Istri Keempat

Istri Keempat

last updateLast Updated : 2022-08-20
By:  Asia JulyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.7
286 ratings. 286 reviews
100Chapters
484.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

WARNING!!! - Adult story (21+) - Slow burn romance (alur lambat) ***** Airin terkenal sebagai wanita baik-baik, dia anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tua. Airin tidak pernah sekalipun membantah apapun yang orang tuanya perintahkan. Termasuk ketika Bapak dan Ibu menyuruhnya menikah dengan seorang pendatang kaya raya di desa mereka, Tuan Saka Januar Pradipta. Airin tidak masalah kalau Tuan Saka masih lajang, tapi pria berusia 33 tahun itu telah memiliki 3 istri. Yang artinya, Airin... akan jadi yang keempat. Namun apakah akan sesederhana itu? Tentu saja tidak. Karena Airin menolak menjadi wanita yang tertindas. Sifat yang selama ini mati-matian dia tutupi dari orang-orang perlahan mulai muncul. Airin bukanlah gadis baik seperti yang selama ini mereka pikirkan. Dia licik dan manipulatif, sayangnya tidak ada yang menyadari itu karena wajah polosnya. Kecuali... kecuali tentu saja Tuan Saka yang terhormat. Di hadapan suaminya itu, Airin tidak pernah bisa menutupi apapun. *** Start : 31/12/20 Finish : 31/08/21 2020 by Asia July

View More

Chapter 1

01. Perempuan Lusuh

Matahari bersinar terik di atas langit, suara cicada yang menempel di pohon berbunyi sangat nyaring. Seorang lelaki paruh baya berlari tergopoh-gopoh ke arah rumah panggung yang di terasnya duduk seorang pria berpakaian modis dengan laptop terbuka di meja hadapannya. Mendengar langkah seseorang yang tergopoh itu, atensi si pria teralihkan padanya.

"Ada apa?" tanya si pria, suaranya terdengar berat dan tegas.

"Tu-tuan...!" lelaki paruh baya itu berhenti di bawah tangga teras, napasnya terengah-engah. "Tuan Sakha... ada yang pingsan di ladang!" serunya susah payah.

Berbanding terbalik dengan kepanikan lelaki itu, ekspresi di wajah Sakha justru tidak berubah. Sakha melipat layar laptopnya dengan hati-hati, kemudian berdiri dan mendekati salah satu pekerjanya itu.

"Di mana dia?" tanya Sakha.

Lelaki itu buru-buru menunjukkan jalan menuju ladang yang dia maksud.

Sakha mengikutinya di belakang. Saat mereka sampai di ladang, terik sinar matahari semakin terasa menyengat. Di tengah ladang yang ditumbuhi jagung itu, berkumpul beberapa orang yang juga merupakan pekerja tani yang bekerja di ladang Sakha, mereka tampak mengerumuni sesuatu.

"Hei, minggir-minggir! Ini Tuan Sakha sudah saya panggilkan," seru lelaki yang tadi melapor.

Lantas semua pasang mata tertuju pada Sakha yang berjalan mendekat, beberapa mata menatapnya terkejut.

"Pak Ji! Kenapa manggil Tuan Sakha? Kamu ini, merepotkan saja! Tau ini siang bolong begini!" omel Inah, memukul pelan bahu Parji, lelaki itu masih ngos-ngosan, sibuk mengatur napasnya.

"Habisnya... kasihan Ririn. Daripada membiarkannya di sini, panas-panasan, yang ada keadaannya malah makin memburuk, lebih baik kita panggil Tuan Sakha. Lagipula itu sudah menjadi salah satu tanggung jawabnya untuk memastikan kesehatan dan keselamatan pekerjanya," Parji membalas ucapan Inah dengan suara pelan.

Tepat setelah itu, Sakha sampai di dekat mereka dan langsung menatap ke bawah, ke seorang perempuan yang dibaringkan di atas tikar lusuh, cahaya matahari menerpanya, wajahnya pucat dan berkeringat deras, keningnya berkerut-kerut seperti seseorang yang kesakitan.

"Bagaimana ini, Tuan? Rumahnya lumayan jauh dari sini, kita ndak tahu bagaimana harus membawanya pulang," kata Parji.

Tanpa pikir panjang, Sakha menjawab, "Biar saya yang bawa dia."

Jawaban itulah yang para pekerjanya tunggu, jelas terlihat dari kelegaan di wajah mereka sesaat setelah Sakha mengatakan demikian.

