Share

Bab 6

Penulis: Oranye
Hari kelima menjelang batas waktu, aku mengajukan surat pengunduran diri ke rumah sakit.

Dulu, demi bersama Leon, aku rela melepaskan kesempatan untuk melanjutkan studi kedokteran dan memilih mengikuti jejak Leon, bekerja sebagai dokter spesialis di sebuah rumah sakit di Manattan, kota yang dulu begitu gemerlap bagiku.

Para rekan kerja tampak terkejut saat aku menyampaikan pengunduran diriku.

"Kenapa tiba-tiba berhenti kerja, Elea?"

"Beberapa hari yang lalu, kamu masih bagi-bagi permen pernikahan ke kami. Jangan-jangan kamu mau jadi ibu rumah tangga, ya?"

Beberapa dari mereka bahkan sempat bercanda.

Aku memeluk map dokumen di dada dan tersenyum sambil menggeleng pelan.

"Bukan, pernikahannya dibatalkan."

Saat aku pulang dan membuka pintu, kulihat Leon yang sudah seminggu tak pulang sedang duduk di sofa bersama Nafa. Keduanya sedang mengobrol pelan.

Leon melihat map di tanganku dan secara refleks bertanya, "Kamu bawa-bawa itu buat apa?"

Aku menjawab sekenanya, "Ini dokumen yang nggak dipakai lagi, mau aku bereskan di rumah."

Leon mengangguk, lalu melihat-lihat seisi ruangan dengan ekspresi sedikit heran. "Baru seminggu aku nggak pulang, tapi rumah ini sepertinya jadi agak kosong?"

Aku masuk ke kamar untuk menyimpan map, lalu menjawab dengan tenang, "Cuma bereskan barang-barang yang nggak perlu saja."

Leon seperti ingin bicara sesuatu, tetapi Nafa langsung menyela.

"Kak Elea, beberapa hari ini Leon kelelahan menemaniku jalan-jalan. Terima kasih, ya, sudah mengizinkan dia temani aku foto pranikah. Impianku akhirnya kesampaian."

Nada bicaranya terdengar sedikit sombong.

"Begini saja, aku traktir kalian makan. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena sudah menjagaku. Mungkin ke depannya aku masih akan merepotkan kalian, jadi semoga Kak Elea nggak marah, ya."

Aku tidak ingin berdebat dengannya lagi, itu hanya buang-buang waktu. Lima hari lagi aku akan sepenuhnya meninggalkan Leon. Yang kupikirkan sekarang hanya bagaimana menyelesaikan semua ini agar bisa segera pergi.

Melihat aku tidak merespons, mata Nafa langsung merah.

"Leon, Kak Elea marah, ya? Kalian 'kan sebentar lagi menikah, tapi …."

Begitu mendengar perkataan Nafa, dahi Leon langsung berkerut. Dia memelototiku, tampak tak senang. "Nafa benar-benar ingin berterima kasih. Kenapa kamu malah pasang muka begitu? Ini cuma makan malam, nggak diracun juga."

Aku belum sempat berkata apa pun, tetapi Leon sudah menyimpulkan bahwa akulah yang bermasalah.

Akhirnya, aku tetap diajak ke restoran oleh Leon.

Di restoran, pelayan mulai menanyakan pesanan kami.

Baru saja aku membuka menu, aku mendengar Leon berkata, "Jangan yang terlalu berminyak atau pedas. Jangan pakai ketumbar."

Setelah semua makanan dihidangkan, Leon dengan perhatian menyendokkan makanan untuk Nafa, lalu mendorong sepiring udang besar ke arahku.

"Nafa sekarang nggak bisa makan makanan laut. Ini khusus kupesan buat kamu."

Melihat udang itu, seleraku langsung lenyap. Aku meletakkan sendokku.

"Aku alergi makanan laut."

Leon bahkan lupa bahwa aku alergi makanan laut, tetapi dia bisa mengingat dengan jelas pantangan makanan Nafa, bahkan detail kecil seperti tidak suka ketumbar pun dia tahu.

Leon tampak sedikit terkejut, lalu saat menoleh padaku, ada seberkas rasa bersalah di matanya, kemudian dia menambahkan beberapa hidangan lagi.

