Share

Pura-pura Bahagia

Hubungan Damar dan Viona naik turun. Kadang-kadang Damar baik dan menunjukkan perhatiannya. Seolah-olah ia adalah suami yang baik. Tapi terkadang juga Damar cuek bahkan cenderung pemarah. Viona manis berusaha untuk bersabar.

Tapi Viona tetap bertekad untuk meluluhkan hati Damar. Ia tidak mau berpisah dengan Damar. Bagi Viona pernikahan itu sangat sakral karena itu ia akan berusaha untuk mempertahankan pernikahan ini. Kecuali nanti kalau ia

"Mas, baru pulang, ya? Apa banyak kerjaan?" tanya Viona menyambut kepulangan suaminya dari kerja.

"Kamu nggak lihat apa, kalau aku baru pulang. Pakai nanya segala," jawab Damar dengan ketus. Viona hanya terdiam, kemudian ia membuatkan kopi untuk suaminya. Ia berusaha untuk tidak menyerah menaklukkan hati suaminya.

Damar segera masuk ke kamar dan bersiap untuk mandi. Tak berapa lama Damar sudah selesai mandi dan menuju ke ruang keluarga. 

"Ini Mas kopinya," tawar Viona.

"Hmm." Hanya itu jawaban dari Damar, tapi matanya masih terpaku pada layar ponsel yang ada di tangannya.

Viona segera ke kamar untuk membereskan baju Damar. Karena akan masuk ke keranjang pakaian kotor. Tentu saja ia memeriksa semua kantong, takutnya ada sesuatu yang berharga yang nantinya ikut tercuci. 

"Kertas apa ini," gumam Viona ketika ia memeriksa kantong pakaian Damar. Ia pun membuka kertas itu, ternyata sebuah nota pembelian perhiasan emas berupa kalung.

"Untuk siapa ini? Untukku? Kayaknya nggak mungkin deh. Kusimpan saja nota ini." Viona masih bergumam. 

Setelah selesai membereskan pakaian kotor, Viona menuju ke ruang keluarga dimana suaminya tadi duduk. Ternyata Damar tidak ada disana. Viona pun mencari keberadaan Damar. Terdengar suara dari teras, orang yang sedang ngobrol, ternyata Damar asyik menerima panggilan telepon.

"Iya sayang, nanti aku jemput ya? Tenang saja, Viona nggak akan mencurigaiku." Damar asyik menelpon, tanpa ia sadari ternyata Viona mendengarkannya. Viona pun muncul dihadapan Damar dan duduk di dekat Damar.

Damar kaget setengah mati melihat Viona. Wajahnya pucat seperti tidak memiliki darah. 

"Sudah ya, nanti aku telpon lagi." Damar segera menutup panggilan telepon.

"Sudah lama kamu disini?" tanya Damar pada Viona.

"Belum, kenapa?" 

"E..enggak apa-apa." Damar menjawab dengan gugup.

"Tenang saja aku nggak tahu apa yang Mas omongkan tadi. Aku hanya mau ngomong, nanti malam kita ke rumah Mama," kata Viona.

"Ngapain?" tanya Damar.

"Mama mengajak kita makan malam."

"Kenapa mendadak sekali?" Damar menjadi panik, karena ia sudah ada janji dengan Mila untuk makan diluar.

"Apanya yang mendadak? Aku sudah mengirim pesan pada Mas tadi siang. Memang sih, semua yang berhubungan denganku tidak menarik perhatian Mas. Termasuk pesan dariku, boro-boro dibalas, dibaca saja enggak." 

"Sudah deh, kamu nggak usah mulai," kata Damar.

"Mulai apa? Aku nggak merasa memulai apa-apa. Mas saja yang terlalu sensitif." Viona berkata sambil berjalan menuju ke dalam. 

***

Setelah magrib Damar dan Viona pergi ke rumah orang tua Damar. Di dalam mobil mereka hanya berdiam diri, tanpa ada perbincangan sama sekali. Hanya alunan musik yang terdengar di tape mobil. 

Sampailah mereka di rumah orang tua Damar. Sudah ada mobil Adel kakak pertama Damar. 

Viona dan Damar disambut bahagia oleh Mama Larasati, ibunya Damar.

"Ayo, masuk. Adel juga sudah datang." Mama Laras melakukan cipika-cipiki dengan Viona. 

Viona kemudian mendekati Papa mertuanya dan bersalaman. Ada Adel bersama Gibran dan anak mereka yang berumur empat tahun, yaitu Ezra. Adel juga sedang hamil lima bulan.

"Mas, sudah datang," sapa Danish adik dari Damar yang masih kuliah semester enam.

"Iya." Damar menjawab pertanyaan Danish.

"Mbak Vio apa kabar?" tanya Danish.

"Alhamdulillah kabar baik, Danish." Viona menjawab.

"Ayo kita langsung makan," ajak Mama Laras. Kemudian semuanya menuju ke meja makan.

Viona mengambilkan nasi untuk Damar.

"Lauknya apa, Mas?" tanya Vio.

"Nanti biar aku ambil sendiri," jawab Damar. Vio pun tersenyum dan menyerahkan piring yang sudah berisi nasi pada Damar.

"Senang sekali Mama melihat kalian berdua akur dan mesra seperti ini, semoga kalian selalu bahagia," kata Mama Laras.

