Share

5. Hadiah Perceraian

Penulis: Queenazalea
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-23 12:45:34

“Pernikahan kita tinggal menghitung hari.”

“Lalu?”

Leon melepaskan sabuk pengaman ketika mereka tiba di rumah yang akan mereka tempati. “Di pernikahan nanti. Setidaknya kita berciuman.”

“Berciuman?” tanya Maudy dengan panik.

“Ya, tentu saja itu akan terjadi. Tidak mungkin kita menikah lalu setelah itu selesai begitu saja. Orang tuaku dan orang tuamu tidak akan percaya dengan pernikahan kita. Mereka akan curiga tentang rencana kita di belakang.”

“Kita sudah sepakat kalau kita tidak ada kontak fisik.”

Leon menggeleng. “Tidak. Kita hanya sepakat tidak seranjang. Bukan berarti tidak ada kontak fisik seperti ciuman. Ini hanya terjadi saat di pesta pernikahan saja, Maudy.”

Maudy tidak dipaksa untuk membahas tentang itu. Juga tidak melanjutkan obrolan tentang ciuman. Mereka turun dari mobilnya Leon.

Rumah Leon jauh lebih besar dibandingkan dengan rumah orang tuanya Maudy. “Apakah orang tuamu juga di sini?”

“Tentu saja tidak. Ini rumah untuk kita berdua. Orang tuaku tidak tinggal di sini. Aku juga tidak mau kalau sampai mereka tinggal denganku. Rencana kita berdua akan gagal.”

“Aku punya permintaan.”

“Katakan!”

“Aku tidak mau mengundang orang terdekatku. Termasuk teman kuliahku, aku ingin menyelesaikan pendidikanku dengan baik tanpa melibatkan asmara.”

“Terserah siapa pun yang ingin kamu undang.”

“Bukan hanya aku. Kamu juga tidak boleh mengatakannya pada siapa pun.”

Leon langsung terdiam dengan permintaan Maudy. Mungkin tidak setuju dengan apa yang barusan dikatakannya. Mungkin juga itu agak menyinggung perasaan Leon kalau pernikahan mereka tidak boleh dipublikasikan. “Sebenarnya aku tidak setuju, Maudy.”

“Kamu tidak setuju kalau aku memintamu tidak mengundang siapa pun?”

“Ya, karena papa pasti akan mengundang banyak orang ketika pesta pernikahan kita nanti. Mungkin aku juga berpikiran sama sepertimu. Kita hanya menikah dalam jangka waktu yang ditentukan. Kita berdua tidak akan dirugikan dalam apa pun. Aku akan memberikan hak untukmu ketika kita berpisah.”

Kalau soal itu memang dari awal dia sudah percaya terhadap ucapannya Leon. Kalau mereka mungkin akan sama-sama diuntungkan dari pernikahan ini. Tidak melibatkan cinta, juga tidak membuat masalah ke depannya. Maudy juga sudah mengatakan kalau dirinya masih ingin melanjutkan pendidikan, tidak dihalangi oleh Leon.

Dia mengikuti Leon ketika pria itu berjalan ke dapur. Membuka kulkas dan menuangkan air untuknya. Gelas diletakkan di atas meja. “Aku tidak akan menuntutmu untuk masak. Kamu hanya perlu urus hidupmu sendiri. Tidak ada yang repot nanti di rumah ini. Semua akan aku sediakan, kita akan menjalankan kehidupan rumah tangga seperti rencana awal.”

“Kalau misal nanti asisten rumah tangga kamu tahu soal kita tidak seranjang. Bagaimana menurutmu?”

Leon yang baru saja minum, menoleh ke arah Maudy. “Aku akan memikirkan itu nanti.”

Dia menaruh gelas itu di atas meja. Kemudian dia mengikuti langkahnya Leon ke mana saja pria itu pergi. “Aku mau mandi. Kamu mau ikut?” ucapnya Leon ketika Maudy berjalan di belakang pria itu.

“Kamu tidak mengatakannya.”

Leon menarik napas panjang. “Kalau begitu, kamu bisa melihat kamarmu.”