Namun, aku tetap tak menyentuh makanannya. Aku hanya diam minum air, tanpa sepatah kata pun.

Usai makan, begitu kami baru turun tangga, aku menerima telepon dari seniorku.

"Elea, guru minta aku pastikan lagi, kamu benar-benar mau lanjut sesuai jadwal eksperimen? Soalnya proyek ini rahasia, mungkin satu sampai dua tahun kamu nggak bisa kontak siapa pun di luar."

Aku menatap Leon dan Nafa yang berjalan di depan.

Mereka berjalan menuruni tangga dengan berdampingan dan Leon bahkan merangkul pinggang Nafa dengan hati-hati.

Aku menjawab dengan nada sangat tenang, "Ya, aku yakin."

Seniorku terdengar lega di ujung telepon. "Syukurlah, soalnya guru takut kamu nggak rela meninggalkan suamimu."

Aku mengalihkan pandangan dan berbalik ke arah lain.

"Acara pernikahannya dibatalkan."

"Aku sudah siap untuk pergi."

Baru saja aku selesai bicara, tiba-tiba ada suara heran terdengar dari belakang.

"Siapa yang mau pergi?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 17

    Aku sudah berjanji. Malam harinya, seseorang mengantarkan undangan dan permen manis pernikahan.Leon membuka sebutir permen, lalu perlahan memasukkannya ke dalam mulut, seakan sudah lama tak merasakan manis seperti ini.Di hari pernikahan, para tamu datang silih berganti.Tom mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya. Auranya begitu kuat.Aku menatap pria di sampingku. Hatiku dipenuhi rasa tenang dan bahagia yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Setelah bertemu Tom, aku baru mengerti apa itu cinta sejati, tanpa kepura-puraan, tanpa rasa curiga.Saat upacara pernikahan dimulai, aku menggandeng tangan ayahku, perlahan berjalan menuju Tom.Ayahku menyerahkan tanganku ke tangan Tom dengan sungguh-sungguh. Dia berkata, "Anakku kutitipkan padamu."Tom pun bersumpah dengan tulus, "Tenang saja, aku akan menjaganya dengan seluruh hidupku."Lalu, kami mengucap janji, bertukar cincin, dan berciuman dengan penuh cinta.Suasana langsung pecah oleh tepuk tangan dan gemuruh teriakan bahagia

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 16

    Rasa sakit yang kupikir akan menyiksaku ternyata tak pernah datang.Aku segera menoleh. Leon berdiri di depanku, tubuhnya menjadi tameng. Satu tangannya menekan perutnya erat-erat, darah mengalir deras. Dia terhuyung, lalu jatuh ke pelukanku."Leon!" Aku segera memapahnya. Tanganku yang satunya buru-buru menekan tombol panggilan darurat. Hanya ada satu hal di pikiranku. Menghentikan darah ini, secepatnya!"Kamu gila, ya?" teriakku sambil menekan lukanya. Jari-jariku basah oleh darah hangatnya.Kesadarannya mulai memudar, wajahnya pucat pasi. Namun, dia tetap memaksakan diri membuka mata, tersenyum lemah. "Ternyata, ditusuk itu sakit, ya. Waktu itu ... kamu juga sesakit ini?"Dadaku terasa sesak, mataku panas.Sebelum ambulans datang, suara sirine yang nyaring menggema. Di detik itu juga, dia kehilangan kesadarannya.Operasinya berlangsung selama tiga jam. Dokter bilang lukanya tak mengenai organ vital, tetapi dia kehilangan banyak darah.Aku akhirnya bisa bernapas lega. Aku duduk lemas

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 15

    Belum sempat aku bicara, ekspresinya sudah kacau."Aku bisa jelaskan! Dulu, aku benar-benar mengira Nafa adalah orang yang menyelamatkanku. Di antara kami, kami nggak pernah ada perasaan apa-apa."Suaranya tercekat, matanya merah."Baru setelah kamu pergi, aku sadar, ternyata enam tahun lalu malam itu, orang yang menyelamatkanku adalah kamu. Selama ini aku salah orang, Elea."Tatapan Leon penuh penyesalan, ada cahaya seolah memohon. Dia pikir, dengan mengungkap kebenarannya, aku akan memaafkannya.Namun, dia salah.Malam itu, akulah yang menyelamatkannya. Aku menjahit luka tembaknya, menghentikan pendarahan di bawah lampu steril. Namun, aku tak pernah menceritakannya. Itu masa lalu yang kami berdua sengaja hindari.Leon salah mengenali orang. Sekali salah, tetapi membawa kesalahan seumur hidup.Dia bertanya dengan lirih, "Anak waktu itu, aku nggak biarkan Nafa melahirkannya. Sekarang, aku sudah tahu semuanya, Elea. Bisakah kita kembali seperti dulu?"Aku menggeleng tanpa ragu."Itu ngg

