Share

Bab 149_ Pemakan Urat Kesabaran

"Uhuk ... uhuk ...!" Hendry tersedak. Padahal ia belum menelan sebutir nasi pun.

Sinta memberikan segelas air putih pada suaminya. Dan menepuk-nepuk pelan punggung Hendry.

"Sisil, apa kau ingin membunuh ayahmu dengan mengatakan hal menjijikan seperti itu?" bentak Sinta langsung dengan suara sekeras mungkin. Hingga terdengar menggelegar memenuhi ruang makan. Padahal ia sudah sedikit menahan suaranya. Jika tidak ada Hendry di antara mereka, tentu suara Sinta bisa lebih nyaring lagi.

Baru saja Sinta senang atas sikap putrinya yang tampaknya sudah bisa melupakan Janu, sekarang Sisil malah meminta ayahnya untuk melamar Janu. Baru kali ini Sinta merasa putrinya sudah gila.

Sinta benar-benar sudah habis urat kesabarannya dalam menghadapi putrinya sendiri. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Sisil. Sangat-sangat tidak masuk akal dan tidak realistis sama sekali.

Memangnya apa istimewanya Janu? Mungkin lelaki itu memang tampan dan sedikit pintar, tapi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status