Short
Ditinggal 17 Kali, Kini Aku Pemimpin Mafia

Ditinggal 17 Kali, Kini Aku Pemimpin Mafia

By:  LotusCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
8Chapters
7views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Malam sebelum pernikahan yang ke-17, suamiku, yang seorang mafia, berjanji kali ini pernikahan kami akan tenang tanpa gangguan. "Merry, kali ini aku janji," katanya dengan sungguh-sungguh. "Aku sudah bilang pada Agnes, besok, sekali pun langit runtuh, dia harus menanggungnya sendiri." Kandunganku sudah memasuki bulan kelima. Aku dan Lewis sudah bersama selama tiga tahun. Kini, aku hamil lima bulan, tetapi belum pernah sekali pun kami berhasil menggelar pernikahan. Sebab sebelumnya, dia sudah membatalkan pernikahan kami sebanyak enam belas kali. Setiap kali itu terjadi, alasannya selalu sama, yaitu karena adik angkatnya, Agnes. Pertama, katanya demam. Aku menemaninya semalaman di rumah sakit tanpa sempat ganti gaun pengantin, yang ternyata Agnes hanya flu ringan. Kedua, katanya sakit jantung. Lewis langsung pergi meninggalkanku, padahal sebenarnya dia sedang asyik mengobrol bersama teman-temannya sambil minum teh. Ketiga, katanya takut petir. Lewis meninggalkanku di tengah sumpah pernikahan, membiarkanku berdiri sendirian di depan para tamu. Namun, kali ini berbeda. Tiga hari lalu, aku menerima sepucuk surat dari Vireka Utara. Ayahku, kepala Keluarga Damian, secara pribadi mengirim undangan agar aku pulang. Jika kali ini Lewis masih memilih pergi demi Agnes, maka aku akan menghilang untuk selamanya.

View More

Chapter 1

Bab 1

Ini sudah menjadi pernikahan ketujuh belas yang kuselenggarakan dengan tunanganku. Enam belas kali sebelumnya, dia selalu meninggalkanku sendiri di pelaminan karena adik angkatnya yang rapuh, Agnes.

Saat aku menggandeng lengan Lewis, melangkah di karpet merah, bayi di perutku tiba-tiba menendang dengan keras.

"Si kecil juga menantikan hari ini," katanya sambil tersenyum dan menggenggam tanganku.

Saat pastor mulai membacakan janji pernikahan, semua mata tertuju pada kami.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Lagi-lagi dari Agnes.

Ekspresi Lewis seketika membeku, jari-jarinya menegang tanpa dia sadari.

"Tolak teleponnya, Lewis." Aku menatapnya dengan tajam.

Pergulatan batinnya tergambar jelas di matanya. Jarinya menggantung di tombol tolak panggilan.

Akhirnya, telepon itu terputus dengan sendirinya.

Baru saja aku menghela napas lega.

Panggilan kedua segera masuk.

"Merry," panggilnya dengan suara rendah. Dia berusaha melepas tanganku. "Mungkin ini darurat. Biasanya dia nggak sesering ini."

Aku tak melepaskan tangannya. "Bayi kita sedang menunggu ayahnya berkata kamu bersedia."

Pupil matanya mengecil tajam, seolah tersengat panas, dia melepaskan tanganku. "Tapi, dia satu-satunya putri Paman Martin!"

Kalimat itu lagi. Martin Greg, seorang penasihat yang mati melindungi ayahnya Lewis, meninggalkan pesan terakhir, yaitu untuk menjaga Agnes baik-baik. Permintaan itu justru menghancurkan hidupku.

Dia mengeluarkan ponselnya. Saat membaca pesan dari rumah sakit, nada bicaranya berubah. "Dia menelan pil tidur!"

"Pil tidur lagi?" Aku mencibir, "Bulan lalu saat dia menelannya, seorang perawat malah menemukan botolnya bahkan belum dibuka!"

"Merry!" bentaknya. Dia menatapku dengan ekspresi kecewa. "Sebelum meninggal, Paman Martin..."

"Dia menitipkan putrinya padamu, bukan menyerahkan pisau untuk menusukku!" Aku meraih kerahnya. "Lihat sekeliling! Keluarga kita, bawahan kita, dan bayi kita yang belum lahir! Mereka semua menunggumu mengucapkan kesediaanmu!"

Ponsel kembali berdering untuk ketiga kalinya. Kali ini terdengar isak lemah Agnes. "Kak Lewis, tolong aku..."

Pupil mata Lewis mengecil.

"Bersikaplah dewasa sedikit!" Dia membuka paksa jari-jariku, seolah akulah yang bersikap tidak masuk akal. "Pernikahan bisa diulang, tapi nyawa manusia cuma satu."

Betapa familier kalimat itu. Waktu pernikahan ke-16 dibatalkan, dia juga berkata begitu.

