Bab 7 Fitnahan "Apa yang dikatakan Bu Yati itu benar. Kamu dan Fathan kan bukan mahrom, jadi lebih baik tidak tinggal satu rumah," ucap Pak RT yang membenarkan perkataan warganya barusan yang rupanya bernama Bu Yati.Suasana yang tadinya sudah agak tenang kini kembali mulai riuh. Sedangkan di waktu itu juga Mas Fathan tak kunjung memunculkan keberadaannya. Arghh! Apa iya suami rahasiaku itu tak mendengar keributan di rumahnya yang terus-menerus memojokkanku. Menyebalkan!"Bu!" ku alihkan pandanganku ke arah Bu Joko yang sejak tadi hanya mengunci mulutnya.Dengan tatapan tak suka Bu Joko lalu berkata, "yaaa ... yang dibilang Bu Yati itu ada benarnya."Mendengar perkataan dari Bu Joko barusan seketika membuat emosiku tersulut. Dan seharusnya aku pun tahu mengharapkan pembelaan dari ibu mertuaku itu sama saja hanya sebuah kesia-siaan. Nihil!"Iya, Rum ... Apa yang dikatakan Bu Yati itu benar. Lagian aku juga udah capek setiap hari harus ngeliat kamu deketian Mas Fathan terus," sahut Mba
Bab 8 Pamit Dan aku tahu fitnahan ini adalah perbuatan mereka. Aku percaya apa yang Bu Joko dan Mbak Mira lakukan tersebut guna mengusirku dari rumah ini dan memisahkanku dengan suamiku sendiri. Tetapi seandainya diriku memang harus meninggalkan tempat ini, aku tidak akan membiarkan mereka merusak nama baikku. Lihat saja nanti apa yang akan ku perbuat untuk membalas perbuatan mereka padaku ini.***Setelah bubarnya keributan yang ada, Mbak Mira dan Bu Joko pun ikut melengos pergi tanpa bersuara padaku. Menatap kepergian dua wanita menyebalkan itu sungguh membuatku ingin mencakar-cakar keduanya. Namun, karena kejadian ini aku betul-betul tersadar tentang sifat Mbak Mira yang sebenarnya. Dimana pada awalnya aku begitu bersimpati padanya karena nasibnya yang diham*li orang tak bertanggung jawab ditambah diperlakukan kurang baik oleh Mas Fathan. Akan tetapi setelah fitnahan ini terjadi, aku berjanji dalam hati tidak akan lagi ada rasa iba untuk dua manusia jah*t seperti mereka. Akan ku
Bab 9 Teror?"Ada apa? Kok ke sini lagi?" tanya Mas Fathan padaku.Aku tersenyum manis pada suami rahasiaku itu. Dan belum sempat menjawab pertanyaannya tiba-tiba saja terdengar suara teriakan dari dalam rumah. Mas Fathan berlari masuk ke rumahnya tanpa menunggu jawaban dariku. Aku tak mempermasalahkannya karena aku tahu suami rahasiaku itu pasti khawatir setelah mendengar teriakan yang ku yakini berasal dari ibunya itu."Yes! Rencanaku berhasil!" senangku dalam hati.Benar. Aku merasa senang karena aku percaya teriakan dari dalam rumah barusan pasti berasal dari penghuninya. Dimana aku yakin Bu Joko ataupun Mbak Mira sudah terkena imbas dari apa yang sudah ku buat sebelum aku pergi meninggalkan rumah tadi pagi."Ada apa, Mbak Arum?" tanya seseibu yang tiba-tiba hadir di sebelahku. Seseibu itu celingukan ke arah dalam rumah seakan sedang mencari sesuatu. Ternyata teriakan dari dalam rumah Bu Joko juga mampu mengundang kehadiran para tetangga. Tentu saja hal ini membuatku semakin sena
Bab 10 Bagaimana Bisa?Mbak Mira mengangguk dan membenarkan pertanyaan suaminya itu. "Tapi gak sama pakaianmu, Mas," sambung Mbak Mira.Mas Fathan pun merasa heran dan bertanya-tanya mendengar perkataan Mbak Mira barusan. Ekspresi yang sama pun ditunjukkan dari para tetangga yang ada. Sedangkan aku berusaha untuk tetap tenang supaya tidak dicurigai karena sebenarnya yang terjadi sore ini adalah karena perbuatanku."Kok, bisa ya?" tanya Mas Fathan pada dirinya sendiri. Terlihat jelas raut wajah suami rahasiaku itu tengah kebingungan dengan apa yang terjadi hari ini. Karena sama-sama merasa tidak bisa memberikan penjelasan lebih lanjut membuat suasana menjadi hening sejenak. Sampailah beberapa saat kemudian aku membuka suara untuk mencairkan suasana. "Yaudahlah Mas lebih baik kita bersihkan aja baju-bajunya Ibu," ajakku.Mas Fathan menoleh ke arahku seakan menyetujui usulanku barusan. Berbeda dengan Mbak Mira yang tiba-tiba menyahut karena aku menyebut Bu Joko dengan panggilan ibu."I
