Share

6. Pesta Pernikahan

Penulis: Queenazalea
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-06 00:06:43

“Apa yang kamu inginkan dari hadiah perpisahan kita suatu saat nanti, Maudy?”

Pertanyaan itu terlontar dari mulutnya Leon beberapa hari lalu. Hari ini, mereka berdua telah berdiri di sini sebagai sepasang suami istri yang sedang melangsungkan pernikahan.

Hari di mana dia resmi menjadi istri untuk sementara waktu. Bersanding dengan pria yang mungkin terdengar asing sekali di telinganya. Pernikahan yang begitu singkat sekali persiapannya. Namun mampu membuat Maudy yakin kalau dia bisa merasa jauh lebih tenang ketika berhadapan langsung dengan Leon.

Membahas tentang hadiah yang diinginkan Maudy. Waktu itu dia telah memikirkan bahwa dia menginginkan rumah sebagai hadiah dari perpisahan mereka. Maudy mungkin sudah bisa mandiri ketika diceraikan oleh suaminya nanti. Memang waktunya tidak ditentukan, namun pastinya tidak akan berjalan dengan singkat.

Leon yang memiliki kehidupan super sibuk untuk sekarang. Mungkin juga Maudy bisa memaklumi itu. Tidak kalah dengan dirinya yang sibuk kuliah. Maka, mereka berdua harus saling mengimbangi satu sama lain. Maudy tidak ingin ambil pusing ketika suaminya nanti tidak ada di rumah. Justru, itu adalah kesempatan yang baik baginya untuk belajar secara autodidak.

“Leon.”

Pria itu sedikit mendekat padanya. “Kamu lelah?”

“Tidak. Aku hanya ingin bertanya. Apakah saudaramu dan ibu tirimu hadir hari ini?”

“Mereka tidak diundang oleh orang tuaku.”

Pernikahan yang megah ini ternyata tidak banyak tamu yang datang. Sesuai dengan prediksi Maudy, kalau mereka menikah memang untuk kepentingan semata.

“Pesta sebentar lagi selesai, Maudy. Kita akan berciuman.”

Siapa pun bisa mencubit Maudy kali ini. Mengingat bahwa dirinya tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun. Ciuman adalah sebuah ucapan keramat yang keluar dari mulutnya Leon.

“Aku ....”

“Kamu gugup?”

“Ya, aku sedikit gugup.”

“Hanya sedikit kecupan.”

Meskipun sedikit kecupan. Setidaknya itu membuat Maudy agak sedikit gugup dari ucapannya Leon.

Mereka berdua berhadapan ketika MC mengatakan kalau itu akan dilakukan segera. Maudy mungkin agak sedikit tertekan dengan ucapannya Leon barusan.

“Buka sedikit mulutmu!” ucapnya Leon.

Maudy menuruti ucapan suaminya. Seketika lidahnya Leon bermain di dalam mulutnya dan melumatnya. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh Maudy terjadi. Dia pikir itu hanyalah sebuah kecupan biasa. Namun ternyata tidak. Pria itu benar-benar melumatnya dengan sedikit ganas.

Suara teriakan yang begitu heboh ketika mereka berciuman. Leon juga membersihkan lipstik Maudy yang menempel di ujung bibirnya. Awalnya dia tidak menyangka kalau ternyata itu ciuman yang agak sedikit panas.

Namun suara teriakan itu membuat Leon tersenyum. Seolah sorakan itu menggambarkan bagaimana Leon yang tidak tahan untuk menyentuh Maudy. Padahal mereka berdua sudah sepakat akan pisah kamar setelah ini. Tidak akan ada malam pertama dan selanjutnya.

Malam harinya, mereka berdua kembali ke rumahnya Leon usai pesta pernikahan mereka. Tubuhnya memang agak sedikit lelah karena harus meladeni tamu yang menghampiri mereka dan mengucapkan terima kasih karena sudah datang. Sedangkan Maudy, besok dia harus tetap berangkat ke kampus. Tetapi dengan status yang sudah berbeda.

