Share

Mulai dari Sekarang

"Kau tahu siapa aku?" tanya Brianna pada pria yang ada di hadapannya.

"Brianna Westbrook. Aku tahu namamu. Aku sudah mengawasi dirimu sejak pementasan putri salju untuk pertama kalinya. Sekitar seminggu yang lalu, Nona," ucap pria itu dengan yakin.

Cukup tampan. Ah, tidak. Bagi Brianna, pria ini sangat tampan. Sepertinya bukan tipe laki-laki biasa saja.

"Aku bahkan tak tahu siapa namamu." Brianna bergidik.

"Matthew. Matthew Duncan Macmillan," jawab pria itu.

"Dengar, Tuan MacMillan. Hei, tunggu. Katamu siapa namamu tadi?"

Sebuah nama yang akhir-akhir ini sering muncul di televisi. Pria ini memang bukanlah pria yang sembarangan. Ia akan menerima warisan sebesar USD 20 milliar jika ia menikahi seorang wanita sebelum akhir tahun ini. Lalu, yang ia katakan baru saja? Tentang pernikahan? Pria ini berniat melamar Brianna?

"Ya, benar. Aku pria itu. Pria yang harus menikah sebelum akhir tahun ini. Kau bisa ikut denganku? Sekarang?"

"Kau membuatku takut, Tuan."

Brianna baru saja akan menolak permintaan Matthew saat ia mendengar ayahnya bangun dari tidurnya. Pria tambun itu mengoceh sambil berteriak.

"Bri! Kau membawakanku alkohol ini? Kubilang bukan merk yang ini, Bri!" pekik Eddy.

Hati Brianna bergetar. Jengkel sekali mendengarnya mengoceh tentang merk alkohol yang Brianna belikan untuknya. Tak bisakah ia diam dan meminumnya saja?

"Sepertinya kita harus bicara ke tempat yang lumayan tenang," ucap Matthew lagi. "Silakan masuk ke dalam mobilku."

Pria itu mempersilakan Brianna untuk masuk ke dalam mobil mewahnya.

Brianna setuju dengan ajakan pria yang tak ia kenal secara baik itu. Tapi, ia tak tahu apakah ini keputusan yang tepat atau tidak. Paling tidak malam ini Brianna harus menghindar dari ayahnya yang bersiap akan mengamuk.

"Aku akan marah jika ini tak menguntungkan bagiku," gumam Brianna saat duduk di sebelah Matthew.

Matthew yang mendengar hal itu hanya tersenyum. Meringis.

Brianna segera menutup mulutnya. Ia bisa akan lebih malu dari ini jika Matthew mendengar seluruh isi hatinya.

Selang beberapa saat kemudian, mobil mewah Matthew berhenti di sebuah rumah yang cukup besar.

Brianna melongo. Gadis itu tak pernah melihat rumah semegah ini dalam hidupnya.

Matthew menoleh pada Brianna yang masih saja terkagum-kagum menatap kediaman keluarga MacMillan.

"Masuklah. Jangan sungkan. Hanya ada pelayan di rumah ini. Tak ada anggota keluarga yang lain di dalam."

Brianna menelan ludahnya. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang.

Apakah ia akan dibunuh dan organnya akan dijual? Ah, tidak. Untuk apa pria ini menjual organ tubuhnya Brianna? Bahkan warisan yang akan dimiliki Tuan MacMillan dapat membeli harga diri Brianna.

"Minumlah."

Seorang pelayan baru saja menuangkan segelas sampanye untuk Brianna.

Matthew memberi isyarat pada pelayannya untuk meninggalkannya dengan Brianna seorang diri di ruangan baca sebesar itu. Ruangan itu begitu hangat. Berbeda dengan rumahnya. Pendinginnya rusak.

Brianna mengambil sampanye-nya ragu-ragu.

"Kau tak memasukkan sesuatu yang buruk ke dalam minumanku, kan?"

Matthew menukar gelas sampanye-nya dengan gelas sampanye Brianna agar gadis itu yakin bahwa tak ada yang ingin mencoba membunuhnya.

Brianna menenggak seteguk sampanye yang ada di tangannya sekarang.

Ia terkejut. Kagum. Mungkin karena sampanye ini disajikan di dalam gelas kristal jadi rasanya agak berbeda.

"Wah, apa ini? Enak sekali." Brianna menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"Kau bisa membawanya saat pulang nanti. Atau kalau kau setuju menikah denganku, kau bisa meminumnya setiap saat."

