Share

Bab 3

Penulis: Oranye
Malam itu, Leon tidak pulang. Aku pun tidak menelepon untuk menanyakan keberadaannya.

Aku sudah melihat aktivitas Nafa di media sosial.

Setelah mereka keluar dari rumah sakit sore itu, mereka langsung pulang ke rumah Nafa dan memberi tahu keluarganya tentang kehamilan itu.

Di fotonya, nenek Nafa tampak ramah menggenggam tangan Leon sambil berbicara sesuatu, sementara tangan satunya menyentuh perut Nafa dengan lembut. Leon tersenyum sangat hangat.

Kami sudah bersama selama lima tahun, tetapi Leon hanya sekali pulang ke rumahku, itu pun setelah dia menyetujui lamaranku.

Padahal jarak rumah kami hanya sekitar setengah jam perjalanan, tetapi sebelumnya, dia tak pernah datang.

Katanya, dia tidak nyaman berada di antara orang tua, merasa canggung.

Bahkan saat itu, sikapnya pun hanya sekadar sopan santun, sangat berbeda dengan kehangatan yang dia tunjukkan di foto bersama keluarga Nafa.

Aku memejamkan mata, menahan getir di hati, lalu mematikan ponsel.

Keesokan harinya, aku bertemu beberapa teman dan memberi tahu mereka bahwa pernikahan kami batal.

Dulu, Leon pernah bilang dia tidak suka pernikahan. Menurutnya itu cuma formalitas yang tak berarti.

Akhirnya, karena desakanku, dia setuju mengadakan pernikahan, hanya untuk keluarga dan teman dekat.

Semua orang tahu betapa aku mencintai Leon, jadi mereka terkejut mendengar kabar pembatalan itu.

"Kamu 'kan sudah lama suka sama Leon? Kok bisa tiba-tiba menyerah begitu?"

Hati kecilku terasa sangat pahit, sulit untuk dijelaskan.

Memutuskan hubungan yang telah terjalin selama dua puluh tahun, mana mungkin semudah itu?

Namun, kenyataannya, hubungan ini sejak awal memang tidak seimbang.

Dari awal hingga akhir, akulah yang terus mengejar Leon.

Sedangkan dia, tak pernah sekali pun berhenti.

Awalnya, aku tak mempermasalahkan hal itu. Aku meyakinkan diriku bahwa selama dia bersedia menikah denganku, maka suatu hari nanti, aku pun akan mendapatkan hatinya.

Aku bersedia menunggu, menunggu hingga dia benar-benar membuka hatinya padaku.

Namun, semua berubah sejak kemunculan Nafa enam bulan lalu. Perempuan yang disebut-sebut sebagai penyelamat hidupnya.

Saat itulah aku sadar, ternyata Leon tak selalu bersikap dingin dan tak berperasaan.

Di hadapan Nafa, dia selalu tampak lembut, tak segan memperlihatkan senyumannya.

Sementara aku? Di matanya, aku tak lebih dari pemeran pendukung.

Yang paling menyakitkan adalah dia berpura-pura meminta persetujuanku, padahal diam-diam sudah melakukan inseminasi buatan agar Nafa hamil.

Saat itulah aku benar-benar sadar bahwa tidak ada lagi masa depan antara aku dan Leon.

Aku tidak memberi tahu teman-temanku apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya bilang bahwa aku akan mulai kerja di rumah sakit, jadi tak bisa sering-sering berkabar.

Sebagai permintaan maaf, malam itu aku menemani mereka bermain hingga larut.

Saat aku pulang, Leon juga baru saja tiba di rumah.

Dia mencium bau alkohol dari tubuhku. Dia mengerutkan kening, lalu mundur beberapa langkah. Salah satu tangannya menutupi mulut dan hidung, suaranya terdengar tidak sabar.

"Menjauh dariku, jangan sampai bau alkohol itu nempel di badanku."

Aku tersenyum getir.

Mungkin dia khawatir bau alkohol itu bisa memengaruhi Nafa.

Lagi pula, sekarang Nafa sedang hamil.