Rumah yang ditempatinya bersama dengan Leon ini sangat besar. Bahkan sangat besar sekali untuk penghuni dua orang. Sedangkan asisten rumah tangga hanya bekerja setengah hari. Semuanya juga sudah diberitahu sejak awal oleh Leon agar mereka semua memaklumi tentang pisah kamar ini.

Saat dirinya sedang berada di dapur mengambil air minum. Terdengar langkah kaki yang semakin mendekat. Dia menoleh seketika menemukan suaminya yang masuk ke dapur. “Ada apa?”

“Aku melihat lampu dapur menyala. Aku pikir bibi lupa mematikan lampu,” ucapnya Leon dengan nada santai.

Maudy mengerutkan dahinya setelah melihat suaminya muncul hanya untuk bertanya demikian.

“Kamu tidak menungguku?”

“Tidak ada anjing yang menggigitmu di tangga.”

Dirinya sudah terbiasa mendengar nada sinis dari suaminya. Bahkan dari awal mereka kenal pun. Dia sudah tahu kalau suaminya memang bersikap demikian. Namun bukan berarti Maudy harus mengambil hati tentang ucapan yang baru saja dilontarkan oleh suaminya.

Usai mengisi air dan kembali ke kamar. Ternyata dia melihat suaminya berdiri di depan pintu. “Ada apa?”

Leon mengeluarkan sesuatu dari saku celana berwarna hitam dan menggantungkannya. Ternyata itu adalah kunci mobil. Dia masih merasa sedikit bingung. “Aku bisa naik kendaraan umum.”

“Jangan membuatku seperti pria yang tidak bertanggung jawab, Maudy. Mulai besok, kamu berangkat pakai mobil ini. Mobilnya sudah aku sediakan. Aku tidak bisa menyuruh sopirku untuk menjemputmu lagi. Karena aku masih punya banyak pekerjaan. Pastikan kamu tidak membuat masalah di luar sana.”

“Besok kamu akan langsung bekerja?”

“Ya, aku akan langsung bekerja seperti biasanya. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bekerja. Kalau orang lain bertanya tentang malam pertama kita, itu melebihi batas. Jadi, jangan ditanggapi.”

“Kamu pulang jam berapa?”

“Tidak tahu.”

“Oh.”

Maudy mengayunkan kaki kanannya karena merasa sangat canggung sekali dengan suaminya. Meski mereka sebenarnya masih butuh waktu untuk saling mengenal lagi. Namun dia juga harus mengerti situasi ini.

Leon memperlakukannya dengan sangat baik, meski terkadang dia harus mendengar ucapan yang agak menyakitkan dari suaminya. Tapi bukan berarti dia harus membuat itu sebagai masalah besar.

Dia akan terbiasa dengan itu dan suatu saat nanti pasti akan menjadi hal yang tidak asing lagi baginya.

“Karena asisten pulang siang hari. Jadi, aku akan masak untuk makan malammu.”

Leon  masih berdiri di depannya. Maudy sedikit takut untuk sekadar mengangkat kepalanya. Mengingat adegan tadi ketika di pesta ketika Leon melumat bibirnya dan napasnya terasa akan habis.

Rasa malu sekaligus dia  merasa ciuman pertamanya dirampas oleh suaminya secara brutal itu. Tidak ada kelembutan yang diberikan oleh Leon.

“Aku tidak janji akan makan setiap kali kamu masak.”

“Kalau begitu, aku akan bertanya setiap hari tentang kamu sudah makan atau belum.”

“Hmm.”

“Kamu keberatan?”

Leon menggeleng. “Tidak.”

Perkenalan singkat yang akhirnya membawa dia ke dalam kehidupan yang jauh lebih baik sekarang ini. Maudy yang dulunya tersiksa setiap hari, kali ini akan berhadapan dengan suami dan juga kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan yang dulu. Setidaknya, dia dan suaminya benar-benar sepakat menjalani pernikahan tanpa merugikan siapa pun.

Leon menikahinya demi harta yang tidak ingin kalau adiknya mendapatkan semuanya. Sementara Maudy, dia ingin keluar dari rumah sejak lama. Mengetahui bahwa Leon sejalan dengannya, rasanya tidak akan berat. Terutama ketika Leon mengatakan bahwa mereka tidak boleh membawa pasangan masing-masing. Leon juga tidak memiliki kekasih, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan suatu saat nanti.