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 14

    Dulu aku mati-matian berusaha membahagiakannya, tetapi dia tetap dingin bagai batu yang tak pernah bisa dihangatkan.Sampai Nafa muncul, barulah aku sadar bahwa dia bukan tak punya perasaan, dia hanya tak mencintaiku.Dua tahun lalu, aku sendiri yang merobek perjanjian pernikahan kami dan mundur demi kebahagiaan mereka.Sekarang mereka sudah putus, tetapi kenapa dia justru memperlihatkan seolah masih mencintaiku?Aku berkata dengan nada dingin, "Maaf, Tom adalah tunanganku. Kami akan menikah tanggal delapan belas, tinggal sepuluh hari lagi."Wajah Leon langsung pucat pasi. Matanya merah, seperti tak sanggup menerima kenyataan bahwa aku benar-benar akan menikah dengan orang lain.Namun, aku tak ingin berurusan dengannya lagi. Aku langsung mengajak semua orang pergi ke tempat lain. Saat melewatinya, dia refleks menarik ujung bajuku.Aku tanpa ragu menepis tangannya dan menggandeng Tom pergi, meninggalkan Leon berdiri kaku di tempat.Di dalam mobil, Tom tiba-tiba melepaskan genggaman tang

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 13

    Dua tahun kemudian, di Bandara Manattan.Aku mendorong koper keluar dari terminal. Udara yang familier langsung menyambutku.Hari aku meninggalkan Manattan, aku sendirian. Dua tahun kemudian saat kembali, aku datang bersama Tom.Penelitian pertamaku sudah selesai. Pihak rumah sakit memberiku izin cuti dua bulan. Aku memutuskan untuk kembali ke sini karena ada sesuatu yang harus kuselesaikan, sebuah perpisahan yang belum sempat kulakukan dengan layak."Senior, kalau kamu nggak cepat-cepat, kita bisa telat nih!" Tom menarik tanganku dan mulai berlari.Lina sudah bilang sejak pagi ingin mengadakan pesta penyambutan untukku. Karena selama dua tahun ini, aku memang belum sempat bertemu teman-teman lama, makanya aku pun menyanggupi.Saat kami bergegas naik ke lantai atas, aku sempat merasa melihat sosok yang familier, tetapi tak kupikirkan lebih lanjut.Begitu pintu ruang makan VIP dibuka, pita-pita warna-warni langsung berjatuhan dari atas."Kamu tuh, ya, dua tahun nggak ada kabar. Aku hamp

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 12

    Leon duduk lemas di kursi kulit. Matanya merah, sementara tangannya menggenggam erat laporan yang baru saja diterimanya."Nafa, orang yang menyelamatkanku enam tahun lalu ... Itu bukan kamu."Ekspresi Nafa sempat menegang, tetapi dia masih berusaha tersenyum lembut dan menggenggam tangan Leon."Leon, kenapa tiba-tiba bicara begitu? Kamu pasti lelah ...."Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Leon sudah mengentakkan tangan Nafa. Suaranya rendah, tetapi penuh amarah."Berhenti pura-pura! Aku sudah lihat rekaman CCTV waktu itu. Yang menyelamatkanku adalah Elea. Dia yang menemaniku melewati masa paling kelam dalam hidupku!"Wajah Nafa seketika pucat pasi.Dulu, saat lewat di rumah sakit secara tak sengaja, Leon yang baru siuman salah mengira Nafa sebagai penyelamatnya. Harusnya Nafa meluruskan saat itu juga. Namun, karena tergoda oleh perasaan sesaat, Nafa memilih diam. Setelah itu, keluarganya mengirimnya ke luar negeri. Mereka putus kontak. Ketika kembali, Nafa telah mengidap kanker

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status