Share

Bab 4

Penulis: Oranye
"Besok nggak usah foto pranikah."

Aku menoleh ke kalender di atas meja. Di tanggal besok tertulis jelas foto pranikah.

Meski tak tahu alasan Leon tiba-tiba membatalkan sesi foto, sebenarnya aku memang sudah berniat menyerah pada pernikahan ini. Bahkan kalau dia tak bilang, aku pun akan cari-cari alasan untuk membatalkannya. Jadi, saat dia yang memulainya, itu justru membuatku lega.

Aku mengangguk pelan. Nada bicaraku terdengar tenang.

"Oke. Aku akan telepon fotografer buat membatalkannya."

Begitu ucapanku selesai, Leon tertegun, tak menyangka aku akan setuju secepat itu.

Dia terpaku sebentar, lalu buru-buru menutupi kegelisahannya.

"Nggak usah dibatalkan."

Dia melanjutkan, "Nafa bilang mungkin seumur hidup dia nggak akan menikah, jadi dia ingin foto pranikah denganku. Anggap saja itu satu-satunya pengalaman menikahnya agar dia nggak menyesal."

"Besok biar Nafa saja yang foto bersamaku. Nanti kita bisa foto ulang."

Nada bicaranya biasa saja, seperti sedang tanya mau makan apa hari ini. Persis seperti sebulan lalu saat dia bilang akan melakukan inseminasi buatan dengan Nafa, terdengar seperti ajakan diskusi, padahal keputusannya sudah bulat.

Namun, dia tidak tahu, tak akan ada kata nanti bagi kami.

Aku menjawab pelan, "Oke." Lalu, berbalik masuk ke kamar untuk beristirahat.

Lagi pula, pernikahan ini memang sudah batal. Leon mau foto dengan siapa pun, itu bukan urusanku lagi.

Leon menatap punggungku, perasaan tak enak mulai tumbuh entah dari mana.

Aku terlalu tenang, bahkan tidak melontarkan satu pertanyaan pun. Semua rencana dan alasan yang sudah dia siapkan jadi sia-sia. Awalnya, dia mengira aku akan emosi dan bertanya mengapa tiba-tiba membuat keputusan seperti ini, tetapi aku sama sekali tidak bereaksi.

Keesokan paginya, saat aku bangun, kulihat Leon sedang bersiap-siap pergi.

Sambil mengenakan sepatu, dia berpesan, "Setelah foto pranikah, aku dan Nafa mau liburan. Dia sudah lama ingin ke Hokido, jadi aku akan pergi menemaninya."

"Nanti pernikahannya dibuat sesimpel mungkin saja. Aku nggak sempat urus dekor atau gladi bersih. Semuanya kamu saja yang atur, nggak usah tanya-tanya ke aku."

Aku menunduk, menggigit roti panggang, lalu menjawab dengan nada datar, "Oke."

Sesimpel mungkin.

Pernikahan itu tidak akan ada sesi foto, tidak ada tamu, tidak ada MC. Bahkan tidak ada pengantin wanita.

Leon melihat aku yang tetap tenang menyantap sarapan. Dia berpikir sejenak, lalu menambahkan, "Setelah menikah, kita bulan madu ke Erpa, ya. Kamu pernah bilang mau ke sana, 'kan?"

Dulu, kalau dengar Leon bicara soal bulan madu, aku pasti langsung semangat membuat rencana. Aku pernah berkali-kali minta jalan-jalan, tetapi dia selalu menolak, bilang dia tidak suka bepergian karena terlalu melelahkan.

Sekarang, aku hanya fokus pada rotiku. Tak ada reaksi.

Leon sempat ingin bicara lagi, tetapi saat melirik jam dinding, dia buru-buru keluar rumah dan berkata, "Nanti kita bicarakan lagi pas aku pulang."

Aku mengambil kalender dari atas meja, lalu mencoret besar-besar tulisan foto pranikah dengan spidol.

Masih ada dua belas hari lagi.

Setelah sarapan, aku mulai merapikan kamar sambil membuang barang-barang yang tidak penting.