Maudy membalik tubuhnya untuk kembali ke kamar. “Maudy.”

“Ya?”

“Tentang rumah yang kamu inginkan setelah kita berpisah nanti. Aku belum menyiapkan itu. Kita juga masih lama akan terus pura-pura seperti ini.”

“Jangan buru-buru!”

“Kamu tidak keberatan?”

Maudy menggelengkan kepalanya. “Aku masih merasa baik-baik saja. Jangan lakukan semuanya dengan buru-buru.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   7. Dibenci Mertua

    “Aku perhatikan, beberapa hari ini penampilanmu berubah drastis. Begitu juga dengan barang yang kamu gunakan. Mobilmu baru, tasmu mahal. Ponsel baru dan juga laptop baru. Apakah orang tuamu mulai menyayangimu?” ledek Vanesa. Maudy hanya tertawa mendengar candaan teman baiknya itu. Namun bukan dari orang tuanya. Semua itu berasal dari Leon. Suaminya selalu menuruti apa saja yang diinginkan oleh Maudy. Dengan catatan tidak merepotkan suaminya. Namun, yang dia minta adalah laptop waktu itu. Leon langsung menurutinya dan mengantarnya untuk membelinya. Berbeda halnya dengan mobil dan juga ponsel baru. Semua itu dari suaminya tanpa pernah dia minta sama sekali. Apa pun ditanggung tanpa banyak protes dari suaminya. Semakin Maudy menuruti kemauan suaminya. Semakin mudah juga perjalanan untuk diwujudkan. Maudy yang sedari tadi bengong mendengar pertanyaan temannya. Tiba-tiba dia tersadar. “Maaf, aku barusan memikirkan sesuatu.” “Apa?” “Aku harus memikirka

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   6. Pesta Pernikahan

    “Apa yang kamu inginkan dari hadiah perpisahan kita suatu saat nanti, Maudy?” Pertanyaan itu terlontar dari mulutnya Leon beberapa hari lalu. Hari ini, mereka berdua telah berdiri di sini sebagai sepasang suami istri yang sedang melangsungkan pernikahan. Hari di mana dia resmi menjadi istri untuk sementara waktu. Bersanding dengan pria yang mungkin terdengar asing sekali di telinganya. Pernikahan yang begitu singkat sekali persiapannya. Namun mampu membuat Maudy yakin kalau dia bisa merasa jauh lebih tenang ketika berhadapan langsung dengan Leon. Membahas tentang hadiah yang diinginkan Maudy. Waktu itu dia telah memikirkan bahwa dia menginginkan rumah sebagai hadiah dari perpisahan mereka. Maudy mungkin sudah bisa mandiri ketika diceraikan oleh suaminya nanti. Memang waktunya tidak ditentukan, namun pastinya tidak akan berjalan dengan singkat. Leon yang memiliki kehidupan super sibuk untuk sekarang. Mungkin juga Maudy bisa memaklumi itu. Tidak kalah dengan dirinya yang sibuk kulia

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   5. Hadiah Perceraian

    “Pernikahan kita tinggal menghitung hari.” “Lalu?” Leon melepaskan sabuk pengaman ketika mereka tiba di rumah yang akan mereka tempati. “Di pernikahan nanti. Setidaknya kita berciuman.” “Berciuman?” tanya Maudy dengan panik. “Ya, tentu saja itu akan terjadi. Tidak mungkin kita menikah lalu setelah itu selesai begitu saja. Orang tuaku dan orang tuamu tidak akan percaya dengan pernikahan kita. Mereka akan curiga tentang rencana kita di belakang.” “Kita sudah sepakat kalau kita tidak ada kontak fisik.” Leon menggeleng. “Tidak. Kita hanya sepakat tidak seranjang. Bukan berarti tidak ada kontak fisik seperti ciuman. Ini hanya terjadi saat di pesta pernikahan saja, Maudy.” Maudy tidak dipaksa untuk membahas tentang itu. Juga tidak melanjutkan obrolan tentang ciuman. Mereka turun dari mobilnya Leon. Rumah Leon jauh lebih besar dibandingkan dengan rumah orang tuanya Maudy. “Apakah orang tuamu juga di sini?” “Tentu saja tidak. Ini rumah untuk kita berdua. Orang tuaku tidak tinggal di

