyle langsung menyambut Rhea—baju berserakan di sofa, tumpukan buku di meja, dan beberapa gelas kosong di sudut ruangan.Rhea mendecak pelan sebelum akhirnya melangkah masuk.“Tidak ada yang berubah sejak terakhir aku ke sini,” katanya sambil melirik ke sekitar. “Masih semrawut.”Kyle tertawa kecil dan meletakkan tasnya di kursi. “Hei, ini bukan semrawut, ini artistik. Aku menyebutnya ‘organized chaos.’”Rhea mendengus sebelum menjatuhkan diri ke sofa. “Kalau ini ‘organized,’ aku tidak mau tahu apa yang disebut ‘disorganized’ olehmu.”Kyle hanya mengangkat bahu sebelum berjalan ke dapur kecilnya. “Mau minum sesuatu? Aku punya kopi, teh, dan mungkin ada jus yang hampir kadaluarsa.”Rhea menatap Kyle dengan tatapan datar. “Air putih saja.”Kyle mengangkat alis. “Boring.”Namun, ia te

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 9 – Rahasia yang Tidak Pernah Jadi Rahasia

    Langit siang itu tertutup awan tipis, membuat suasana di taman kampus terasa teduh. Angin sepoi-sepoi bertiup, menggoyangkan dedaunan pohon yang menaungi bangku taman tempat Rhea duduk. Dengan santai, ia membuka bukunya, mencoba membaca di sela waktu kosong sebelum kelas berikutnya.Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.Tiba-tiba, suara langkah cepat mendekatinya, disusul suara yang sangat familiar."Oi, Rhea!"Rhea hanya mendongak sekilas, melihat Kyle yang sudah menjatuhkan dirinya di bangku sebelahnya dengan napas sedikit tersengal."Tumben nggak di kantin," komentar Kyle sambil mengatur napas.Rhea menutup bukunya sebentar. "Lagi nggak pengen makan berat. Lagipula, suasana di sini lebih tenang."Kyle mendengus kecil. "Makanya aku cari-cari, ternyata kamu di sini."Ia menyandarkan punggungnya ke bangku dan mendongak ke atas, menatap dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin. Beberapa saat mereka hanya duduk dalam d

    Last Updated : 2025-03-18

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 61 – Musim Berganti, Ilmu Bertambah

    Kantor Bellezza Fashion Group dipenuhi nuansa hangat. Bukan hanya dari interior yang minimalis elegan dengan aksen kayu dan tanaman indoor, tapi juga dari semangat para pegawai yang masih terbawa euforia suksesnya peluncuran Aurora.Namun, seperti halnya daun gugur yang tak berhenti menari hanya karena satu hembus angin, pekerjaan tim branding juga tak mengenal jeda.“Semangat ya, tim. Kita masih harus bantu tim marketing untuk dorong campaign digital selama dua minggu ke depan,” ucap Kak Laila saat morning briefing di ruang rapat lantai dua.Kopi di tangan Mas Dimas tampak masih mengepul. Kak Felicia duduk dengan tablet di pangkuannya, mencatat poin-poin penting. Rhea duduk di sisi kanan Laila, membuka laptopnya sambil sesekali mencuri pandang ke presentasi yang ditampilkan di layar LCD.“Konten untuk IG dan TikTok brand udah dijadwalin semua, tapi yang organic dan UGC belum terlalu kuat. Kita butuh i

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 60 – Cahaya yang Kita Nyalakan

    Senin pagi itu, ruang kerja tim branding Bellezza sudah seperti markas perang. Layar besar di ruangan utama menampilkan countdown peluncuran campaign Aurora secara live di situs resmi dan seluruh kanal media sosial. Wajah-wajah tegang memenuhi ruang, tapi ada juga sorot percaya diri yang tak bisa disembunyikan.Rhea duduk di sebelah Laila, jari-jarinya memainkan pulpen, napasnya dalam-dalam.“Deg-degan ya?” tanya Dimas dari seberang meja.“Aku bahkan belum sarapan,” jawab Rhea, tertawa kecil, tapi nada suaranya terdengar gugup.“Tenang aja,” ujar Felicia sambil menyeruput kopi. “Kita udah kerja mati-matian buat ini. Kalau nggak berhasil... ya tinggal resign bareng.”Rhea dan yang lain tertawa, sedikit meredakan ketegangan.Pak Arman masuk dengan ekspresi santai. Seperti biasa, ia membawa termos teh hijau dan notes kecil yang sudah usang.“Semua sudah siap?” tanyanya.