Bab 11 Memperjuangkan Pernikahan?Ku tatap Mbak Mira dengan amat tajam dan berkata ,"bagaimana? Masih betah jadi istrinya Mas Fathan?" Ku sunggingkan sedikit sudut bibirku lalu berjalan meninggalkan Mbak Mira yang tampak kesal."Aaarrgggh!!" teriak Mbak Mira kesal ketika aku baru beberapa langkah menjauh darinya.***Di suatu sore, di saat aku tengah bersantai di teras rumah tiba-tiba aku dikejutkan dengan kedatangan Mas Fathan. Dari penampilannya aku menduga pasti suami rahasiaku itu baru pulang dari tempat kerjanya tanpa balik ke rumahnya lebih dahulu."Assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam," balasku seraya meraih tangan kanan Mas Fathan lalu mencium takzim punggung tangannya."Ada apa, Mas? Kok ke sini gak ngabari dulu?" tanyaku basa-basi.Tanpa menjawab pertanyaanku lebih dulu Mas Fathan lantas memilih untuk duduk di bangku yang sebelumnya aku tempati. Mengusap wajahnya dengan agak kasar kemudian terdiam untuk beberapa saat.Ku perhatikan suami rahasiaku itu lebih seksama. Terlihat
Bab 12 Satu Rahasia TerbongkarMendengar ucapanku tersebut, lalu Mas Fathan pun terdiam sejenak. Tanpa ku duga laki-laki berstatus suamiku itu langsung memelukku seraya berkata dengan nada yang lembut."Aku akan dukung kamu."Aku tersenyum lega karena perkataan Mas Fathan barusan. Seketika itu aku pun membalas pelukan darinya.***Beberapa hari setelah keributan di rumah Bu Joko berlalu, kini hidupku menjadi sedikit lebih tenang. Apalagi sekarang ini Mas Fathan sudah membebaskanku untuk bertindak guna membersihkan namaku dan membuat ibunya masuk ke dalam jebakanku. Tak hanya itu, Mas Fathan juga bersedia membantuku jika nantinya aku membutuhkannya. Jelas karena hal ini lah yang kemudian membuatku semakin sayang pada suami rahasiaku itu.Meski begitu aku sendiri masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi ketika Mas Fathan berada di kamarnya saat itu. Mengapa bisa darah-darah yang aku letakkan di lemari baju milik Mbak Mira hilang tanpa meninggalkan bekas sedikitpun. Begitu juga
Bab 13 Posisi SulitTerlepas apapun tuduhan mereka padaku, aku tak lagi memedulikannya. Bagiku yang terpenting sekarang adalah menguatkan lagi mentalku untuk menghadapi Mbak Mira dan Bu Joko kedepannya. Karena aku percaya setelah kejadian ini pasti akan terjadi keributan lagi. Bahkan mungkin akan lebih seram dari ini.Budhe Sri juga akhirnya meminta para tetangga untuk pulang. Keributan kali ini betul-betul membuatku merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi nantinya. Aku takut jika pernikahan rahasia ini terbongkar, mungkin aku tidak akan mengeluarkan uang milyaran. Tetapi sebagai gantinya aku akan benar-benar berpisah dengan Mas Fathan. Astaghfirullah ... Bagaimana ini?????***Malam itu di saat aku tengah bersiap untuk tidur aku kembali teringat dengan kejadian tadi sore. Keributan antara aku dan Mbak Mira serta terkuaknya fakta jika aku tidaklah sepupuan dengan Mas Fathan benar-benar membuatku gundah. Aku betul-betul merasa tak tenang sekarang ini.Aku takut jika Mas Fathan ak
Bab 14 Hilang Kabar"Aku gak mau pisah sama kamu, Mas," kataku pelan. Mas Fathan tak bersuara. Ia terdiam untuk beberapa saat yang malah membuatku mendongak ke arahnya. Dan tiba-tiba Mas Fathan memelukku seraya berkata yang membuat kedua mataku perlahan mulai berkaca-kaca. "Percayalah, Dek ... Sampai kapanpun Mas akan perjuangkan pernikahan kita. Walaupun harus menjual ginjal sekalipun."***Di saat matahari sudah meninggi, di saat itu lah Mas Fathan memutuskan untuk pulang ke rumah ibunya. Ia akan memastikan keadaan rumah setelah keributan yang terjadi kemarin sore. Terlebih tadi malam Mbak Mira terus saja menghubunginya yang mana sebenarnya hal itu sedikit membuat Mas Fathan khawatir jika memang terjadi sesuatu pada wanita yang telah melahirkannya itu. "Aku pulang, ya." Mas Fathan tersenyum manis lalu mengecup dahi ku. Aku mengangguk pelan dan mengiyakan kepergian suami rahasiaku itu. Beberapa saat setelah Mas Fathan pergi, aku masih terduduk mematung di ruang tamu. Obrolan ant