Hanya ada lima foto dalam album, proyektor yang sudah berdebu di pojokan, dan sepasang piyama pasangan yang bahkan belum pernah dipakai.

Kami sudah bersama selama lima tahun. Setiap barang di rumah ini aku pilih dengan saksama dan beli sedikit demi sedikit hingga rumah kosong ini perlahan berubah menjadi rumah kecil yang hangat.

Namun, kalau diperhatikan baik-baik, banyak barang yang ternyata tak pernah dipakai oleh Leon.

Dia pernah bilang, meskipun kami berpacaran, dia tetaplah individu yang mandiri. Dia tidak suka barang-barang pasangan seperti itu karena itu membuatnya merasa terkekang.

Kalau begitu, lebih baik segera dibereskan saja, biar semua kenangan itu pergi terbawa angin.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 17

    Aku sudah berjanji. Malam harinya, seseorang mengantarkan undangan dan permen manis pernikahan.Leon membuka sebutir permen, lalu perlahan memasukkannya ke dalam mulut, seakan sudah lama tak merasakan manis seperti ini.Di hari pernikahan, para tamu datang silih berganti.Tom mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya. Auranya begitu kuat.Aku menatap pria di sampingku. Hatiku dipenuhi rasa tenang dan bahagia yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Setelah bertemu Tom, aku baru mengerti apa itu cinta sejati, tanpa kepura-puraan, tanpa rasa curiga.Saat upacara pernikahan dimulai, aku menggandeng tangan ayahku, perlahan berjalan menuju Tom.Ayahku menyerahkan tanganku ke tangan Tom dengan sungguh-sungguh. Dia berkata, "Anakku kutitipkan padamu."Tom pun bersumpah dengan tulus, "Tenang saja, aku akan menjaganya dengan seluruh hidupku."Lalu, kami mengucap janji, bertukar cincin, dan berciuman dengan penuh cinta.Suasana langsung pecah oleh tepuk tangan dan gemuruh teriakan bahagia

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 16

    Rasa sakit yang kupikir akan menyiksaku ternyata tak pernah datang.Aku segera menoleh. Leon berdiri di depanku, tubuhnya menjadi tameng. Satu tangannya menekan perutnya erat-erat, darah mengalir deras. Dia terhuyung, lalu jatuh ke pelukanku."Leon!" Aku segera memapahnya. Tanganku yang satunya buru-buru menekan tombol panggilan darurat. Hanya ada satu hal di pikiranku. Menghentikan darah ini, secepatnya!"Kamu gila, ya?" teriakku sambil menekan lukanya. Jari-jariku basah oleh darah hangatnya.Kesadarannya mulai memudar, wajahnya pucat pasi. Namun, dia tetap memaksakan diri membuka mata, tersenyum lemah. "Ternyata, ditusuk itu sakit, ya. Waktu itu ... kamu juga sesakit ini?"Dadaku terasa sesak, mataku panas.Sebelum ambulans datang, suara sirine yang nyaring menggema. Di detik itu juga, dia kehilangan kesadarannya.Operasinya berlangsung selama tiga jam. Dokter bilang lukanya tak mengenai organ vital, tetapi dia kehilangan banyak darah.Aku akhirnya bisa bernapas lega. Aku duduk lemas

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 15

    Belum sempat aku bicara, ekspresinya sudah kacau."Aku bisa jelaskan! Dulu, aku benar-benar mengira Nafa adalah orang yang menyelamatkanku. Di antara kami, kami nggak pernah ada perasaan apa-apa."Suaranya tercekat, matanya merah."Baru setelah kamu pergi, aku sadar, ternyata enam tahun lalu malam itu, orang yang menyelamatkanku adalah kamu. Selama ini aku salah orang, Elea."Tatapan Leon penuh penyesalan, ada cahaya seolah memohon. Dia pikir, dengan mengungkap kebenarannya, aku akan memaafkannya.Namun, dia salah.Malam itu, akulah yang menyelamatkannya. Aku menjahit luka tembaknya, menghentikan pendarahan di bawah lampu steril. Namun, aku tak pernah menceritakannya. Itu masa lalu yang kami berdua sengaja hindari.Leon salah mengenali orang. Sekali salah, tetapi membawa kesalahan seumur hidup.Dia bertanya dengan lirih, "Anak waktu itu, aku nggak biarkan Nafa melahirkannya. Sekarang, aku sudah tahu semuanya, Elea. Bisakah kita kembali seperti dulu?"Aku menggeleng tanpa ragu."Itu ngg

