Share

Bercinta (1)

Christa merasa bibirnya begitu kebas karena Hafens yang masih menciumnya dengan kasar, dalam dan intens. Dia menggenggam ujung dressnya, berusaha untuk bertahan di tengah siksaan yang diberikan oleh pria ini.

Ini lumayan menyakitkan, apalagi Hafens menekan tubuh mereka dan tidak ada celah sama sekali.

"Hafens ... Hhhh, sakit ..." Christa bergumam dengan rasa sakit yang dia tahan.

Hal itu membuat Hafens berhenti menciumnya, lalu menatap wajahnya dengan tatapan serius.

"Bercinta denganku!" ujarnya membuat Christa menelan ludahnya sendiri.

"Disini?" tanyanya tak percaya membuat Hafens tersenyum miring.

"Ya, kenapa? Kau tidak mau bercinta denganku disini? Kau maunya di kamar? Di atas ranjang? Melakukannya dengan romantis?" tanya Hafens dingin membuat Christa merasakan tenggorokannya tak bisa bersuara. "Mimpi!"

"Aaaghhh ..."

Christa merasakan tubuhnya jatuh ke sofa panjang yang dingin. Seolah sofa itu tidak pernah terduduki oleh siapapun. Dia bergerak hendak bangkit tapi Hafens menatapnya dengan tajam hingga gerakannya terhenti.

"Buka semua pakaianmu!" Hafens berkata tajam membuat Christa menatapnya takut. "Buka atau aku akan merobeknya menggunakan tanganku sendiri? Lalu kau akan keluar tanpa pakaian dari sini!"

Christa menelan ludahnya lalu dengan perlahan dia bergerak membuka cardingan yang dia pakai. Tatapannya menatap Hafens yang sedang memperhatikannya dengan intens walau tatapannya begitu tajam. Namun, Christa sadar kalau pria itu adalah suaminya dan dia tidak akan salah kalau membuka pakaiannya dihadapan Hafens.

Dia hanya bisa menjadi penurut agar bisa mengurangi sedikit kemarahan dan kebencian yang ada di dalam hati pria ini padanya. Dengan itu mungkin Hafens bisa menjadi seorang pria yang lebih baik dan tidak lagi berkata tajam dan kasar padanya.

"Lumayan menurut walaupun harus diancam." Hafens bergumam lalu mendekatinya dan mencengkeram dagu wanita yang sudah menjadi istrinya itu.

Christa sudah menanggalkan dressnya dan hanya tersisa pakaian dalam. Dia menatap takut-takut wajah Hafens karena pria itu begitu dekat dengannya sekarang.

"Aku tidak akan begitu parah untuk menyiksamu kalau kau patuh," ujar Hafens tajam membuat Christa merapatkan bibirnya. "Yang terpenting sekarang adalah kau harus bersedia untuk melahirkan anakku. Kau ... harus melahirkan dua anakku dan pergi dari kehidupan kami. Kalau kau berani muncul ke dunia kami lagi, aku tidak akan segan untuk membunuhmu!"

Christa mencengkram tangannya sendiri demi menahan ketakutan yang dia rasakan. Dia tahu kalau pria ini adalah seorang mafia kejam yang sesuka hatinya dalam membunuh. Christa tahu kalau di sini adalah sarang iblis dan tidak akan mendapatkan apapun yang baik. Christa tahu kalau di sini adalah penjara dan neraka yang akan menyiksanya hingga dia bisa menghadirkan dua bayi untuk pria ini.

Namun dia berharap, tidak diperlakukan seperti binatang karena dia juga masih manusia.

Hafens menggeram pelan ketika dia menatap seluruh tubuh Christa yang begitu molek dan tak bisa dia bantah, begitu indah. Tubuhnya seksi dan berisi, kulitnya berwarna putih sedikit kecoklatan, hanya sedikit. Dan itu membuatnya terlihat begitu eksotis dan menggairahkan. Belum lagi aroma tubuh wanita ini memabukkan, keringatnya begitu wangi, entah apa yang dipakai wanita ini hingga bisa menjerat hasratnya yang sudah lama tidak bangkit.

"Emmmhh ..." Christa menahan napasnya dan menggigit bibirnya ketika dia merasakan gigitan Hafens di bahunya.

Pria itu terlihat sangat bernafsu, menggigiti bahunya dan bergerak ke lehernya. Dia meninggalkan banyak bekas disana dan itu membuat Christa mati-matian menahan desahannya walau dia sadar kalau rangsangan itu berhasil menaikkan hasratnya sebagai seorang wanita.

Aroma maskulin dari tubuh Hafens membuatnya merasa terdorong oleh gelombang panas yang bersentuhan dengan pusat keinginannya. Christa perlahan kehilangan kewarasan ketika dia mendongak saat Hafens mengecup penuh nafsu bagian bawah dagunya dan membuatnya mendongak.

"Ahhh ..."

Hafens mendengar dengan jelas desahan itu. Dia tersenyum miring, hingga akhirnya senyumannya berubah dingin ketika Christa menaikkan tangannya dan memeluk lehernya dengan agresif. Dia menatap wajah Christa yang terlihat berkeringat, tatapan wanita itu berubah dan membuatnya tahu kalau gadis ini sudah mulai terangsang.

"Cih, kukira kau adalah wanita yang selalu menjaga dirimu. Nyatanya, kau sangat mudah terpancing," gumam Hafens membuat Christa tersadar dan dengan cepat melepaskan tangannya dari leher pria itu.

"Ma-maaf ..." Christa berkata kaku dengan napasnya yang masih tersengal.