Sakha berjongkok, menatap wajah perempuan itu untuk beberapa saat. Dia tampak lusuh sekali, pikir Sakha. Bajunya itu dulu pasti berwarna putih, tapi sekarang sudah cokelat dan ujungnya sedikit sobek. Dari lipatan pakaiannya, Sakha menduga dia mengenakan beberapa lapis pakaian. Wajah perempuan itu juga kotor karena debu dan pucat.

Sakha menduga alasannya sampai pingsan begini adalah karena dehidrasi. Tanpa menunggu lebih lama, Sakha pun mengangkat tubuh wanita itu ke dalam gendongannya, dia sedikit terkejut karena ringannya tubuh itu, Sakha tidak menduganya karena tubuh perempuan itu tampak berisi.

"Saya akan membawanya ke rumah, kalian lanjutkan saja pekerjaan kalian," kata Sakha.

"Baik, Tuan."

"Ya, Tuan."

"Terima kasih, Tuan."

Sakha mengangguk, kemudian berbalik dan melangkah pergi.

Bekerja di tengah siang bolong seperti ini memang selalu berat, tapi Sakha sudah mengatur semua waktu dan dia tidak ingin terik matahari menjadi penghalang, dia bahkan memberikan upah lebih kepada para pekerjanya yang bekerja pada siang hari.

Saat sampai di rumah peristirahatan yang tersembunyi di kebun dengan pepohonan rindang, Sakha baru menyadari bahwa tubuh perempuan di dalam gendongannya terasa panas sekali, padahal cahaya matahari sudah tidak terlalu mengenai mereka karena daun di pepohonan.

Sakha masuk ke dalam rumah, membaringkan perempuan itu ke ranjang di salah satu kamar yang terdapat di sana. Kamar itu tidak pernah terpakai, kecuali kamar di sebelahnya yang biasanya Sakha gunakan untuk tidur siang saat menunggui pekerja di ladang.

Sebenarnya, Sakha juga tidak tahu harus melakukan apa, jadi dia mengambil hapenya untuk menelepon seseorang.

"Galih, sepulang kamu membeli benih, langsung ke rumah peristirahatan. Bawa mobil," kata Sakha, setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, Sakha mematikan hapenya lalu menatap perempuan itu. Sakha menyentuh dahi perempuan itu, terasa panas. Peluh terus saja mengalir di pelipisnya.

Sakha berpikir apa yang harus dia lakukan, kemudian perhatiannya tertuju pada pakaian lusuh yang perempuan itu kenakan. Sakha menyentuhnya pelan, sedikit jijik karena kotor, tapi Sakha mencoba untuk mengabaikannya kemudian membuka kemeja yang perempuan itu kenakan. Dan benar seperti dugaannya, perempuan itu mengenakan baju berlapis-lapis, yang mau tidak mau harus Sakha lepas sampai menyisakan kaus berwarna putih bersih yang telah basah oleh keringat.

Pantas saja ringan, tubuhnya kurus sekali, batin Sakha. Baju berlapis-lapis memang membuat tubuh si perempuan tampak lebih berisi.

Sakha kemudian mengambil handuk kecil, membasahinya dengan air dingin, lalu mengelap peluh di wajah perempuan itu.

Bulu mata yang panjang bergerak-gerak, kelopak mata terbuka, memperlihatkan manik mata hitam kelam yang langsung tertuju menatap mata Sakha. Sakha terhenyak sebentar, tangannya yang tadi bergerak langsung berhenti.

"Kamu pingsan, saya mencoba membantu kamu," kata Sakha, tapi sepertinya perempuan itu tidak mendengarnya. Saat Sakha hendak berucap lagi, mata perempuan itu kembali tertutup.

Sakha terdiam menatapnya, kemudian melepas handuk di tangannya dan mengambil lagi hapenya. Menelepon Galih, menyuruh bawahannya itu untuk cepat.

Tidak lama kemudian, Galih pun datang, betapa terkejutnya dia melihat bosnya berada di dalam kamar dengan seorang gadis berpenampilan lusuh dan kotor di ranjangnya.

"Bawa gadis ini pulang," Sakha berkata.

Galih mematung di ambang pintu, mulutnya terbuka.

Sakha mendelik tajam padanya. "Kamu mendengarku, Galih, bawa dia pergi."

"Apa yang sudah..."

"Dia pingsan di ladang jagung sehingga aku harus menggendongnya sampai sini."

Dengan penjelasan singkat itu, Galih pun mendekat, memandang wajah perempuan itu.

"Kamu mengenalnya?" tanya Sakha.

Galih mengangguk. "Dia anak Pak RT yang tukang hutang itu," jawab Galih. Sebenarnya Sakha tidak memerlukan jawaban yang seperti itu, tapi yang penting sekarang dia tahu kemana Galih harus membawa perempuan itu.

