Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan Luka / Andika Mulai Pedekate

Share

Andika Mulai Pedekate

Penulis: BedeR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-15 15:16:26

Sejak kelahiran anak Putri, Aji sering buat alasan keluar kota. Dewi tak tahu harus bertahan berapa lama, dengan kondisi ini.

"Aku ada rapat sama PT Asia Menara, di Jakarta. Berangkat hari ini." katanya, sembari mempersiapkan keperluannya sendiri.

Dewi hanya terdiam. Selalu saja suaminya itu memberikan kabar dadakan kalau hendak keluar kota.

"Berapa hari di Jakarta, Mas?" tanya Dewi, tak bersemangat.

"Belum tahu." jawaban Aji, semakin membuat hati Dewi kecut.

"Mas. Ponselmu jangan dimatikan ya. Nanti kalau aku mau hubungi kamu, biar gampang!" pinta Dewi penuh harap.

"Kenapa kamu mulai atur-atur aku. Urus saja urusan kamu sendiri!" jawab Aji kasar.

Mendengar jawaban yang menyakitkan itu, Dewi hanya bisa terdiam. Seketika, bulir-bulir bening air matanya pun jatuh membasahi pipi.

"Kenapa dia kasar dengan aku," gumam Dewi, dengan hati yang hancur.

Di otak Dewi, semua kekacauan ini, karena hadirnya Putri Gina, perempuan yang kini telah melahirkan anak Aji.

***

Malamnya, Dewi benar-benar tak bisa memejamkan matanya. Perlakuan perlakuan kasar yang belakangan dia terima dari Aji, benar-benar memporak-porandakan hati dan pikirannya. Dewi butuh tempat berbagi untuk kesedihannya.

"Bisa nggak besok ketemuan. Aku mau ngomong sesuatu," ucap Dewi pada Andika. Teman sekolah Dewi saat di bangku putih abu-abu.

Masih centang satu, saat pesan itu sudah terkirim ke Andika.

"Aduh. Pakai nggak aktif segala, nomor Andika ini!" Dewi kecewa.

Setengah jam kemudian, pesan singkat Dewi, baru diterima Andika.

"Sori, gue lagi di Jakarta, sama temen-temen. Reunian!" balas Andika.

"Cepet balik, aku tungguin," balas Dewi, masih kecewa. Padahal, selama ini Andika selalu ada untuk Dewi.

Tapi, sayangnya posisi Andika memang sedang berada di luar kota.

"Siap. Tuan putri!"

"Jangan sebut-sebut nama Putri. Aku benci dengan nama itu," protes Dewi.

"What happen?"

"Panjang ceritanya! Makanya aku tunggu kamu! Kalau bisa, besok ya aku mau kamu udah muncul di depan aku!" balas Dewi setengah memaksa.

"Oke. Baiklah tuan putri yang manja. Besok temani aku makan ya. Di tempat biasa," goda Andika lagi.

Mereka biasa barter. Saling membutuhkan satu sama lainnya. Andika yang masih membujang ke usia 38. Sedangkan Dewi, sudah menikah dengan pria pilihannya.

Dulu, saat di bangku SMA, dimana ada Dewi, di sana ada Andika. Padahal, mereka bukan sepasang kekasih. Andika punya Rosa, si cantik ketua OSIS. Dewi punya Aji, kakak kelas, anak orang kaya. Tapi, Dewi tak menyangka sama sekali. Pria yang dia puja-puja saat di bangku SMA itu, kini justru memberinya luka, setelah bersama sekian tahun lamanya.

***

Sesuai janji Andika. Dia benar-benar menepati janjinya.

"Jemput aku di bandara." pinta Andika lewat chat.

Tanpa menunggu lama, Dewi tancap gas, dengan mobil jazz nya menuju bandara.

Pagi itu, Dewi benar-benar bahagia. Karena, saat ini, di otaknya, hanya ingin bertemu Andika.

Ia ingin menumpahkan segala keluh kesahnya, dan bersandar di bahu Andika.

"Lama banget sih kamu healing ya!" celetuk Dewi yang sedikit sewot saat melontarkan kalimat itu.

"Hahahaha. Happy dong. Masa iya cemberut melulu, kayak yang di sebelah aku ini," lirik Andika, ke arah Dewi yang sedang fokus mengendalikan setir mobilnya.