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 14

    Dulu aku mati-matian berusaha membahagiakannya, tetapi dia tetap dingin bagai batu yang tak pernah bisa dihangatkan.Sampai Nafa muncul, barulah aku sadar bahwa dia bukan tak punya perasaan, dia hanya tak mencintaiku.Dua tahun lalu, aku sendiri yang merobek perjanjian pernikahan kami dan mundur demi kebahagiaan mereka.Sekarang mereka sudah putus, tetapi kenapa dia justru memperlihatkan seolah masih mencintaiku?Aku berkata dengan nada dingin, "Maaf, Tom adalah tunanganku. Kami akan menikah tanggal delapan belas, tinggal sepuluh hari lagi."Wajah Leon langsung pucat pasi. Matanya merah, seperti tak sanggup menerima kenyataan bahwa aku benar-benar akan menikah dengan orang lain.Namun, aku tak ingin berurusan dengannya lagi. Aku langsung mengajak semua orang pergi ke tempat lain. Saat melewatinya, dia refleks menarik ujung bajuku.Aku tanpa ragu menepis tangannya dan menggandeng Tom pergi, meninggalkan Leon berdiri kaku di tempat.Di dalam mobil, Tom tiba-tiba melepaskan genggaman tang

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 13

    Dua tahun kemudian, di Bandara Manattan.Aku mendorong koper keluar dari terminal. Udara yang familier langsung menyambutku.Hari aku meninggalkan Manattan, aku sendirian. Dua tahun kemudian saat kembali, aku datang bersama Tom.Penelitian pertamaku sudah selesai. Pihak rumah sakit memberiku izin cuti dua bulan. Aku memutuskan untuk kembali ke sini karena ada sesuatu yang harus kuselesaikan, sebuah perpisahan yang belum sempat kulakukan dengan layak."Senior, kalau kamu nggak cepat-cepat, kita bisa telat nih!" Tom menarik tanganku dan mulai berlari.Lina sudah bilang sejak pagi ingin mengadakan pesta penyambutan untukku. Karena selama dua tahun ini, aku memang belum sempat bertemu teman-teman lama, makanya aku pun menyanggupi.Saat kami bergegas naik ke lantai atas, aku sempat merasa melihat sosok yang familier, tetapi tak kupikirkan lebih lanjut.Begitu pintu ruang makan VIP dibuka, pita-pita warna-warni langsung berjatuhan dari atas."Kamu tuh, ya, dua tahun nggak ada kabar. Aku hamp

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 12

    Leon duduk lemas di kursi kulit. Matanya merah, sementara tangannya menggenggam erat laporan yang baru saja diterimanya."Nafa, orang yang menyelamatkanku enam tahun lalu ... Itu bukan kamu."Ekspresi Nafa sempat menegang, tetapi dia masih berusaha tersenyum lembut dan menggenggam tangan Leon."Leon, kenapa tiba-tiba bicara begitu? Kamu pasti lelah ...."Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Leon sudah mengentakkan tangan Nafa. Suaranya rendah, tetapi penuh amarah."Berhenti pura-pura! Aku sudah lihat rekaman CCTV waktu itu. Yang menyelamatkanku adalah Elea. Dia yang menemaniku melewati masa paling kelam dalam hidupku!"Wajah Nafa seketika pucat pasi.Dulu, saat lewat di rumah sakit secara tak sengaja, Leon yang baru siuman salah mengira Nafa sebagai penyelamatnya. Harusnya Nafa meluruskan saat itu juga. Namun, karena tergoda oleh perasaan sesaat, Nafa memilih diam. Setelah itu, keluarganya mengirimnya ke luar negeri. Mereka putus kontak. Ketika kembali, Nafa telah mengidap kanker

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status