Langkahnya masih saja mengikuti ke mana Leon pergi. Karena akan melihat kamar yang ditempatinya nanti. Maudy benar-benar dibuat takjub oleh rumah yang ditinggali oleh Leon ini. Sangat besar dan juga wangi pengharum ruangan yang dari tadi membuatnya merasa begitu nyaman.

Pintu kamar dibuka.

Maudy sempat tidak bisa berkata-kata karena dia melihat kamar yang begitu luas. Kamar yang sangat besar sekali dibandingkan dengan kamar yang ada di rumah orang tuanya. Kali ini, dia bisa bebas dan betah untuk berada di kamar seharian ketika sedang bosan.

“Aku akan di sini?”

“Ya, kamarku ada di sebelah. Kalau ada apa-apa, kamu bisa mencariku nanti. Ruang kerjaku ada di sebelah kiri kamarmu. Jadi, usahakan kamu tidak membuat kegaduhan nanti.”

Leon meninggalkannya di kamar itu sendirian. Maudy berkeliling dan membuka jendela, pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah halaman belakang rumah yang sangat luas. Kehidupan sempurna dirasakan oleh Leon. Berbanding terbalik dengan Maudy yang selama ini mendapatkan kebencian yang luar biasa dari keluarganya sendiri.

Dia tidak tahu apakah William juga sebenarnya membencinya atau tidak. Namun selama ini, pria itu juga tidak pernah membelanya secara terang-terangan ketika dia memiliki masalah dengan Ana.

Pintu kamar terbuka. Leon yang terlihat sudah cukup segar, dengan rambut yang masih setengah kering. “Maaf membuatmu menunggu.”

Maudy menggelengkan kepala. “Tidak masalah.”

Mungkin dengan menikah seperti ini semua akan jauh lebih baik. Maudy bukan orang yang beruntung dalam keluarga. Ada rasa iri ketika melihat kehidupan Leon yang serba tertata. Mengetahui kalau Leon ingin menikahinya agar harta tidak diambil oleh saudaranya. Itu sedikit masuk akal, dibandingkan dengan Maudy yang ingin melarikan diri.

Leon duduk di sebelah Maudy. Tepi ranjang sedikit bergerak ketika pria itu baru saja mendaratkan bokongnya. “Kita makan malam di luar.”

“Aku boleh menginap di sini?”

Maudy ingin memukul mulutnya usai ucapan itu keluar begitu saja dari mulutnya. “Ya. Sebentar lagi kamu akan menjadi istriku, tidak ada yang salah.”

Bisa dikatakan kalau dia memang ingin menghindari rumah orang tuanya sendiri. Kalau berada di sini, setidaknya ada ketenangan. Tidak mendengar teriakan Ana, juga tidak mendengar teriakan sang kakak yang ingin dilayani untuk segala kebutuhannya. Entah itu untuk makan, atau sekadar mengambil pakaian.

“Aku menyukai rumahmu. Halaman belakang luas, kamu bisa jalan-jalan menenangkan diri. Berjalan kaki dan setidaknya pikiranmu bisa lebih jernih lagi. Atau memelihara seekor anjing yang lucu.”

“Aku tidak ada waktu memelihara anjing. Kalau kamu ingin memelihara, aku tidak keberatan. Pastikan kamu masih sempat mengurusnya.”

“Kalau kucing?”

“Ya, aku tidak keberatan.”

Setidaknya mulai besok, Maudy tidak perlu merasakan dadanya penuh lagi ketika bangun dari tidurnya. Tidak terbangun oleh teriakan yang menyinggungnya. Dituduh melakukan sesuatu yang tidak pernah dia lakukan. Rasa sakit yang tumpul tepat di dadanya. Sebagai seorang anak perempuan yang tidak ingin kehilangan arah oleh pergaulan. Dia memilih pernikahan ini sebagai jalan pintas setelah mengetahui bagaimana karakter calon suaminya.

Leon adalah orang yang begitu teduh dan penuh perhitungan. Setidaknya, Maudy tidak ingin merepotkannya suatu saat nanti.

Jelas dirinya setuju setelah dia mendapatkan banyak sekali keuntungan dari pernikahan ini. Mulai dari dukungan tentang masa depan, tidak ada yang perlu dia pikirkan lagi. Tinggal melakukan sesuatu yang Leon sepakati. Itu sudah cukup.

