Share

Bab 4

Author: Cintya
Jika orang lain yang menjelaskan identitas Landon, Kezia pasti masih sedikit ragu. Namun, orang yang menjelaskan adalah Leona.

Leona sangat ingin menjadi menantu keluarga kaya. Dia selalu fokus meneliti anggota keluarga-keluarga kaya di Kota Badaga. Jadi, dia cukup paham sebagian identitas tokoh-tokoh kelas sosial atas.

Setiap informasi keluarga kaya yang keluar dari mulut Leona, jika tidak sepenuhnya benar, setidaknya setengahnya akurat. Itu sebabnya, semua orang percaya.

Kezia mendengarkan gosip sambil mulai mengantuk. Begitu terbangun, semua orang sedang membereskan barang dan bersiap-siap. Kezia memutar bola matanya, lalu beranjak dan langsung menyusul Leona dari belakang.

"Leona,” panggil Kezia dengan sangat akrab. Dia merangkul pundak Leona sambil tersenyum dan bertanya, "Mau pulang, ya?"

Leona mengerlingkan matanya sebelum menimpali, "Kezia, senyumanmu kayak ada maksud tertentu. Apa yang kamu mau?"

"Aku jual berita padamu. Mau nggak?" tawar Kezia.

Leona mendengus dingin, lalu menimpali, "Kamu mau jual berita padaku? Kamu pikir gelar sebagai ratu gosip itu aku dapatkan begitu saja?"

Biasanya orang lain yang mencari informasi dari Leona. Belum pernah ada orang yang menjual informasi kepadanya.

"Sayang, aku jamin kamu juga belum tahu berita kali ini," tutur Kezia.

"Aku nggak percaya," sahut Leona.

"Ini berita tentang Landon. Mau nggak?" tanya Kezia.

Leona seketika membelalakkan matanya dan bertanya, "Berapa harganya?"

Ternyata benar. Dilihat dari ekspresinya saat membicarakan tentang Landon tadi, Kezia langsung tahu bahwa Leona pasti tertarik pada Landon.

Selama sesuai minatnya, Leona pasti rela membayar harga tinggi untuk membeli berita dari Kezia.

Kezia tersenyum sembari berkata, "Satu informasi, harganya 20 ribu. Tergantung kamu mau tahu berapa banyak."

"Gila, mahal banget. Kamu mau rampok, ya?" sahut Leona.

"Nggak mau? Kalau nggak mau, aku cari orang lain saja," ucap Kezia.

"Mau, mau. Kembali kamu!" seru Leona.

Kezia menarik Leona duduk di lapangan, lalu mulai melakukan transaksi. Yang satu membayar, yang satu menjual informasi.

"Apa golongan darah Pak Landon?" tanya Leona.

"AB," jawab Kezia.

"Apa selera makanannya?" tanya Leona.

"Yang nggak terlalu berbumbu," balas Kezia.

"Biasanya dia suka baca majalah apa?" tanya Leona.

"Majalah tentang ekonomi dan militer," sahut Kezia.

"Apa hobinya?" tanya Leona lagi.

"Itu banyak sekali. Lanjutkan," timpal Kezia. Satu pertanyaan seharga 20 ribu. Dia tidak sebodoh itu untuk menjawab pertanyaan yang begitu luas.

Dasar pebisnis licik! Leona menggertakkan gigi karena kesal Kezia sangat cerdas. Kemudian, dia mengganti pertanyaan dan bertanya, "Kalau begitu, berapa ukuran badannya?"

Uhuk! Kezia batuk sejenak. Ini sudah termasuk hal yang lebih sensitif.

Kezia mengacungkan empat jarinya sembari berkata, "Pertanyaan privasi seperti ini, harganya naik jadi 40 ribu."

"Kezia, kamu ini menaikkan harga seenaknya!" pekik Leona.

Ekspresi Kezia tampak menantang, seolah-olah mengatakan "sini, lawan aku." Dia mengingatkan, "Leona, kalau aku jual informasi seperti ini ke majalah gosip, mereka akan kasih harga yang jauh lebih tinggi darimu. Harga 40 ribu sudah termasuk harga teman."

Leona terdiam sejenak sebelum membalas dengan kesal, "Ya sudah kalau 40 ribu. Aku bayar!"

"Wah, tajir banget," gumam Kezia sambil menerima uangnya. Bayangan tubuh Landon yang telanjang tiba-tiba terlintas di dalam benaknya. Ototnya kekar, otot perutnya terlihat jelas, postur tubuhnya sempurna dan memancarkan aura kejantanan.