Hafens menatap wajah Christa, dia akui kalau wanita ini cantik dan juga memilki keberanian di dalam dirinya. Posisinya sekarang adalah mengungkung Christa yang sudah tergeletak lemah di atas sofa. Dia sangat ingin menyiksanya dengan cara bercinta dengan kasar, tetapi dia sadar kalau dia meninggalkan beberapa peralatan yang penting untuk mendukung hal itu di kamarnya.

Hal itu membuatnya tersenyum kecil, kalau bangkit dari tubuhnya dan mengambil sebuah borgol dari atas meja. Christa memperhatikannya dengan tatapan bergidik, dia tak tahu apa yang akan dilakukan oleh pria ini padanya.

"Aku tidak sudi kau memegang tubuhku," ujar Hafens seraya mengambil dua tangan halus wanita itu dan mulai memborgolnya. "Aku yang berkuasa disini, aku tidak akan pernah membiarkanmu mengendalikan diriku."

Christa diam dengan napasnya yang sesak entah kenapa. Rasanya seluruh ruangan ini membuat sesak dan tidak bisa membuatnya bernapas dengan baik. Entah siapa sebenarnya yang berniat menguasai atau mengendalikan dirinya, Hafens hanya terlalu perasaan dan dia benar-benar sok.

Christa hanya berniat untuk memberikan apa yang diminta oleh pria ini, membiarkannya melakukan percintaan agar dia segera hamil. Mengapa pula sekarang Hafens mengatakan itu seolah-olah dia yang salah!

"Kenapa kau menatapku begitu? Tidak terima?!" tanyanya tajam membuat Christa menggeleng pelan.

"Aku ... sebaiknya kau segera melakukannya agar aku bisa hamil dengan cepat. Jangan menahanku terlalu lama di sini karena kau juga tidak menyukainya. Aku membuka diriku untuk hamil, aku bersedia untuk melakukannya. Satu hal yang perlu kau tahu, aku berbeda dengan ayahku yang merupakan musuhmu itu. Jadi ... bisakah kita tidak usah terlalu bermusuhan seperti ini?" tanya Christa dengan lembut membuat Hafens berdecih.

"Musuhku adalah musuhku, satu orang yang bermusuhan denganku maka seluruh keluarganya juga adalah musuhku. Aku tidak akan pernah membebaskan siapapun diantara kalian," ujar Hafens tajam membuat Christa mendongak.

Pasalnya pria ini sedang mencengkeram rahangnya, lalu melepaskan sebuah tali dari dinding dan mengikat tangannya ke ujung sofa yang memiliki pengait. Tubuh Christa tergeletak tak berdaya, tangannya terikat dan tidak bisa dijadikan sebagai perlawanan.

Namun dia sudah bertekad untuk tidak membantah dan tidak melawan perintah pria ini. Sehingga dia hanya diam dengan ketenangan yang berusaha dia dapatkan. Hanya bercinta saja, 'kan? Christa tidak akan melawannya karena pria ini tidak memaksanya dan tidak memperkosanya. Mereka sudah sah sebagai suami istri walaupun pernikahan ini hanya dihadiri oleh Dave dan juga seorang pencatat pernikahan.

"Kau sangat patuh, membuatku tidak tahu harus membuat penderitaan seperti apa."

Christa merapatkan bibirnya ketika melihat pria itu mulai menanggalkan pakaiannya. Tubuh kekar dan berotot milik Hafens terlihat begitu kuat, Christa mulai merasakan kakinya merinding tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Hanya pasrah dibawah kuasa Hafens yang kini sudah mulai menaiki tubuhnya dan menatapnya dengan tatapan setajam elang yang kelaparan.

"Kau mau bercinta dengan kasar atau dengan siksaan?"

Christa masih merapatkan bibirnya dengan tatapan tak paham. Kedua yang menjadi pilihan itu sama sekali tidak ada yang baik, Hafens hanya memberikannya sebuah pertanyaan yang tidak masuk akal dan tidak bisa dia pilih mana yang baik.

"Kau hanya diam? Baik, suasana hatiku masih sangat baik saat ini karena melihatmu patuh dan karena musuhku mati di tanganku tadi." Hafens berkata seraya mengambil buah dada Christa yang besar dan meremasnya kasar hingga wanita itu menggeliat kesakitan. "Kau lumayan menggairahkan. Aku mana mau menyia-nyiakannya di awal, mari kita bercinta dulu dan sisanya aku akan melakukannya setelah ini."

Christa membiarkan Hafens melepaskan bra yang dipakainya. Lalu tak lama kepala pria itu sudah tenggelam dan menikmati dua buah dadanya yang sekal dengan gigitan dan remasannya yang membuat Christa menggelinjang.

"Ahhh ..."

Hafens menggigit dan mengulum buah dada ranum itu. Dia tidak melakukan ini tadi malam karena memang sengaja ingin melakukan keburukan di awal percintaan wanita ini. Untuk membuatnya selalu ingat bagaimana kehormatannya yang terenggut dengan buruk.

"Ahhh ... Hafens ..." Christa bergerak di bawah tubuh pria itu, ketika Hafens menciumi seluruh bagian dada dan berjalan ke perutnya.

Dia menciumi semuanya, merasakan semuanya sehingga Christa tak mampu menahannya. Lalu, tubuh Christa semakin bangkit ketika melihat Hafens mulai membuka celana dalamnya dan mengangkat kedua kakinya hingga melebar dan menampakkan miliknya yang menantang.

"Ahhh ... Sakit ..." Christa menggigit bibirnya, dengan tangannya yang menyentak kaget hingga pergelangannya berbekas.

Dia tak menduga miliknya akan dipenuhi oleh sesuatu yang panjang, beberapa jemari Hafens yang sudah menghujamnya kencang hingga dia bergerak terangsang dan kesakitan.

"Ahhh, Hafens ..."

"Kau sangat rapat!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status