Sebulan sebelum menikah dengan tunanganku, Leon, dia bersikeras ingin punya anak dengan sahabat kecilnya.Aku jelas menolak, tetapi dia terus membahasnya setiap hari, mendesak tanpa henti, seperti sedang menegosiasikan transaksi yang tak boleh gagal.Sampai dua minggu sebelum hari pernikahan, aku menerima paket anonim.Isinya adalah hasil tes kehamilan dari sebuah klinik pribadi elit di Manattan.Tertulis jelas di sana.[Nafa Adolf, hamil lima minggu tiga hari.]Saat itu juga aku sadar sepenuhnya bahwa Leon tak pernah berniat meminta persetujuanku.Keputusannya sudah bulat dan aku, tunangan resminya, hanya diberi pemberitahuan.Aku duduk di depan jendela besar apartemen, memandangi jalanan kota yang gemerlap. Tubuhku terasa membeku.Keesokan harinya, aku batalkan pemesanan tempat pernikahan, merobek semua undangan, dan membakar semua hadiah darinya. Mulai dari cincin pertunangan sampai surat lamaran yang dia tulis sendiri.Di hari pernikahan, aku tak datang.Sebaliknya, aku naik pesawa
Read more