"Lewis!"

Suaraku menggema di gereja, tetapi punggungnya pergi lebih tegas dibanding enam belas kali sebelumnya.

Dari bangku tamu terdengar bisikan-bisikan. Ada yang mencemooh, ada yang bersimpati, lebih banyak lagi yang menggeleng seperti sudah tahu ini akan terjadi.

Karena pada pernikahan pertama juga sama. Agnes tiba-tiba pingsan, lalu Lewis bergegas pergi.

Aku berlari mengejarnya ke rumah sakit dengan masih mengenakan gaun pengantin. Aku melihat Agnes terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat pasi. Jarinya mencengkeram ujung baju Lewis. Saat menoleh padaku, sorot mata Agnes berkilat puas.

Lewis membelakangiku, jadi tak melihat senyuman sinis itu.

Upacara kelima diadakan di taman belakang. Aku menunggu seharian dengan gaun sederhana, tetapi tunanganku tak kunjung datang. Para tetua berbisik mencemooh, "Bahkan satu pernikahan pun nggak sanggup dilangsungkan."

Para rubah tua Vireka Selatan tidak pernah menyembunyikan penghinaan mereka padaku yang berasal dari Vireka Utara. "Sehebat apa pun Nona Keluarga Damian, ujung-ujungnya tetap nggak bisa memikat hati Bos Lewis."

Lewis kemudian memeluk dan menghiburku, mengatakan bahwa kali berikutnya tidak akan membiarkan siapa pun meremehkanku lagi.

Pernikahan ke-10, Lewis tiba-tiba pergi lagi. Sepupunya menimpali dengan bercanda di meja makan, "Kak, nikahi saja pengantin dan adikmu sekaligus, daripada repot bolak-balik begitu."

Dia hanya melirik pria itu, lalu pergi tanpa menoleh.

Kali ini, aku tidak mau menunggu lagi.

"Pernikahan dibatalkan. Nggak perlu diadakan lagi."

Para tetua Vireka Selatan terperanjat. Bahkan Andreas, ayah Lewis, yang biasanya meremehkanku pun ikut mendongak.

"Nona Merry." Pastor itu tergagap. "Mungkin kita bisa..."

"Aku bilang," tegasku lagi. "Pernikahan dibatalkan."

Andreas menyipitkan matanya. "Pernikahan Keluarga Ricardo nggak boleh dinodai."

Aku membalas tatapannya dengan tenang. "Kalau begitu, silakan Pak Andreas membujuk pewarismu kembali ke sini untuk menyelesaikan upacaranya."

Lalu, di bawah tatapan terkejut semua orang, aku melepas mahkota itu. Itu adalah pusaka keluarga yang diwariskan ayahnya Lewis. Setiap pengantin Keluarga Ricardo akan memakainya saat mengucapkan janji pernikahan mereka.

"Nggak, jangan!" Andreas sontak berdiri.

Namun, sudah terlambat.

Aku menghantamkan mahkota itu ke lantai. Suara pecahnya berlian mengejutkan semua orang.

Saat aku berbalik, aku merasakan kelegaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Kembali ke kamar, aku duduk di depan meja rias dan perlahan menghapus riasanku.

Saat Lewis menelepon, di sana terdengar tawa ringan Agnes. "Terima kasih, Kak, sudah mau merayakan ulang tahunku bersamaku."

Aku juga ingin tertawa. Aktingnya makin asal. Tadi dia menelan pil tidur, eh, sekarang merayakan ulang tahun?

"Merry," panggil Lewis dengan nada malas, sedikit membujuk. "Agnes baik-baik saja. Bisakah kita menikah dua hari lagi? Aku sudah pesan tempat di Gereja Luminara, kamu 'kan suka mural di sana."

Dia selalu begitu, berjanji seenaknya, seolah masih bisa diperbaiki.

"Terserahmu," jawabku dengan nada dingin.

Dia di ujung telepon, tidak menyadari ada yang aneh. Nada bicaranya melunak. "Ngomong-ngomong, bagaimana hasil pemeriksaan kehamilannya? Apa dokter bilang bayinya sehat?"

Aku mengelus perutku. "Ya, sangat sehat."

Dia tersenyum lega. "Syukurlah. Nanti kalau aku pulang, kita..."

"Lewis," potongku. "Ulang tahun Agnes sudah selesai?"

Hening sebentar. Lalu, terdengar tawanya yang dalam. "Merry, apa kamu cemburu?"

Aku tak menjawab. Telepon itu langsung aku tutup, lalu aku mengeluarkan tiket pesawat dari laci.

Tujuan akhirnya adalah markas besar mafia Vireka Utara di Milaya yang telah dikirimkan bersama undangan.

Huruf-huruf kaligrafi emas yang mewah pada undangan berkilau di bawah lampu.

[Selamat datang kembali, Nona Merry.]
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status