Brianna terdiam. Ia berusaha mendengarkan dengan jelas tentang pernikahan yang sejak tadi pria itu bicarakan.

"Aku tak bisa mendapatkan warisan jika aku tak menikah. Batasnya akhir tahun ini," ucap Matthew.

"Lalu? Kenapa aku? Banyak gadis lain di dunia ini. Bahkan di New York banyak gadis cantik dan kaya yang mau menjadi istrimu, kan?"

"Tepat. Mereka cantik dan kaya. Orang tua mereka tentu saja juga kaya dan akan terlalu ikut campur dengan pernikahan yang tak pernah kuinginkan."

Brianna berkedip cepat. Tercengang dengan ucapan Matthew.

"Aku tak tahu itu adalah sebuah pujian atau ejekan." Brianna terkikik dan meletakkan sampanye-nya di meja.

"Kau bisa bermain peran di hadapan orang yang begitu banyak. Kau pasti bisa bermain peran di depan keluargaku yang lain, kan? Aku tak sedang membeli tubuhmu untuk menghangatkan ranjangku. Pernikahan kita tanpa cinta dan seks. Kau bisa pegang ucapanku. Bayaranmu per bulan USD 70.000."

"HUH?"

Brianna hampir meninggal mendengar nominal uang yang cukup besar itu.

"Menikahlah denganku. Aku tak menginginkan anak. Tapi aku hanya ingin menikah kali ini. Hanya 16 bulan. Apa kau bersedia, Nona Brianna Westbrook?" tanya Matthew santai. Pria itu menenggak habis sampanye-nya.

"Hanya 16 bulan?" Brianna memastikan.

Brianna segera mengeluarkan telepon genggamnya untuk menghitung berapa total ia bekerja selama 16 bulan sebagai istri Matthew.

"Ya, hanya 16 bulan. Lalu kau bebas dan kita tak ada hubungan apapun lagi."

Brianna masih saja sibuk dengan telepon genggamnya. Oh, tidak. Ia bisa kaya setelah jadi istri pura-pura Matthew.

"A-Apa aku akan dibayar setiap bulan?" tanya Brianna penasaran.

"Tidak, Nona. Kau akan dibayar setelah kontrak kita selesai. Ini untuk mencegah kau kabur di tengah-tengah perjanjian," ucap Matthew.

"Maaf, Tuan MacMillan. Kau tahu, kan? Aku punya ayah yang tak bekerja dan pecandu alkohol. Aku harus menghidupinya."

"Aku yang akan mengurus ayahmu. Aku akan memberimu sejumlah uang dan bilang padanya kau akan memberikannya USD 10.000 per bulan. Pastikan ia tak mengganggu pernikahan kita."

Brianna terdiam. Ia berpikir. Uang yang bisa saja tak pernah hadir dalam kehidupannya itu kini hadir di depan matanya bersama sebuah kontrak untuk pernikahan sandiwara yang melibatkan dirinya.

"Kurang?"

Brianna masih tercengang. Ia tak bisa untuk lebih terkejut dari kali ini.

"Itu tak akan diambil dari bayaranmu, Nona Westbrook. Aku yang akan menyediakan uang itu sendiri untuk ayahmu. Bagaimana? Kau setuju?"

Brianna masih terdiam. Kesempatan emas tak datang dua kali. Bukan. Ini kesempatan berlian.

"Baiklah. Hanya 16 bulan. Dengan bayaran USD 10.000 per bulan untuk ayahku dan USD 1.120.000 selama 16 bulan untukku. Deal. Dimana aku harus tanda tangan kontrak?"

Matthew tersenyum puas.

"Keputusan yang agak lamban, Nona Westbrook," ucap Matthew sambil tersenyum begitu manis.

Matthew menyodorkan sebuah kertas pada Brianna. Pria itu bahkan sudah menorehkan nama Brianna di sana. Sepertinya ia memang sudah mengincar Brianna sejak hari pertama pementasan teater.

"Aku tak melihat nama ayahku di sini," ucap Brianna mengingatkan Matthew.

"Dia ada di luar kontrak. Kau tak perlu takut. Aku akan menepati janjiku. Bisnis adalah bisnis, Nona."

Brianna segera menandatangani surat kontrak itu.

Matthew mengintimidasi gadis itu.

"Perjanjiannya dimulai dari sekarang."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status