Meski pernikahan ini adalah sebuah pernikahan yang memiliki durasi tertentu, namun dia akan mendapatkan banyak sekali kesempatan untuk berkembang.

Dia akan menyiapkan masa depannya dengan sangat baik sekali. Entah kapan dia akan dikeluarkan dari rumah ini oleh Leon suatu saat nanti. Dia akan bersiap tentang itu.

“Hadiah apa yang kamu inginkan saat kita bercerai nanti, Maudy?”

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
astagaaa Leon nikahh ajja belum udahh mau mempersiapkan hadiah perceraian ajja. sabar Leon sabar siapa tau nanti kalian gak mau bercerai.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   34. William Sakit.

    Ketika memasuki halaman rumah papanya. Maudy yang pulang karena dihubungi lagi oleh Marcel mengenai William yang sakit. Sampai di sana, dia melihat papanya terbaring lemah di atas ranjang. Menyaksikan pria tua itu tidak berdaya untuk sekarang. Infus dipasang di tangan kirinya. Maudy duduk di sebelah dan memegang tangan kanan papanya. “Dokter bilang Papa sakit apa?” Tanya Maudy ke Marcel yang sudah mengurusnya. “Papa selalu memaksakan diri.” “Kakak kenapa nggak ambil alih perusahaan sih? Mau sampai kapan kakak bakalan gini terus? Di rumah dan nggak pernah ada usaha sama sekali. Nggak mau bantuin papa buat urus perusahaan.” Dia beranikan diri untuk memarahi kakaknya karena selama ini sang kakak memang agak santai soal masa depan. Mengingat perusahaan butuh penerus dan pastinya yang paling diandalkan adalah Marcel. “Kali ini Mama ke pihaknya Maudy, Marcel. Mama nggak bisa biarin Papa kamu terus sakit begini.” Maudy tidak pernah ingin dibela oleh Ana. Dia hanya kasihan melihat Wil

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   33. Takut Bercerai

    Di ruangannya yang begitu dingin karena pendingin ruangan yang bertiup sejak tadi. “Tuan, ada tamu,” ucap sekretarisnya. “Suruh masuk!” Leon berdiri setelah dia mendapatkan kabar kalau ada tamu yang berkunjung. Mengambil kembali jasnya dan mengenakannya. Saat dia melihat siapa yang datang. Leon hanya tersenyum. “Papa ada urusan apa kemari?” Tanya Leon pada Erland yang baru saja masuk. Sekarang ada mereka berdua di ruangan ini tanpa ada orang lain lagi yang mendengar pembicaraan mereka berdua nantinya. Erland duduk setelah Leon mempersilakan. “Papa tidak ada maksud apa pun, Leon. Hanya memberitahu kalau mungkin Regan akan memberontak ke kamu.” Leon menuangkan air untuk papanya dan mendorongnya lebih dekat dengan Erland. Mendengar ucapan itu, dia mendongakan kepalanya dan duduk sejajar sekarang. “Anak kecil itu tidak tahu apa-apa.” “Papa takut ini akan merusak nama baikmu.” “Aku tidak melakukan apa pun.” “Fotomu beberapa tahun lalu yang sedang di kelab malam, memangku seorang

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   32. Warisan

    “Pa, aku bakalan gabung sama perusahaan.” Erland yang sedang sibuk dengan tabletnya tiba-tiba menoleh ke anak keduanya. Dia membuka kacamata dan meletakkan tablet itu di atas meja. “Kamu terlambat untuk mengatakan itu, Regan.” Marsha muncul. “Nggak ada yang terlambat kalau kamu peduli sama anakmu.” “Dari awal aku peduli dan memanjakan dia. Sekarang, dia tidak berguna sama sekali. Aku pikir, dengan cara memanjakan dia dan meninggalkan Leon. Dia bakalan lebih maju. Justru Leon yang lebih maju dibandingkan dengan dia.” “Membandingkan kedua anakmu itu saja sudah salah, Pa.” “Tidak ada yang salah, Ma. Kamu memanjakan dia dan sekarang lihat hasilnya. Dia meninggalkan proyek setengah jadi dan membiarkan Leon mengerjakan sisanya. Dia kabur begitu saja. Bahkan Leon waktu itu bersyukur tidak ngamuk di sana.” “Dia sebagai seorang kakak seharusnya membimbing adiknya.” “Tanyakan pada Regan. Apakah Leon diam selama Regan di sana?” Regan diam ketika Erland sendiri tahu bahwa anak pertamanya

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   31. Menunda Kehadiran Anak.

