Kindly diikuti rombongannya dalam perjalanan menjemput Niela. Pria itu memanggil bodyguard sewaan sekaligus untuk mengantisipasi segala hal buruk."Nama aslinya Prili, dia hanya anak angkat tidak resmi. Itu sebabnya namanya tidak terdaftar dalam kartu keluarga mereka." Ucap seorang hacker yang duduk di sebelah Kindly.Kindly mendengus kesal. Pantas saja dia tidak mencium hubungan si pencuri dengan pelayan sialannya itu. Kindly bersumpah akan menguliti Lili jika sampai menyakiti Niela. Dia berharap wanita terbakar itu adalah orang lain. Meski degub jantung mengetuk keras di balik dada. Tapi Kindly menolak menerima berita tak jelas itu.'Niel masih hidup, istriku pasti baik-baik saja.' Batinnya menutupi rasa takut kehilangan.Sesampainya di sana, api sudah padam. Para petugas damkar berhasil menghentikan kobaran si jago merah. Kerumunan warga juga bubar. Kini sepi, tidak seperti saat terekam di layar televisi. Apa lagi mereka tiba lewat tengah malam, jadi banyak yang sudah terlelap. Sel
Kindly memutuskan kembali bersama sebagian orangnya. Mobil mereka di kawal ketat sebagai antisipasi dari serangan dadakan. Dia mendekap erat tubuh Niela sambil mendengar racauannya yang belum puas mengadu. Tapi Kindly lebih suka Niela seperti ini. Dulu wanita itu hanya akan diam dan jarang mengeluh kalau punya masalah pribadi. Ini sebuah kemajuan dalam hubungan mereka, dimana dia menganggap suaminya sebagai tempat aman. Lebih dari pada itu, Niela tampak baik-baik saja dari segi fisik maupun mental. Dia memang menangis, tapi masih sanggup bicara normal dan mampu menanggapi sekitar.Sampai di rumah, Niela memaksa mandi untuk menghilangkan rasa jijik lagi pada tubuhnya. Sentuhan-sentuhan geli dari pria asing itu merupakan bayangan terburuk. Dia buru-buru menggunakan piama setelah selesai bersih-bersih, lalu lari menabrak peluk sang suami yang siaga di dalam kamar.BrughPelukan tiba-tiba itu membuat Kindly mundur beberapa langkah. Dia tidak marah, justru balas memeluk dan mengemong sang
"Mau ke mana lagi? Aku sudah puas belanjanya kok. Lemarinya mungkin juga sudah tidak muat." Oceh Niela saat Kindly menggandengnya lagi keluar toko ke sekian kalinya. Wanita itu senang dibelanjakan tapi dia tidak terbiasa hidup boros. Jadi pemberian Kindly ini dinilai membuang-buang uang."Cari dessert. Kau suka yang manis-manis kan?" Kindly berhenti di sebuah tempat resto. Harum roti yang sedap menusuk indera penciuman. Menghipnotis siapa saja yang lewat untuk mampir membeli. "Kata sekertarisku roti di sini enak, tapi ada juga dessert yang lain kalau mau. Bagaimana, mau mencoba?"Jiwa penikmat cemilan Niela terlalu payah menolak. Perutnya mengamuk ingin di isi menu tersebut. "Iya mau." Angguknya tersenyum manis.Mereka pun duduk dan memesan di sana. Banyak nama makanan asing bagi Niela di buku menu. Selain ice cream, dia meminta Kindly memilihkan untuknya. Tak lama hidangan croissant, muffin, choux paste, cream pie, dan ice cream di antarkan pelayan ke meja mereka. Senyuman Niela sema
"Gunakan pakaian tebal, cuacanya cukup dingin." Ucap Kindly ketika Niela melewatinya saat berjalan ke walk in closet. Wanita itu baru selesai mandi dan masih menggunakan bathrobe."Iya." Sahut Niela sembari berlari kecil memegang kuat ke-2 sisi bathrobe yang tak terikat karena buru-buru."Hati-hati!" Seru Kindly melihat telapak kaki sang istri basah bahkan tidak memakai alas kaki.Hujan kembali jatuh hari ini dan cukup berangin. Padahal pagi tadi tampak cerah disinari matahari. Niela pun memaki diri sendiri sebab bangun telat. Dia sadar akan kesalahannya jadi sudah siap kena marah. Namun Kindly justru membantunya mengambilkan mantel hangat untuk menghemat waktu. Jika sudah begini, Niela ingin melakukan suatu hal yang sama untuk sang suami meski dalam kategori berbeda.Di dalam mobil, Niela hanya diam demi menghormati percakapan Kindly bersama koleganya lewat ponsel. Selesai satu di ganti yang lain lagi. Pria itu juga sangat fokus pada layar tabletnya mengamati tulisan-tulisan word dan