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   4. Perjanjian Pernikahan

    “Bareng?” tanya Vanesa ketika mereka keluar dari kelas di saat sudah waktunya untuk jam pulang. Maudy menerima pesan. Dia membuka ponselnya dan melihat ada chat dari nomor baru. “Aku Leon. Di luar kampusmu sudah ada anak buahku yang menjemputmu.” Disusul oleh chat baru yang berisikan foto anak buahnya dan juga mobil yang digunakan. Dia menoleh ke arah Vanesa. “Aku pulang duluan, ya.” Entah bagaimana ceritanya pria itu langsung mengirimkan anak buah begitu saja tanpa persetujuan dari Maudy sendiri. Padahal dia juga belum sempat untuk memberitahu bahwa dia bisa pulang sendiri atau dijemput oleh anak buah papanya. Saat dia keluar, benar saja kalau ada tiga pria yang berdiri di luar mobil sembari mengobrol. Maudy langsung mendekat dan memberikan bukti chat dari Leon barusan. Dia dibukakan pintu mobil dan langsung masuk. “Aku akan di bawa ke mana?” tanya Maudy ketika mobil sudah melaju. “Kita akan pergi ke kantor pak Leon.” Tidak lama setelah anak buahnya Leon memberitahukan. Tem

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   3. Terjebak Pada Pilihan Orang Tua

    “Atas nama Bapak William?” Seorang pelayan wanita menghampiri mereka ketika baru saja masuk ke dalam restoran. “Benar.” Senyuman diberikan oleh wanita itu. “Mari ikuti saya!” Mereka dipandu oleh pelayan itu ke salah satu ruangan eksklusif di restoran tempat janji temu itu dilakukan. Setelah tiba di ruangan yang dimaksudkan. Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan itu. Kakaknya Maudy tidak ikut. Hanya pertemuan yang melibatkan anak yang akan dijodohkan dan orang tua saja. Sosok pria yang berdiri di ujung sana sambil menelepon. Kemudian pria itu menutup teleponnya. Begitu berbalik, Maudy melihat raut wajah yang begitu dingin ketika mata mereka bertemu. Dia yakin, kalau pria itu adalah Leon. Orang yang dimaksud oleh William. “Leon, lihat calon istrimu. Dia cantik sekali,” ujar seorang pria yang dia yakini akan menjadi calon mertuanya nanti. Pria itu mempersilakan mereka bertiga untuk duduk. Beberapa menit kemudian hidangan makan malam mereka pun akhirnya tiba. Maudy yang tadinya mer

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   2. Tidak Ada Gunanya Menolak

    “Sorry, aku telat,” Maudy menoleh ketika melihat temannya datang terlambat ketika mereka sudah janjian untuk bertemu. Maudy tidak mempermasalahkan temannya yang datang terlambat. Dia hanya merasa takut sendirian kalau semisal dirinya sendirian di kafe. Vanesa datang meski terlambat. Duduk di depan Maudy kemudian memberikan kode untuk Maudy. “Lihat belakang! Itu orang yang mau aku kenalin ke kamu. Dia yang punya kafe ini.” Matanya Maudy melotot mendengar perkataan Vanesa. Sementara dia telah memiliki calon suami yang sebentar lagi pasti akan dikenalkan oleh orang tuanya. Sebentar lagi dia akan menikah dan menjadi istri orang yang tidak dikenal sebelumnya. “Please, Vanesa! Ini bencana baru buat aku kalau sampai kamu kenalin aku laki-laki lain. Aku sudah punya calon suami.” “Hah?” mata Vanesa melotot mendengar pernyataan yang keluar dari mulutnya Maudy. Meski sebenarnya dia masih ragu soal itu. Namun, perlahan juga akan memberikan penjelasan pada Vanesa. Maudy memberikan anggukkan s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status