Wajah Kezia entah mengapa mulai memanas. Dia berdeham sebelum berucap, "Badannya sangat proporsional. Tinggi, kekar, dan jantan. Kamu pasti paham maksudnya."

Kezia sengaja menghindari ukuran badan Landon, melainkan memberi jawaban yang lebih ambigu.

Leona menelan ludah, menjilat bibir, lalu mulai berkhayal. Dia bergumam, "Kualitas terbaik."

Kezia sedang menghitung uang. Begitu melirik ekspresi Leona, dia mengernyit dan mengumpat di dalam hati, 'Dasar wanita mesum!'

"Nggak ada pertanyaan lagi, 'kan? Kalau nggak ada, aku pergi dulu," ujar Kezia. Selesai berbicara, dia berdiri dan pergi.

Leona tersadar dari lamunannya, lalu berteriak, "Tunggu!"

Kezia menoleh. Dia bertanya dengan sedikit kesal, "Mau tanya apa lagi?"

"Rumor yang beredar di luar bilang Pak Landon menikah diam-diam. Kamu punya informasi ini nggak?" tanya Leona.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 100

    Landon kembali ke Kota Badaga. Tempat pertama yang dia tuju adalah rumah sakit. Yukio terluka. Kalau dia tidak datang menjenguk, rasanya tidak pantas.Saat pintu kamar rumah sakit terbuka, Yukio belum tidur. Dia sedang memejamkan mata sambil beristirahat. Mendengar suara langkah kaki dan aroma maskulin yang familier, dia tak perlu membuka mata untuk tahu siapa yang datang."Aduh ...." Yukio mengerang pelan. Matanya tertutup rapat, wajahnya tampak lemah dan penuh penderitaan.Landon menarik kursi dan duduk di sisi ranjang. Yukio perlahan membuka mata, menampilkan tatapan lemah dan bingung."Landon? Kamu ... kapan kamu masuk?" tanya Yukio dengan lirih, lalu berusaha bangkit.Landon menahan bahunya. "Jangan bergerak, istirahat saja."Yukio kembali berbaring, wajahnya pucat pasi. "Dari mana kamu tahu aku dirawat?""Dengar dari siaran radio.""Aku sudah duga. Pasti paparazi memotretku waktu aku diantar ke rumah sakit. Aku sudah minta manajerku atur semuanya, semoga berita itu nggak terlalu

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 99

    'Tsk, tsk.' Calvin berdecak dalam hati, lalu berdeham. "Bos lagi nunggu telepon dari istri ya?"Landon meliriknya dengan dingin. "Kamu ini makin berani saja sekarang."Calvin mencebik. Masa tanya begitu saja salah?Tiba-tiba, ponsel berbunyi. Calvin belum sempat bereaksi, Landon sudah langsung meraih dan mengangkatnya. "Halo?""Tuan Landon, ini aku."Nada suara Landon langsung turun. "Bi Wanda."Wanda yang berada di seberang telepon agak heran, mendengar nada tak senang dari Landon. "Kenapa? Tuan kira ini siapa?"Ya ... dia pikir itu Kezia. Namun, ternyata ....Landon menggigit bibir, tak menjawab langsung. "Ada apa, Bi Wanda?""Nggak ada apa-apa. Cuma mau kasih kabar, dua hari lagi aku sudah bisa pulang. Untuk dua hari ini, Tuan dan Nyonya urus diri sendiri dulu ya ....""Kamu nggak di rumah?" Landon langsung menyela."Ya, dua hari ini aku di luar. Anak keluargaku sakit, jadi aku bantuin jaga. Aku sudah telepon Tuan, tapi nggak diangkat, jadi aku kasih tahu Nyonya saja. Nyonya nggak b

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 98

    Sekalipun Kezia bodoh, dia tetap bisa menyadari bahwa mereka berniat mencelakainya."Kamu mau apa? Jangan sentuh aku!" Kezia menepis tangan pria berbaju hitam yang mencoba menariknya turun.Pria itu tetap memaksa. "Silakan turun, Nona."Mereka ingin membunuhnya! Itulah yang terlintas cepat di benaknya. Apabila sesuatu terjadi padanya di sini, Yukio bisa lepas tangan. Tanpa bukti, dia bahkan bisa menyalahkan Kezia karena menuduhnya tanpa dasar.Apa pun yang terjadi, dia tidak boleh keluar dari mobil ini!Namun, pengawal Yukio bukan orang biasa. Tenaganya terlalu besar. Karena panik, Kezia refleks memeluk lengan Yukio. "Yukio, kamu ini artis. Percaya nggak, besok aku bakal sebar berita bahwa kamu menindasku, membawa orang biasa sepertiku ke tempat sepi di tengah malam begini. Apa niatmu, hah?"Ekspresi Yukio langsung berubah dingin. Dia juga malas berpura-pura lagi. "Lepaskan! Ini baju rancangan desainer luar negeri! Kamu bisa ganti kalau rusak?""Aku suruh kamu lepas! Dengar nggak?" Kar