"Selamat sore tuan Kin." Sapa semua orang di sana. Wanita yang menyerang Niela tak bisa menyembunyikan ekspresi kaget campur takut. Mendengar lembutnya Kin memanggil Niela, sudah pasti hubungan mereka sudah lebih baik dari sebelumnya."Kin kakiku sakit." Keluh Niela memanfaatkan situasi. Kakinya memang sakit tapi biasanya dia malu untuk berlaku manja hanya karena ingin diperhatikan. Apa lagi mereka ada di tempat umum. Namun beda dengan hari ini, Niela sengaja memancing amarah Kindly untuk memanasi wanita sialan itu. Kindly menggendong tubuh Niela ke kursi yang tersedia. Lalu melipat 3 kali ujung bawah celana panjang Niela untuk di periksa. Tak ada yang berani bersuara ataupun bergerak lebih."Kenapa sampai merah begini? Apa kau jatuh?" Tanya Kindly khawatir. Niela pun diam hanya menunduk. Dia memang ingin menghukum wanita itu tapi dia tidak mau terkesan anak kecil yang langsung mangadu. "Niela? Hey aku tidak marah, hanya bertanya." Kindly meraih wajah Niela mengusapnya lembut lalu m
Tak mau menunjukkan perasaan malunya, Niela berusaha bertingkah biasa saja. "Cih, kau pikir aku percaya?""Mau bukti? Aku bisa melakukannya di sini." Kindly bangun dan menggeser bokongnya mendekati sang istri. "Kemari." Tangan nakalnya menarik pinggang ramping itu lalu mendaratkan kecupan kilat di pipi Niela.Niela refleks menahan wajah sang suami seolah takut diperkosa orang asing. "Hey, bukan begini Kin, aduh. Kenapa jadi mesum sih?" Ketusnya. Kindly menarik tangan Niela ketika wanita itu berdiri untuk menghindar. Kemudian sang suami melingkari pinggangnya dengan pelukan."Kenapa? Apa kau lupa aku suamimu? Justru kau durhaka jika tidak membiarkanku mengambil hak, dan sekarang aku memintanya." Kindly melayangkan kecupan bertubi-tubi di pipi, dahi, dan hidung sang istri."Ha ha ha." Niela pasrah. Mau sekuat apa pun dia melawan tidak akan mampu menandingi kekuatan sang suami. "Sudah, sudah Kin ku mohon."Teriakan Niela tak di gubris. Kindly semakin bernapsu tak tertahan. Dia lantas men
Malam itu, keinginan Niela untuk melihat bintang dan pemandangan malam bersama sang suami terpenuhi. Meskipun harus memberikan pelayan sekali lagi sesuai permintaan Kindly. Sofa bed pun ditarik mendekati dinding kaca agar mereka bisa menikmati waktu sambil tidur. Setidaknya mereka berhasil terlelap meski butuh waktu sejam lebih. Keesokan harinya Niela bangun seorang diri di ruangan itu. Dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Artinya Kindly sudah mulai kerja. Saat berdiri, dia melihat sepasang baju miliknya yang sudah tersedia di atas kasur. "Wah, harusnya aku yang melakukan ini padanya." Kagum Niela sembari meraba baju yang di tertata rapi di sana. Dia tersanjung dimanja sebegitunya. Bahkan tidur nyenyaknya tidak di ganggu sama sekali. Dia pun berpikir harus melakukan apa untuk membalas. Rasanya malu sekali kalah telak melakukan tugas tersebut sebagai seorang istri, apa lagi jika sampai ketahuan Sena.Setelah mandi, Niela minta ijin pulang pada sang suami agar bisa mas
Sampai Kindly selesai makan, pikiran Niela tidak bisa jernih. Dia bingung mengahadapi sang suami. Respon yang diberikan ketika Kindly sesekali bertanya pun cuma dijawab sekenanya saja tanpa embel-embel tambahan. Padahal biasanya dia akan lanjut cerita pengalaman jika yang dibahas ada sangkut paut dengan dirinya.Namun perlakukan Kindly tadi menciptakan tembok baru di antara mereka. Niela tidak mudah bergaul. Dia sangat selektif memilah orang untuk sekedar berceloteh sedikit tentang masalahnya termasuk hal yang tergolong kecil sekali pun. Namun jika keluhannya dianggap sepele oleh siapapun maka dia akan menyortir sikap supaya lebih tetutup lagi."Niel?""Huh?" Kaget Niela saat Kindly menepuk pahanya. "Aku tanya apa kau yang buat dessert ini?" Ulang Kindly mengangkat mangkuk mini yang berisi dessert yang di maksud."Iya. Aku." Jawab Niela kaku.Kindly menyadarinya. Tapi memutuskan tidak di bahas sebab peka kalau sang istri sedang sensitif. Jadi dari pada lanjut memperbesar masalah, dia