Aku tak mengatakan apa pun, hanya berbalik masuk ke kamar mandi untuk mandi.

Saat aku keluar, Leon sedang duduk di sofa, mengetik di ponselnya dengan sangat cepat. Ekspresinya sangat bahagia.

Aku melirik sekilas, berniat langsung masuk kamar untuk tidur.

Namun, dia tiba-tiba memanggilku.

"Ada hal yang perlu aku bicarakan denganmu."

Langkahku terhenti.

Terakhir kali aku mendengar kalimat itu adalah sebulan lalu, ketika dia pertama kali mengatakan ingin punya anak dengan Nafa. Sejak itu, kami bertengkar selama sebulan penuh.

Sekarang, Nafa sudah hamil. Apa lagi yang mau dia bicarakan denganku?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 17

    Aku sudah berjanji. Malam harinya, seseorang mengantarkan undangan dan permen manis pernikahan.Leon membuka sebutir permen, lalu perlahan memasukkannya ke dalam mulut, seakan sudah lama tak merasakan manis seperti ini.Di hari pernikahan, para tamu datang silih berganti.Tom mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya. Auranya begitu kuat.Aku menatap pria di sampingku. Hatiku dipenuhi rasa tenang dan bahagia yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Setelah bertemu Tom, aku baru mengerti apa itu cinta sejati, tanpa kepura-puraan, tanpa rasa curiga.Saat upacara pernikahan dimulai, aku menggandeng tangan ayahku, perlahan berjalan menuju Tom.Ayahku menyerahkan tanganku ke tangan Tom dengan sungguh-sungguh. Dia berkata, "Anakku kutitipkan padamu."Tom pun bersumpah dengan tulus, "Tenang saja, aku akan menjaganya dengan seluruh hidupku."Lalu, kami mengucap janji, bertukar cincin, dan berciuman dengan penuh cinta.Suasana langsung pecah oleh tepuk tangan dan gemuruh teriakan bahagia

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 16

    Rasa sakit yang kupikir akan menyiksaku ternyata tak pernah datang.Aku segera menoleh. Leon berdiri di depanku, tubuhnya menjadi tameng. Satu tangannya menekan perutnya erat-erat, darah mengalir deras. Dia terhuyung, lalu jatuh ke pelukanku."Leon!" Aku segera memapahnya. Tanganku yang satunya buru-buru menekan tombol panggilan darurat. Hanya ada satu hal di pikiranku. Menghentikan darah ini, secepatnya!"Kamu gila, ya?" teriakku sambil menekan lukanya. Jari-jariku basah oleh darah hangatnya.Kesadarannya mulai memudar, wajahnya pucat pasi. Namun, dia tetap memaksakan diri membuka mata, tersenyum lemah. "Ternyata, ditusuk itu sakit, ya. Waktu itu ... kamu juga sesakit ini?"Dadaku terasa sesak, mataku panas.Sebelum ambulans datang, suara sirine yang nyaring menggema. Di detik itu juga, dia kehilangan kesadarannya.Operasinya berlangsung selama tiga jam. Dokter bilang lukanya tak mengenai organ vital, tetapi dia kehilangan banyak darah.Aku akhirnya bisa bernapas lega. Aku duduk lemas

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 15

    Belum sempat aku bicara, ekspresinya sudah kacau."Aku bisa jelaskan! Dulu, aku benar-benar mengira Nafa adalah orang yang menyelamatkanku. Di antara kami, kami nggak pernah ada perasaan apa-apa."Suaranya tercekat, matanya merah."Baru setelah kamu pergi, aku sadar, ternyata enam tahun lalu malam itu, orang yang menyelamatkanku adalah kamu. Selama ini aku salah orang, Elea."Tatapan Leon penuh penyesalan, ada cahaya seolah memohon. Dia pikir, dengan mengungkap kebenarannya, aku akan memaafkannya.Namun, dia salah.Malam itu, akulah yang menyelamatkannya. Aku menjahit luka tembaknya, menghentikan pendarahan di bawah lampu steril. Namun, aku tak pernah menceritakannya. Itu masa lalu yang kami berdua sengaja hindari.Leon salah mengenali orang. Sekali salah, tetapi membawa kesalahan seumur hidup.Dia bertanya dengan lirih, "Anak waktu itu, aku nggak biarkan Nafa melahirkannya. Sekarang, aku sudah tahu semuanya, Elea. Bisakah kita kembali seperti dulu?"Aku menggeleng tanpa ragu."Itu ngg