"Terima kasih, Ma," jawab Vio.

Mereka pun menikmati makan malam dengan penuh kekeluargaan.

Selesai makan mereka berkumpul di ruang keluarga.

"Tadi Mama lihat Damar ke toko perhiasan, mencari apa?" tanya Mama.

Damar kaget mendengar ucapan mamanya.

"Sama kamu kan, Vio?" tanya Mama Laras.

"Iya, Ma." Vio berbohong.

"Berapa harga emas sekarang?" tanya Mama Laras.

Viona pun menyebutkan harga emas.

"Oh mahal ya sekarang. Memangnya kamu beli apa tadi?" selidik Mama Laras.

"Dibelikan kalung sama Mas Damar."

"Oh so sweet, ternyata adikku bisa romantis juga ya?" celetuk Adel.

Viona hanya tersenyum saja, tersenyum bahagia. Jelasnya lagi, pura-pura bahagia.

"Apa belum ada tanda-tanda Mama mau punya cucu?" tanya Mama.

Viona dan Damar kaget mendengar ucapan Mama Laras.

"Sedang berusaha, Ma. Doakan saja." Damar menjawab ucapan mamanya. 

"Boro-boro berusaha, disentuh saja belum," ucap Viona dalam hati.

Selama dua bulan menikah, Damar memang belum menyentuh Viona. Mereka pun tidur di kamar yang terpisah. Entahlah pernikahan apa yang sedang mereka jalani.

"Terima kasih, kamu sudah menyelamatkan aku di depan keluargaku," kata Damar ketika mereka dalam perjalanan pulang.

"Sudah tugasku sebagai istri, Mas, menutupi aib suami," jawab Viona dengan tenang.

Damar kaget mendengar ucapan Viona.

"Apa maksudmu? Kamu pikir aku punya aib, begitu ya?" Damar marah.

"Apa bukan aib namanya kalau pria beristri pacaran dengan perempuan lain?" Viona masih bisa menjawab dengan tenang.

Deg! Jantung Damar terasa berhenti berdetak. Ia menjadi gugup sekali. 

"Fokus nyetir, Mas," kata Viona dengan tenang, walaupun hatinya sangat sakit.

Suasana dalam mobil pun hening, sampai mereka tiba di rumah. Tetap mereka tidak berbicara.

Tok…Tok! Damar mengetuk kamar Vio. Vio pun buru-buru membuka pintunya.

"Ada apa, Mas?" tanya Vio. 

"Kamu melihat kertas di kantong bajuku?"

"Oh nota pembelian kalung ya? Ada di laci kamar Mas kok."

Damar terdiam.

"Mulai besok, kamu jangan masuk ke kamarku tanpa izin. Aku tidak suka," kata Damar dengan tegas.

"Kenapa memangnya? Apa takut nanti banyak rahasia yang terbongkar? Aku hanya mengambil pakaian kotor saja kok."

"Nggak usah ikut campur urusanku. Besok biar aku yang mengeluarkan pakaian kotornya."

"Mas, aku tahu kalau Mas tidak menyukaiku. Kehadiranku pun hanya dianggap sebagai angin lalu. Tapi apa salahnya Mas mencoba membuka hati untukku. Apa aku ini tidak pantas untuk mendampingimu? Kalau memang tidak pantas, kenapa Mas setuju untuk menikah denganku?" Vio mengungkapkan uneg-unegnya.

"Pernikahan kita baru berjalan dua bulan, tapi Mas sudah menjalin hubungan dengan perempuan lain. Apa Mas mau poligami? Aku tidak mau dimadu. Kalau Mas mau menikah dengan perempuan itu, kembalikan dulu aku secara baik-baik pada orang tuaku." Viona langsung menutup pintu kamarnya. Damar masih termangu di depan pintu kamar Viona.

"Darimana Vio tahu kalau aku pacaran dengan orang lain? Apakah ia punya mata-mata?" Damar merasa kesal dengan ucapan Viona tadi. 

"Bagaimana kalau Vio menceritakan semua ini pada Mama? Pasti bisa marah besar jika tahu."

Damar benar-benar gelisah malam ini, ia tidak bisa tidur. Dari tadi hanya membolak-balikkan badannya saja. Pikirannya sangat kacau. Ia tidak menyangka jika akan seperti ini. Sebenarnya ia tidak berniat menjalin hubungan dengan Mila, tapi melihat Mila yang begitu pandai menggodanya. Membuat Damar menjadi luluh dan bertekuk lutut pada Mila.

Orang sedang jatuh cinta memang sering bertindak tanpa dipikir dulu. Seperti Damar dan Mila. Mereka sering berjalan berdua di tempat yang ramai, seolah-olah memproklamirkan hubungan mereka. Sepertinya mereka tidak peduli dengan omongan orang. Beberapa kali Viona sering melihat mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Tentu saja ia sangat kecewa. Ia pikir, ketika Damar setuju menikah dengannya, Damar akan berusaha membuka pintu hatinya untuk Viona. Ternyata malah membuka pintu hati untuk orang lain.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Xu Ching
sayang tak ada kelanjutannya
goodnovel comment avatar
Wilfrida Liem
pengen tau kelanjutan kisah nya
goodnovel comment avatar
Lie Miang
baru nikah bil saling mengenal ehh uda selingkuh, malas baca cerita gini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status