    “Nes,” Vanesa yang sedang bermain ponsel seketika menoleh. “Apa?” “Aku bingung terhadap Leon. Dia sekarang memberikan kebebasan untukku. Waktu itu dia melarangku main ke kafenya Regan. Sekarang, dia memberikan aku kebebasan ke sana. Dan beberapa kali dia juga membelikan kue untukku.” “Tanpa sebab?” “Dia tahu aku menyukai kue di sana. Terus dia memperbolehkanku. Waktu aku bilang kerjain skripsi di sana, dia nggak bolehin. Tapi beberapa waktu lalu dia bilang boleh ke sana. Itu mencurigakan nggak sih?” Vanesa memutar tubuhnya dan sekarang sedang tengkurap di sebelahnya. Di kamarnya Vanesa, mereka berdua sedang berbincang. “Hmmm, bisa dibilang mencurigakan. Tapi bisa dibilang juga kalau dia sudah mulai tertarik.” “Kami sekarang sudah sekamar. Setahun sebelumnya, kami tidur di kamar terpisah.” “Hah?” tanya Vanesa dengan heran melihat Maudy. “Ya, kami berdua pisah kamar. Dan seperti yang kamu bilang, aku berusaha menggodanya dan membiarkan dia menyentuhku.” “Bagaimana responsnya?”

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   30. Perselisihan Dimulai

    Usai pembicaraan tentang warisan. Seluruh perusahaan dimenangkan oleh Leon karena berasal dari istri pertama. Memang sikap Erlan tidak pernah adil dia dapatkan. Tapi sikap Erland pada Leon kali ini berbeda sekali dan bisa berpihak padanya. Dia pun akhirnya mengerti kenapa selama ini dia berjuang mati-matian untuk perusahaan yang akhirnya bisa dia dapatkan juga. Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh Erland barusan. Bahwa apa pun yang keluar dari rekeningnya Erland pasti akan diawasi juga oleh orang perusahaannya Leon. Karena sudah masuk ke warisan yang menyeluruh. Kafe yang dibuat oleh Regan itu juga hasil dari keuntungan perusahaan yang kemudian diberikan oleh papanya untuk Regan. “Regan, kalau kamu siap untuk menikah. Papa harap bisa mencarikan kamu istri seperti istrinya kakak kamu.” “Aku sudah punya kandidat sendiri, Pa.” Dia membenci Regan sekaligus melihat adinya mencari pembelaan pada Regan kali ini. Tapi sayangnya tidak mendapatkan itu semua. Regan tidak dapat dibela oleh

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   29. Warisan

    “Tuan, ada makan malam bersama keluarga,” baru saja Leon melepaskan jasnya. Dia baru saja tiba di kantor setelah rapat di luar. Lalu sekretarisnya mengatakan itu kepadanya. “Sama papa?” “Benar, Tuan. Ada adik Anda juga.” Leon berhenti sejenak setelah mendengar ucapan serketarisnya kalau Regan hadir di makan malam mereka nanti. “Oke, konfirmasi ke papa kalau aku akan datang.” “Baik,” ucap sekretarisnya. Tidak biasanya kalau sampai Leon datang ke acara makan malam dan juga dihadiri oleh Regan sendiri. Orang yang sudah sejak lama sekali membuat hatinya kesal. Karena merasa bahwa adiknya itu tidak berguna sama sekali. Pekerjaan yang diselesaikan oleh Leon lebih awal dari biasanya. Dia menutup berkas yang baru saja selesai dibacanya dan sudah memberika tanda di sana, ada beberapa hal yang perlu direvisi oleh bawahannya. Leon mengambil jasnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Mencoba menghubungi Maudy dan memberitahukan istrinya bahwa dia akan pulang lebih larut malam ini

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status