Short
Saat Aku Bukan Lagi Pilihanmu

Saat Aku Bukan Lagi Pilihanmu

By:  YosefaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
7Chapters
5views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Demi menguji kesetiaan kekasih masa kecilnya, saudara tiriku memberinya obat bius. Lalu, saudara tiriku mendorongku masuk ke dalam kamarnya. Aku tidak tega melihat Bram menderita dan menjadi obat penawar dengan sukarela. Saudara tiriku pun marah dan pergi menikah dengan bos mafia yang kejam. Setelah aku hamil, Bram terpaksa menikahiku, dan mulai membenci diriku. Selama 10 tahun pernikahan, Bram sangat dingin terhadap aku dan putraku. Namun, ketika Bram pergi keluar negeri, dia terkena banjir. Dia berjuang sekuat tenaga untuk menyelamatkanku dan anak kami. Tapi aku tidak bisa meraih tangannya. Sebelum tenggelam, dia menatapku untuk yang terakhir kalinya dan berkata, "Kalau semuanya bisa diulang, jangan pernah jadi obat penawarku lagi." Hatiku terkoyak dan aku pun pingsan. Ketika aku membuka mata, aku kembali ke hari saudara tiriku memberi obat bius kuat pada Bram dan mengurung kami dalam satu kamar.

View More

Chapter 1

Bab 1

Demi menguji kesetiaan Bram, Wenny memberinya obat, lalu mendorongku masuk ke dalam kamarnya.

"Anita … " Bram terengah pelan dan matanya kabur saat menatapku.

Aku tahu, Bram selalu menyukai Wenny.

Namun, sebelum menikah, Bram tidak tega menyentuh Wenny.

Demi bertahan hidup, Bram hanya bisa mundur selangkah dan mengorbankanku.

Di kehidupan sebelumnya, aku tidak mampu menahan perasaan yang aku pendam terhadap Bram sejak kecil. Akhirnya aku dan Bram memadu kasih semalam.

Keesokan paginya, ketika Wenny melihat bekas ciuman di leherku, dia menangis, dan tidak ingin nikah lagi selamanya.

Setelah dicegah, Wenny pun marah, dan menikah dengan bos mafia dari Negara H.

Tidak lama kemudian, dia menjadi istri keempat yang wafat di tangan pria itu.

Setelah aku hamil, Bram menikahiku hanya untuk bertanggung jawab. Dia memperlakukanku dan anakku seperti orang asing.

Aku tahu Bram marah padaku karena membiarkan Wenny mengetahui kejadian malam itu.

Apabila Wenny tidak tahu, dia tidak akan pergi.

Setelah teringat akan hal itu, aku mengambil penawar, dan segelas air dingin. Aku memberikannya pada Bram dan mengompres dahinya.

Lagi pula, di kehidupan sebelumnya Bram mengorbankan nyawanya demi melindungiku. Jadi aku akan membalas kebaikannya.

"Di mana Wenny?"

Kesadaran Bram mulai pulih setelah diberi obat penawar dan dikompres.

Bram tidak memanggil namaku dengan terengah-engah lagi. Begitu membuka mata, dia langsung menanyakan Wenny dengan cemas.

"Nggak perlu khawatir. Sopir sudah antar Wenny pulang."

"Oke. Kejadian malam ini … "

"Tenang saja. Aku nggak akan mengatakannya pada siapa pun. Lagi pula, kita juga nggak melakukan apa-apa, 'kan?"

Tatapan Bram kepadaku dipenuhi keheranan. Karena dia tahu, aku bukanlah orang yang seperti ini.

Aku adalah seorang gadis kecil yang selalu mengekor di belakangnya, sambil memanggil "Kak Bram" dengan manja.

Dua puluh tahun berlalu dalam sekejap dan kami pun tumbuh dewasa.

Namun, aku tidak pernah menyembunyikan rasa sukaku pada Bram.

Sikap dingin dan kemampuanku menahan diri malam ini benar-benar melampaui perkiraan Bram.

Melihat aku tidak antusias dan aktif seperti dulu, Bram berbalik dengan kesal.

Aku pun meninggalkan kamar dan memberi tahu pelayan Bram untuk merawatnya.

Begitu sampai di rumah, Wenny sedang sibuk memilih gaun baru musim ini.