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 59 – Cahaya di Balik Aurora

    Pagi itu, Rhea berdiri di depan cermin apartemennya sambil merapikan blazer berwarna nude yang membingkai kemeja putih gadingnya. Rambutnya ia ikat rapi ke belakang, makeup tipis menonjolkan pancaran mata penuh semangatnya. Hari ini adalah hari penting. Hari di mana ia akan mempresentasikan konsep branding untuk koleksi terbaru Bellezza, Aurora.“Aku bisa,” bisiknya pelan, lalu mengambil tas kerja dan bergegas menuju kantor.Setiba di Bellezza Fashion Group, suasana kantor sudah mulai ramai. Beberapa tim dari bagian desain dan marketing lalu-lalang dengan kertas moodboard dan laptop di tangan. Rhea menarik napas dalam-dalam sebelum masuk ke ruang rapat.Di dalam ruangan, beberapa kolega sudah duduk. Clara dari tim Digital Marketing, Reza dari Social Media, dan Olivia dari Tim Desain. Kepala Divisi Branding, Ibu Nindya, duduk di ujung meja dengan ekspresi tenang dan laptop terbuka.“Selamat pagi semuanya,” sapa Rhe

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 58 – Awal Baru

    Pagi itu, Rhea terbangun lebih awal dari biasanya. Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai kamarnya, menciptakan pola cahaya yang menari di dinding. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Junior Brand Strategist di Bellezza Fashion Group.​Dia berdiri di depan lemari, menatap deretan pakaian yang tergantung rapi. Setelah beberapa menit mempertimbangkan, dia memilih blouse putih sederhana yang dipadukan dengan blazer biru dongker dan celana panjang hitam. Penampilannya mencerminkan profesionalisme namun tetap modis, sesuai dengan industri tempatnya akan bekerja.​Sebelum berangkat, Rhea menerima panggilan video dari Michael."Good morning, Mrs. Ataria," sapa Michael dengan senyum hangat dari layar ponselnya."Good morning, Mr. Gunawan," balas Rhea sambil tersenyum. "Hari pertamaku hari ini.""Aku tahu. Kamu akan luar biasa. Ingat, percaya diri dan jadilah dirimu sendiri.""Terima kasih,

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 57 – Dunia yang Baru

    Mentari baru saja merangkak naik di ufuk timur saat Rhea sudah berdiri di depan cermin.Hari ini adalah hari besar.Ia mengenakan blouse putih bersih dengan potongan sederhana namun elegan, dipadukan dengan celana panjang high-waist berwarna krem muda. Rambutnya dikuncir rapi, make-up natural menghiasi wajahnya, mempertegas kesan dewasa dan profesional."Hari ini aku siap," katanya, menguatkan diri di depan bayangannya.Ia mengambil tas kerja hitam kecil berisi dokumen lamaran, lalu melangkah keluar apartemen.Perjalanan menuju gedung perusahaan multinasional itu terasa begitu panjang, meski sebenarnya hanya butuh waktu tiga puluh menit dari apartemennya.Sepanjang jalan, jantung Rhea berdebar keras.Tangannya berkeringat dingin, meski AC mobil sudah cukup sejuk."Aku sudah latihan. Aku bisa," gumamnya berulang-ulang seperti mantra.Saat mobil yang ia tumpangi berhenti di depan gedung tinggi menjulang dengan kaca-kaca besar

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 56 – Pertemuan yang Tak Disangka