Sakha baru saja hendak ke luar, tapi kemudian dia teringat akan sesuatu. "Sejak kapan anak perempuan pria itu bekerja di ladangku?" tanyanya heran.

"Oh bukan, ini bukan si Mawar sama Melati, namanya kalau tidak salah Ririn."

Pantas saja, batin Sakha, dia tidak melihat perempuan lusuh ini saat terakhir kali dia berkunjung ke rumah Fahrul Jamal, Pak RT tukang hutang yang dibilang Galih itu. Karena setahu Sakha, Jamal hanya memiliki dua putri yang sangat cantik dan sering dijuluki sebagai kembang desa, siapa yang akan menduga bahwa gadis lusuh di hadapannya sekarang juga merupakan putri pria itu.

"Kamu sudah menyampaikan pesanku pada Pak RT itu, kan?"

"Sudah, Tuan, kemarin malam. Dia tampaknya agak syok, tapi juga tidak punya pilihan lain."

"Hm, baguslah."

"Ngh... Tuan."

"Apa?"

Galih tampak ragu-ragu. "Apakah... Tuan sudah membicarakan perihal akan menikah lagi dengan nyonya-nyonya di rumah?"

Karena pertanyaan Galih itu, Sakha menatapnya memicing. "Siapa yang menelepon kamu?"

"Nyonya Henia, Tuan," jawab Galih.

"Hm, sejak kapan kamu jadi punya mulut ember begitu, Galih?"

"Bu-bukan saya yang kasih tau, Tuan! Nyonya Henia bilang dia dengar desas-desusnya saja dari warga desa yang suka begosip."

Sakha terdiam untuk beberapa saat, bergumam, "Seharusnya saya tidak membawa mereka kemari." Setelah mengucapkan itu, Sakha pun berlalu pergi.

*to be continued*

Expand
Next Chapter
Download

Book Review

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
95%(271)
9
1%(3)
8
1%(3)
7
0%(1)
6
1%(3)
5
0%(1)
4
0%(1)
3
0%(0)
2
0%(1)
1
1%(2)
9.7 / 10.0
286 ratings · 286 reviews
Write a review
user avatar
miiawmiiuw
dan aku jatuh cinta pada kisah cerita ini..
2022-12-10 23:11:48
4
user avatar
mackadamia_
saya adlh tipe pembaca yg selektif ketika memilih bacaan utk mengisi waktu luang. ketika saya menjatuhkan pilihan pada cerita ini seketika saya jatuh cinta. cerita yg dikemas begitu apik dengan gaya bahasa dan diksi yg mudah dipahami, konflik yg tidak bertele-tele, dan ending yg manis. terimakasih^^
2022-12-10 22:32:43
4
default avatar
alikarevaanjaniara
baca marathon..
2022-12-10 10:01:00
1
user avatar
hou rin
ini kapan mau dilanjut lagi? kok kayaknya gantung banget.. atau extra part nya cuma sampai 3 aja?
2022-08-07 12:16:53
1
default avatar
lyaafrilda95
thor lanjutlah biar benar2 selesai ceritanya
2022-03-27 22:16:17
1
user avatar
rabbit
arti sebuah perbedaan
2022-03-18 21:57:59
1
user avatar
Ana Sisca
Pertama kali tahu buku ini dari aplikasi orange, dan seketika langsung suka. alur nya menarik, nggak membosankan. And i love this story...
2021-12-10 11:16:27
2
user avatar
Syntia Lusia
kapan up lagi kak.....
2021-11-03 11:39:23
1
user avatar
Anbiani Keyra
kak July ,ini masih ada lanjutannya nya kah ?kok msih bersambung tulisan nya
2021-09-28 17:33:16
1
user avatar
Inia
sepertinya pernah membaca cerita ini di kbm apakah sama?
2021-09-26 17:10:59
2
user avatar
Sumitri Mitli
bagus banget ceritanya ...
2021-09-26 00:12:29
1
user avatar
Nurnajmi Hamzah
buat teh Asia.. makasih ya udah buat tulisan sebagus ini. aku sangat suka karakter Airin dan Sakha. untuk pertama kalinya dalam membaca novel aku tidak berharap terlalu banyak adult story. sukses dan sehat terus teh
2021-09-22 22:24:21
2
user avatar
Mr Bone
suka bangat deeh
2021-09-19 23:34:47
1
user avatar
Valenn Viee
di s2 , mesti mawar yg jadi pelakor nnti . kalau ketiga tiga istri dia dcerai kn .
2021-09-08 23:20:48
3
user avatar
Nunik Meitasari
lanjutannya thor... aku bolak balik buka aplikasi ini lho nungguin extra part nya si airin...
2021-09-07 23:13:58
2
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 20
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status