Begitu melihatku pulang, Wenny tersenyum penuh penuh arti. "Kak, Kak Bram nggak menahanmu, 'kan?"

"Jangan memanggilku seperti itu." Aku menjawab dengan dingin.

Seakan sudah tahu aku akan berkata seperti itu, Wenny melangkah mendekat ke arahku, dan berbisik dengan pelan, "Aku panggil kamu begitu untuk menghormatimu. Terus kenapa kalau kamu itu putri sulung Keluarga Limbardi? Ibumu sudah mati, ayahmu nggak sayang sama kamu. Aku dan ibuku adalah penguasa rumah ini."

"Dan Bram. Kamu sangat menyukainya, 'kan? Malam ini kamu bahkan dikirim ke hadapannya. Tapi jadi penawarnya pun, kamu nggak pantas."

"Emang apa yang bisa kamu gunakan buat melawanku?"

Aku menatap wajah angkuh Wenny dan tersenyum samar.

"Aku nggak perlu bersaing sama kamu. Semua yang kamu miliki, semuanya berasal dariku."

Tiba-tiba terdengar suara dari pintu. Ayah sudah pulang.

Wenny langsung menutupi ekspresi penuh kebencian di wajahnya. Dia menampar dirinya sendiri dengan keras hingga terjatuh ke lantai.

Ketika Ayah masuk dan melihat kejadian itu, dia langsung menganggap aku menindas Wenny.

"Anita, sampai kapan kamu akan bersikap keras kepala? Beberapa tahun ini, kamu nggak pernah membuatku tenang!"

"Tenang? Sejak dia dan ibunya masuk ke rumah ini dan memaksa ibuku mati, rumah ini nggak akan pernah membuatmu tenang."

Ayah tidak menghiraukan air mataku. Dia justru membantu Wenny berdiri dengan iba.

"Aku akan menikah dengan bos mafia Negara H." Aku menyerahkan surat perjodohanku pada Ayah.

"Aku sudah menulis namaku di atasnya. Ayah nggak perlu cari cara agar aku pergi."

Ayah menatapku dengan gembira dan terkejut.

Kekuatan mafia Negara H sangat besar. Ayah tidak berani melanggar perjanjian itu, tetapi dia juga tidak rela putri bungsu kesayangannya menikah dengan bos mafia yang sudah kehilangan tiga istri.

Wenny menatapku dengan penuh kebencian.

Seperti biasa, Wenny ingin mengejar kekuasaan dan kemewahan, tetapi dia tidak mau menanggung risiko apa pun.

Wenny berkata dengan penuh kepiluan, "Ayah, Kakak nggak benar-benar mau pergi menikah ke Negara H. Semalam, aku lihat dia kasih Kak Bram obat, lalu di kamar yang sama mereka berdua … "

Aku baru saja hendak membantah, tamparan Ayah yang keras sudah mendarat di pipiku.

"Nggak terjadi apa-apa antara aku sama Bram."

"Anita, jangan kira aku nggak tahu apa yang ada dalam hatimu. Kepergianmu menikah di Negara H sudah jadi keputusan yang nggak bisa diubah. Jangan berpikir untuk membatalkan hal itu dengan menggunakan Bram. Lagi pula, Bram sedari awal tidak pernah menyukaimu."

Wenny melirikku dengan penuh kemenangan.

"Karena kamu begitu nggak tahu malu, hadapi hukuman keluarga."

Aku membawa surat perjodohan, berlutut di depan pintu vila, dan membiarkan teriknya matahari membakar tubuhku.

Menurut aturan Keluarga Limbardi, apabila mengakui kesalahan harus berlutut selama dua jam, apabila tidak mengakui kesalahan, hukumannya adalah seharian penuh.

Ketika lututku perih terbakar, Bram datang dengan tergesa-gesa. Dia melirikku sekilas, dan masuk.

Ketika dia keluar, ekspresi Bram tidak sepanik tadi. Dia justru berlutut di sampingku.

"Anita, aku tahu tahu ibumu dan ibuku sudah menjodohkan kita sejak kecil."

"Tapi saat ini, aku nggak bisa menikah sama kamu. Aku nggak bisa biarkan Wenny pergi ke Negara H."

Aku hanya bisa tertawa getir dalam hati. Ternyata dia masih belum tahu bahwa orang yang akan menikah di luar negeri itu aku?

"Kalau dia nggak pergi, maka akulah yang akan pergi."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status