Spontan, tangan Dewi langsung mencubit paha Andika.

"Aduh! Sakit tahu!" tepis Andika yang coba menyingkirkan tangan Dewi yang sudah mencubit pahanya itu. Www

"Kalau paha aku biru-biru, tanggung jawab bawa ke dokter?" sebut Andika.

"Hehehe. Emang gue pikirin!" jawab Dewi, santai.

Tak lama, Dewi malah menambah cubitannya ke paha Andika.

"Ih nakal banget ini istri orang!" celetuk Andika, seraya mendaratkan ciuman dadakan ke pipi kiri Dewi.

Dewi terhenyak mendapat ciuman yang tiba-tiba mendarat di pipinya itu.

Andika jadi heran.

"Lho kenapa tuan putri tiba-tiba bengong?! Hahahaha!" goda Andika yang coba mencubit pipi Dewi yang tiba-tiba memerah.

"Iya karena kamu tiba-tiba ngasih ciuman nggak pakai izin!" protes Dewi.

"Kamu sih. Nakal!" kata Andika lagi.

"Mau lagi nggak?!" goda Andika lagi, semakin buat Dewi tersipu malu-malu.

"Nanti kapan-kapan aku mau lainnya. boleh nggak?! goda Andika semakin buat Dewi salah tingkah, hari itu.

"Apaan sih!" jawab Dewi yang berusaha menyembunyikan perasaan bahagianya itu. Karena, baru kali ini tiba-tiba dicium Andika.

"Dewi, aku boleh nggak ketemu sama Aji. Aku mau ngomong secara laki-laki," kata Andika, bikin kaget Dewi.

"Eh jangan macem-macem kamu. Belum waktunya, kalau ketemu sama Aji." cegah Dewi.

"Jadi, kamu mau hidup menderita bareng Aji, sampai nenek-nenek?" Andika melepas tawa.

"Ya nggak gitu, kali!" protes Dewi.

"Hmm. Tapi kenapa aku nggak boleh terus sama Aji, kalau aku mau merebut mu dari tangan dia?!" ucap Andika jujur.

"Sudah kayak barang aja aku ini mau diperebutkan!" Dewi terkekeh.

"Serius ini. Kamu mau nggak jadi istri aku?" Andika mengatakan itu to the point ke Dewi.

Dewi terdiam. Dia masih tak yakin dengan pernyataan Andika.

"Hei... kenapa bengong sih lihat aku. Udah kayak lihat hantu aja, pandangi aku kayak gitu," Andika spontan mencubit pipi Dewi. Tak lama, bibir mereka pun saling terpaut satu sama lain.

Dewi begitu menikmatinya. Hingga dia lupa, sebenarnya Dewi harus pasang wajah pura-pura menolak hati Andika.

"Dewi. Aku sayang kamu. Terima ya perasaan aku ini," bisik Andika, lirih di telinga kanan Dewi.

Dewi hanya terpaku, memandangi wajah tampan Andika yang pesonanya menyilaukan banyak perempuan.

"Tapi, kalau aku terima, ada yang marah nggak nanti?" tanya Dewi sok menguji Andika.

"Siapa. Aku ini laki-laki jomblo yang tak laku-laku. Kecuali ada janda cantik di depan aku ini, dia pasti mau terima aku." kata Andika percaya diri.

"Ih. Sok percaya diri. Siapa juga yang mau sama jomblo playboy satu ini!" Dewi bercanda.

"Ayolah sayang. Terima aku. Aku sangat sayang sama kamu," kata Andika, merayu Dewi dengan kata-kata manisnya itu.

"Jangan. Kamu masih punya banyak peluang dapat anak gadis. Rugi besar kalau kamu mau sama janda." kilah Dewi masih sok-sok menolak Andika.

"Jangan membohongi kata hati kamu, Dewi. Nanti kamu nggak bisa tidur karena merindukan aku." Andika kembali berbisik mengatakan itu di telinga Dewi.

"Aku bukan perempuan yang baik buat kamu, Andika. Banyak perempuan lain disana yang masih gadis. Dia akan memberikan kamu kebahagiaan yang kamu cari. Kalau sama aku. Kamu hanya dapat kesedihan." kata Dewi dengan nada pasrah.

