Share

Panggil Aku, Ibu!

Butiran bening membanjiri kedua pipi Sekar, batinnya berkata bahwa dirinya bahkan tidak pantas meminta agar Bram menganggapnya sebagai seorang ibu. Sebab luka yang ia torehkan sangat dalam, mungkin juga belum sembuh hingga saat ini. Wajar kalau Bram sangat membencinya.

“Jika memang anda menyayangi Bram, mengapa anda berkata ketus padanya di kali terakhir bertemu?” Marco perlu meyakinkan hatinya agar percaya pada pengakuan Sekar.

“Aku terlalu malu untuk mengakui bahwa aku adalah ibu yang juga menunggu kabarnya.” Sekar mengusap pipinya.

“Mungkin sulit, anda tahu–ia sangat ingin melupakan masa lalunya.” Marco berdiri, ia hendak pergi.

“Tolong, ini terakhir kali aku meminta bantuanmu. Aku akan berikan imbalan setimpal agar kau bisa menyelamatkan hidup adikmu.” Sekar tiba-tiba memohon sambil menyatukan kedua tangannya di hadapan Marco.

Pria itu tidak mengatakan apapun, ia segera pergi dari kediaman Sekar. Isi kepala Marco berpikir sangat keras, ia harus mengambil langkah bijak. Mi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status