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 97

    Kezia tidak ingin bertele-tele dengan wanita itu, jadi dia langsung masuk ke pokok pembicaraan.Yukio mengangkat tangannya, memeriksa kuku yang baru saja dia buat siang tadi, lalu mengangkat ekor matanya dengan angkuh. "Aku bisa kasih kamu 20 miliar, tapi apa balasannya?"Kezia menatapnya. "Bukankah kamu ingin aku meninggalkan Landon?""Kamu ingin meninggalkannya?" Yukio balik bertanya.Kezia tertawa ringan, tubuhnya bersandar dengan santai ke kursi, ekspresinya tidak acuh. "Dua puluh miliar itu jumlah yang besar. Kalau aku hemat, mungkin seumur hidup nggak akan habis. Kalau aku pintar dan investasikan dalam usaha, mungkin bisa untung 20 miliar lagi.""Kalau kamu benar-benar mau melakukan transaksi seuntung ini, kenapa nggak? Terima kasih, uang ini akan kugunakan sebaik mungkin."Dalam hati, Yukio mengejek Kezia yang menurutnya sangat bodoh. Harta Landon jauh lebih banyak dari 20 miliar. Kalau Kezia bisa menyenangkan hatinya, dia bisa menikmati seluruh kekayaan itu. Namun, pemikiran Ke

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 96

    Pintu mobil terbuka. Seorang pria berpakaian serba hitam keluar dari dalam mobil dan berjalan ke arah Kezia. "Nona Kezia."Kezia mengangkat kepala dan menatapnya dengan dahi berkerut. "Siapa kamu?"Pria berbaju hitam itu menunjuk ke arah mobil di samping. "Nona Kezia, Nona Yukio ingin bertemu denganmu."Yukio? Kezia langsung mengenalinya. Pria ini adalah pengawal Yukio yang pernah dia lihat di kafe waktu itu."Ada urusan apa?" tanya Kezia dengan suara datar.Pengawal itu menunjuk pintu belakang mobil dan menurunkan suaranya. "Nona Yukio ingin bicara langsung. Silakan naik ke mobil."Ternyata benar Yukio."Maaf, tolong sampaikan pada nonamu, aku sedang nggak ada waktu." Kezia menolak dengan tegas. Dia benar-benar tidak ingin terlalu banyak berurusan dengan wanita simpanan Landon itu.Seolah-olah sudah memprediksi penolakan itu, pengawal itu langsung membalas, "Nona Yukio bilang dia datang untuk menyetujui permintaan yang pernah kamu ajukan."Kezia tampak bingung. "Permintaan apa?"Penga

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 95

    Saat itu, sekelompok pejalan kaki lewat di antara mereka, memaksa Sevyn melepaskan tangan Kezia, dan hanya bisa menyaksikan Kezia terdorong oleh kerumunan dan menjauh."Kez!" teriak Sevyn dengan keras.Kezia tertegun, pikirannya penuh dengan dengungan kacau. Dunia seolah-olah menjadi sunyi senyap, dia tak bisa mendengar apa-apa.Begitu dia tersadar, Kezia bahkan tak tahu sedang berada di mana. Dia merasa linglung, tak yakin apa yang baru saja terjadi.Mungkinkah itu mimpi? Mungkinkah hanya ilusi? Ini tidak mungkin. Sevyn sudah menghilang selama bertahun-tahun, mana mungkin tiba-tiba muncul begitu saja?Pasti dia salah lihat. Pasti hanya ilusi! Lagi pula, dua malam ini dia kurang tidur. Jelas-jelas pikirannya sedang bermasalah.Namun ... sentuhan hangat di pergelangan tangannya tadi masih begitu nyata. Jelas sekali ada yang menggenggamnya barusan.Kezia berjalan seperti zombi di tengah keramaian, entah sudah sejauh apa dia melangkah, sampai akhirnya tubuhnya terasa begitu berat dan dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status