"Aku nggak peduli. Hidup aku bahagia cuma sama kamu," Andika masih melancarkan rayuan mautnya untuk Dewi.

"Andika. Aku lapar. Sesi menggombal nya, udah ya. Kita makan aja yuk." kata Dewi berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Aku sayang kamu, Dewi. Ingat itu," kata Andika, sebelum menjauh dari tubuh Dewi.

Dewi tak bisa berkata-kata. Keduanya pun berlalu menuju rumah makan langganan mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Luka    Alea Dijemput Aji

    Tak terasa, Alea sudah empat tahun.Pagi itu, waktu masih menunjukkan pukul tujuh. Aji sudah mendapatkan semua data-data tentang keberadaan Dewi.Termasuk keberadaan Alea, yang saban hari dititipkan di rumah Rosa."Antarkan saya ke alamat itu," perintah Aji pada Heri, pria muda usia 30 tahunan itu menurut saja apa yang dikatakan Aji.Heri langsung tancap gas menuju ke rumah Rosa. Dalam hitungan setengah jam kemudian, mobil Pajero Sport itu parkir di halaman rumah Rosa.Rosa, yang sedari tadi sibuk di dapur, mendengar suara deru mobil berhenti di depan rumahnya, tiba-tiba menghentikan aktifitasnya.Apalagi, saat bel rumahnya berbunyi. Dia bergegas menuju ruang tamu, melihat siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya, sepagi ini.Dibukanya tirai jendela ruang tamu rumahnya."Hah? Aji?" Suami Dewi. Ada apa dia datang pagi-pagi begini?" Rosa heran.Bel ruang tamunya dibunyikan Aji lagi.Rosa pun harus membuka pintu ruang tamu itu."Mas Aji?" Rosa pura-pura memastikan bahwa itu Aji, suami De

  • Pernikahan Luka    Hari Pertama Masuk Kerja

    Pagi ini, Dewi penuh semangat. Menjalani hari barunya di sebuah kantor showroom mobil."Semoga aku diberi kesuksesan di tempat baruku ini," gumam Dewi, membatin.Satu hal yang membuatnya ingin selalu bersyukur. Teman-teman kantornya, baik dan ramah."Hai.....Mbak. Kenalin aku Fitria," sapa perempuan muda itu, menghampiri meja kerja Dewi."Ya Allah, terimakasih atas segala yang Engkau anugerahkan untukku kali ini," ucap Dewi, dalam hati."Dewi," sebut Dewi, menyebutkan namanya di depan perempuan itu, sembari menyambut jabat tangannya."Selamat bergabung di kantor ini ya Mbak," ucapnya lagi penuh persahabatan.***Waktu menunjukkan pukul 10.00 wib. Sebuah mobil Fortuner putih dengan nomor polisi BP 99 AJ, berhenti di pelataran showroom mobil tempat Dewi bekerja.Dewi hafal betul pemilik nomor polisi BP 99 AJ itu dulu adalah Aji, mantan suaminya.Melihat kedatangan mobil itu, debar jantung Dewi tak karuan."Ya ampun, kenapa manusia satu ini selalu aku jumpai dimana-mana? Skenario apa yan

  • Pernikahan Luka    Cari Lowongan Kerja

    Dewi bingung. Semakin hari, uang tabungannya semakin berkurang.Berharap uang pemberian dari Andika?Tidak. Itu tidak mungkin bagi Dewi. Apalagi setelah pertengkaran tempo hari, membuat Dewi jadi serba salah.Sementara itu, tuntutan hidup terus berjalan. Alea semakin semakin hari semakin besar dan dia juga butuh biaya."Alea sayang, doain mama cepet dapat kerja ya. Nanti kalau sudah dapat kerja, Alea pasti bisa jajan apa saja yang Alea mau." kata Dewi coba bicara dengan anak gadisnya itu.Alea sebenarnya masih tiga tahun. Dia juga nggak bakal mengerti apa yang dibicarakan Dewi. Tapi, bagaimana pun juga Dewi memberinya pengertian.Di sisi lain, Alea juga bingung semisalnya dia keterima kerja di sebuah tempat."Tapi, siapa yang jaga Alea ya?" Dewi bingung sendiri."Ah itu urusan belakangan. Sekarang aku mau fokus cari kerja apa saja yang bisa menambah penghasilan aku," pikir Dewi, simple.***"Ros. Kabari ya kalau ada lowongan kerja. Kerja apa aja aku terima." pesan Dewi ke sahabatnya.