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 14

    Dulu aku mati-matian berusaha membahagiakannya, tetapi dia tetap dingin bagai batu yang tak pernah bisa dihangatkan.Sampai Nafa muncul, barulah aku sadar bahwa dia bukan tak punya perasaan, dia hanya tak mencintaiku.Dua tahun lalu, aku sendiri yang merobek perjanjian pernikahan kami dan mundur demi kebahagiaan mereka.Sekarang mereka sudah putus, tetapi kenapa dia justru memperlihatkan seolah masih mencintaiku?Aku berkata dengan nada dingin, "Maaf, Tom adalah tunanganku. Kami akan menikah tanggal delapan belas, tinggal sepuluh hari lagi."Wajah Leon langsung pucat pasi. Matanya merah, seperti tak sanggup menerima kenyataan bahwa aku benar-benar akan menikah dengan orang lain.Namun, aku tak ingin berurusan dengannya lagi. Aku langsung mengajak semua orang pergi ke tempat lain. Saat melewatinya, dia refleks menarik ujung bajuku.Aku tanpa ragu menepis tangannya dan menggandeng Tom pergi, meninggalkan Leon berdiri kaku di tempat.Di dalam mobil, Tom tiba-tiba melepaskan genggaman tang

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 13

    Dua tahun kemudian, di Bandara Manattan.Aku mendorong koper keluar dari terminal. Udara yang familier langsung menyambutku.Hari aku meninggalkan Manattan, aku sendirian. Dua tahun kemudian saat kembali, aku datang bersama Tom.Penelitian pertamaku sudah selesai. Pihak rumah sakit memberiku izin cuti dua bulan. Aku memutuskan untuk kembali ke sini karena ada sesuatu yang harus kuselesaikan, sebuah perpisahan yang belum sempat kulakukan dengan layak."Senior, kalau kamu nggak cepat-cepat, kita bisa telat nih!" Tom menarik tanganku dan mulai berlari.Lina sudah bilang sejak pagi ingin mengadakan pesta penyambutan untukku. Karena selama dua tahun ini, aku memang belum sempat bertemu teman-teman lama, makanya aku pun menyanggupi.Saat kami bergegas naik ke lantai atas, aku sempat merasa melihat sosok yang familier, tetapi tak kupikirkan lebih lanjut.Begitu pintu ruang makan VIP dibuka, pita-pita warna-warni langsung berjatuhan dari atas."Kamu tuh, ya, dua tahun nggak ada kabar. Aku hamp

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 12

    Leon duduk lemas di kursi kulit. Matanya merah, sementara tangannya menggenggam erat laporan yang baru saja diterimanya."Nafa, orang yang menyelamatkanku enam tahun lalu ... Itu bukan kamu."Ekspresi Nafa sempat menegang, tetapi dia masih berusaha tersenyum lembut dan menggenggam tangan Leon."Leon, kenapa tiba-tiba bicara begitu? Kamu pasti lelah ...."Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Leon sudah mengentakkan tangan Nafa. Suaranya rendah, tetapi penuh amarah."Berhenti pura-pura! Aku sudah lihat rekaman CCTV waktu itu. Yang menyelamatkanku adalah Elea. Dia yang menemaniku melewati masa paling kelam dalam hidupku!"Wajah Nafa seketika pucat pasi.Dulu, saat lewat di rumah sakit secara tak sengaja, Leon yang baru siuman salah mengira Nafa sebagai penyelamatnya. Harusnya Nafa meluruskan saat itu juga. Namun, karena tergoda oleh perasaan sesaat, Nafa memilih diam. Setelah itu, keluarganya mengirimnya ke luar negeri. Mereka putus kontak. Ketika kembali, Nafa telah mengidap kanker

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status