    Pagi itu, langit Surabaya cerah dengan sapuan awan tipis yang berarak malas.Rhea berdiri di depan cermin apartemen, memastikan gaun pastel sederhana yang dikenakannya tampak rapi. Ia mengambil undangan kecil berwarna krem yang telah dikirimkan beberapa hari lalu."30th Wedding Anniversary of Mr. & Mrs. Adrian Gunawan."Ia menarik napas panjang. Ini pertama kalinya ia menghadiri acara besar keluarga Michael sendirian.Mobil online yang ia tumpangi melaju mulus menuju kawasan elite Surabaya Barat.Sesampainya di gerbang rumah keluarga Gunawan, Rhea terpesona. Taman di depan rumah dipenuhi rangkaian bunga putih dan peach, membentuk lorong kecil menuju aula kaca di halaman belakang.Suara musik klasik mengalun pelan, tamu-tamu dengan busana formal bercengkerama sambil membawa gelas-gelas kristal berisi sparkling juice."Rhea!" seru suara hangat. Mama mertuanya—Emily Gunawan—berjalan cepat menghampirinya. Gaun biru navy

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 55 – Pertemuan yang Tak Disangka

    Langit Surabaya siang itu sedikit mendung, seolah ikut merasakan beratnya hati Rhea.Baru satu jam yang lalu, ia berdiri di balik dinding kaca besar bandara, melihat pesawat yang membawa Michael perlahan menghilang ke balik awan. Perpisahan yang walau sudah dipersiapkan dengan hati-hati, tetap saja menyesakkan dada.Dengan langkah ringan tapi hati berat, Rhea menyusuri jalanan kota, tidak ingin langsung pulang ke apartemen yang akan terasa terlalu kosong.Tanpa banyak berpikir, ia meminta sopir taksi online untuk mengarah ke sebuah kafe kecil di sudut kota—tempat yang dulu sering ia datangi bersama Kyle saat butuh tempat menenangkan pikiran.Kafe itu masih sama.Wangi kopi memenuhi udara, bercampur dengan suara gitar akustik yang samar.Rhea memilih duduk di pojok, dekat jendela. Ia memesan cappuccino hangat dan croissant cokelat. Ingin mengisi kekosongan itu dengan sesuatu yang sederhana.Sambil menunggu pesanannya datang, Rhea men

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 54 – Tawaran yang Menggoda

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu melalui tirai apartemen. Rhea duduk di sofa, mengenakan sweater longgar dan celana pendek santai, sementara Michael sibuk di dapur menyiapkan sarapan sederhana—roti panggang dan telur dadar."Aromanya enak," puji Rhea sambil tersenyum lebar.Michael menoleh, mengedipkan mata genit. "Tentu. Chef suamimu ini sangat berbakat."Rhea terkikik. "Chef dadakan."Mereka sarapan dengan obrolan ringan. Namun suasana sedikit berbeda. Ada aroma kegelisahan samar di udara—karena hari itu, tersisa hanya dua hari sebelum Michael harus kembali ke Paris.Saat Rhea sedang menyeruput kopinya, Michael meletakkan garpu di piring dan menatapnya serius."Rhea," panggilnya lembut."Hmm?"Michael menghela napas kecil. "Aku udah pikirin ini beberapa hari... Aku pengen kamu ikut ke Paris. Untuk liburan, sekalian jalan-jalan sebelum kamu beneran masuk dunia kerja."Rhea terkejut, matanya memb

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 53 – Hari di Taman Hiburan

    Pagi itu, suasana apartemen dipenuhi aroma harum kopi dan roti panggang. Rhea mengenakan hoodie putih kebesaran milik Michael, sementara Michael sendiri sibuk merapikan rambutnya di depan kaca.“Hari ini cuacanya bagus banget, sayang,” kata Michael sambil mengintip ke luar jendela. “Gimana kalau kita pergi ke taman hiburan?”Rhea yang masih duduk bersila di sofa, mengunyah roti pelan, mengangkat alis. “Taman hiburan? Sekarang? Kita bukan remaja lagi, tahu.”Michael tertawa. “Justru itu. Sekarang kita bisa menikmati semuanya tanpa harus pura-pura sok dewasa.”Rhea menggeleng, tapi senyum tak bisa disembunyikan dari bibirnya. Ada sesuatu yang menghangat di hatinya—kebebasan, keceriaan, dan kehadiran Michael yang selama ini hanya bisa dirindukan lewat layar ponsel.“Oke,” katanya akhirnya. “Tapi aku nggak mau naik wahana yang bikin muntah.”“Deal,” sahut M

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status