  • Pernikahan Luka    Ultah Alea

    Dewi memandangi wajah Alea yang sedang tertidur."Wajah Aji junior." batin Dewi.Dia membelai lembut rambut bocah itu."Besok ulang tahun Alea Mas, yang ketiga tahun." kata Dewi di depan Andika.Andika diam saja tak meresponnya."Kita buat acara apa ya, besok?!" tanya Dewi lagi.Dilihatnya Andika masih sibuk otak-atik ponselnya. Dia masih tak merespon Dewi."Kita rayain dengan undang anak tetangga yang dekat sekitar rumah saja ya Mas." kata Dewi lagi. Lagi-lagi Dewi masih dicuekin."Bolehkan Mas ya. Paling habis dua jutaan biayanya." sebut Dewi."Nggak usah macem-macem. Kita masih butuh biaya hidup yang lainnya. Jangan buang-buang uang. Sekarang susah nyari uang," cerocos Andika panjang lebar."Jangan boros-boros. Aku saja belum ada kerjaan tetap. Rencananya, aku akan ambil tawaran kerja lagi, guide di Bali. Jadi, sebisa mungkin kita harus berhemat dalam segala hal." kata Andika lagi, tanpa menatap Dewi. Karena dia masih sibuk dengan ponselnya."Uh pelit!" gerutu Dewi.Ada rasa kes

  • Pernikahan Luka    Sah

    "Sah. Kini kalian sudah jadi pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan agama." ucap Pak Penghulu yang usianya lumayan masih muda itu.Dalam hati, Dewi pun bahagia. Karena impiannya hidup bersama Andika, menjadi kenyataan."Terimakasih ya Allah atas semua anugerah yang telah Engkau hadirkan untuk aku hari ini," Dewi mengucap syukur usai ijab kabul di depan Pak Penghulu.Dewi dan Andika tak langsung pulang. Andika mengajak Dewi ke kafe tempat biasa mereka datangi."Andika." panggil Dewi."Aku nggak mau dipanggil Andika. Mulai sekarang panggil aku Mas Andika," protes Andika.Dewi pun melepas tawa. Dia pura-pura lupa, kalau pria yang baru satu jam yang lalu itu, sah menjadi suaminya."Dew. Aku boleh request sesuatu nggak ke kamu?" tanya Andika, memandang lekat-lekat bola mata Dewi yang terlihat berbinar-binar."Apa sayang. Asal jangan minta diambilkan bintang di langit aja ya." Dewi melepas tawa untuk kesekian kalinya.Andika mencubit spontan pipi Dewi yang chubby.Dewi pun mengadu

  • Pernikahan Luka    Andika Melamar Dewi

    Sore itu, mentari kembali ke peraduan. Mendung menggelayut di langit biru.Dewi termenung di ruang tamu. Alea, masih tertidur di ranjang bayinya.Tak terasa, sudah tiga bulan Aji meninggalkan Indonesia, Dewi dan juga Alea.Dewi bersyukur, Alea tak lagi rewel saat ini. Sepertinya, kemarin itu Alea rewel karena berpisah dengan Aji. Sekarang, dia sudah tenang, dengan hadiah lukisan gambar Alea dalam gendongan Aji.Kalau pun rewel itu hanya karena minta minum susu. Sesekali juga aku tunjukin lukisan dari papanya itu kalau dia tak kunjung diam."Ya Allah Nak, kamu besar tanpa sosok seorang ayah. Tapi mama yakin, kelak kamu bakal tumbuh jadi gadis tangguh yang tak gampang menyerah, dengan segala situasi." Dewi memandangi foto Alea dalam gendongan Aji. Foto itu dia ambil, sehari sebelum berpisah dengan Aji yang pamit hendak pindah ke Amsterdam."Apa kabar kamu Mas disana. Semoga kamu baik-baik saja. Ingat Alea ya Mas. Dia akan terus merindukan kamu balik lagi ke Indonesia," ucap Dewi dalam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status