Share

Pura-pura Bahagia

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-20 13:48:30

Hubungan Damar dan Viona naik turun. Kadang-kadang Damar baik dan menunjukkan perhatiannya. Seolah-olah ia adalah suami yang baik. Tapi terkadang juga Damar cuek bahkan cenderung pemarah. Viona manis berusaha untuk bersabar.

Tapi Viona tetap bertekad untuk meluluhkan hati Damar. Ia tidak mau berpisah dengan Damar. Bagi Viona pernikahan itu sangat sakral karena itu ia akan berusaha untuk mempertahankan pernikahan ini. Kecuali nanti kalau ia

"Mas, baru pulang, ya? Apa banyak kerjaan?" tanya Viona menyambut kepulangan suaminya dari kerja.

"Kamu nggak lihat apa, kalau aku baru pulang. Pakai nanya segala," jawab Damar dengan ketus. Viona hanya terdiam, kemudian ia membuatkan kopi untuk suaminya. Ia berusaha untuk tidak menyerah menaklukkan hati suaminya.

Damar segera masuk ke kamar dan bersiap untuk mandi. Tak berapa lama Damar sudah selesai mandi dan menuju ke ruang keluarga. 

"Ini Mas kopinya," tawar Viona.

"Hmm." Hanya itu jawaban dari Damar, tapi matanya masih terpaku pada layar ponsel yang ada di tangannya.

Viona segera ke kamar untuk membereskan baju Damar. Karena akan masuk ke keranjang pakaian kotor. Tentu saja ia memeriksa semua kantong, takutnya ada sesuatu yang berharga yang nantinya ikut tercuci. 

"Kertas apa ini," gumam Viona ketika ia memeriksa kantong pakaian Damar. Ia pun membuka kertas itu, ternyata sebuah nota pembelian perhiasan emas berupa kalung.

"Untuk siapa ini? Untukku? Kayaknya nggak mungkin deh. Kusimpan saja nota ini." Viona masih bergumam. 

Setelah selesai membereskan pakaian kotor, Viona menuju ke ruang keluarga dimana suaminya tadi duduk. Ternyata Damar tidak ada disana. Viona pun mencari keberadaan Damar. Terdengar suara dari teras, orang yang sedang ngobrol, ternyata Damar asyik menerima panggilan telepon.

"Iya sayang, nanti aku jemput ya? Tenang saja, Viona nggak akan mencurigaiku." Damar asyik menelpon, tanpa ia sadari ternyata Viona mendengarkannya. Viona pun muncul dihadapan Damar dan duduk di dekat Damar.

Damar kaget setengah mati melihat Viona. Wajahnya pucat seperti tidak memiliki darah. 

"Sudah ya, nanti aku telpon lagi." Damar segera menutup panggilan telepon.

"Sudah lama kamu disini?" tanya Damar pada Viona.

"Belum, kenapa?" 

"E..enggak apa-apa." Damar menjawab dengan gugup.

"Tenang saja aku nggak tahu apa yang Mas omongkan tadi. Aku hanya mau ngomong, nanti malam kita ke rumah Mama," kata Viona.

"Ngapain?" tanya Damar.

"Mama mengajak kita makan malam."

"Kenapa mendadak sekali?" Damar menjadi panik, karena ia sudah ada janji dengan Mila untuk makan diluar.

"Apanya yang mendadak? Aku sudah mengirim pesan pada Mas tadi siang. Memang sih, semua yang berhubungan denganku tidak menarik perhatian Mas. Termasuk pesan dariku, boro-boro dibalas, dibaca saja enggak." 

"Sudah deh, kamu nggak usah mulai," kata Damar.

"Mulai apa? Aku nggak merasa memulai apa-apa. Mas saja yang terlalu sensitif." Viona berkata sambil berjalan menuju ke dalam. 

***

Setelah magrib Damar dan Viona pergi ke rumah orang tua Damar. Di dalam mobil mereka hanya berdiam diri, tanpa ada perbincangan sama sekali. Hanya alunan musik yang terdengar di tape mobil. 

Sampailah mereka di rumah orang tua Damar. Sudah ada mobil Adel kakak pertama Damar. 

Viona dan Damar disambut bahagia oleh Mama Larasati, ibunya Damar.

"Ayo, masuk. Adel juga sudah datang." Mama Laras melakukan cipika-cipiki dengan Viona. 

Viona kemudian mendekati Papa mertuanya dan bersalaman. Ada Adel bersama Gibran dan anak mereka yang berumur empat tahun, yaitu Ezra. Adel juga sedang hamil lima bulan.

"Mas, sudah datang," sapa Danish adik dari Damar yang masih kuliah semester enam.

"Iya." Damar menjawab pertanyaan Danish.

"Mbak Vio apa kabar?" tanya Danish.

"Alhamdulillah kabar baik, Danish." Viona menjawab.

"Ayo kita langsung makan," ajak Mama Laras. Kemudian semuanya menuju ke meja makan.

Viona mengambilkan nasi untuk Damar.

"Lauknya apa, Mas?" tanya Vio.

"Nanti biar aku ambil sendiri," jawab Damar. Vio pun tersenyum dan menyerahkan piring yang sudah berisi nasi pada Damar.

"Senang sekali Mama melihat kalian berdua akur dan mesra seperti ini, semoga kalian selalu bahagia," kata Mama Laras.

"Terima kasih, Ma," jawab Vio.

Mereka pun menikmati makan malam dengan penuh kekeluargaan.

Selesai makan mereka berkumpul di ruang keluarga.

"Tadi Mama lihat Damar ke toko perhiasan, mencari apa?" tanya Mama.

Damar kaget mendengar ucapan mamanya.

"Sama kamu kan, Vio?" tanya Mama Laras.

"Iya, Ma." Vio berbohong.

"Berapa harga emas sekarang?" tanya Mama Laras.

Viona pun menyebutkan harga emas.

"Oh mahal ya sekarang. Memangnya kamu beli apa tadi?" selidik Mama Laras.

"Dibelikan kalung sama Mas Damar."

"Oh so sweet, ternyata adikku bisa romantis juga ya?" celetuk Adel.

Viona hanya tersenyum saja, tersenyum bahagia. Jelasnya lagi, pura-pura bahagia.

"Apa belum ada tanda-tanda Mama mau punya cucu?" tanya Mama.

Viona dan Damar kaget mendengar ucapan Mama Laras.

"Sedang berusaha, Ma. Doakan saja." Damar menjawab ucapan mamanya. 

"Boro-boro berusaha, disentuh saja belum," ucap Viona dalam hati.

Selama dua bulan menikah, Damar memang belum menyentuh Viona. Mereka pun tidur di kamar yang terpisah. Entahlah pernikahan apa yang sedang mereka jalani.

"Terima kasih, kamu sudah menyelamatkan aku di depan keluargaku," kata Damar ketika mereka dalam perjalanan pulang.

"Sudah tugasku sebagai istri, Mas, menutupi aib suami," jawab Viona dengan tenang.

Damar kaget mendengar ucapan Viona.

"Apa maksudmu? Kamu pikir aku punya aib, begitu ya?" Damar marah.

"Apa bukan aib namanya kalau pria beristri pacaran dengan perempuan lain?" Viona masih bisa menjawab dengan tenang.

Deg! Jantung Damar terasa berhenti berdetak. Ia menjadi gugup sekali. 

"Fokus nyetir, Mas," kata Viona dengan tenang, walaupun hatinya sangat sakit.

Suasana dalam mobil pun hening, sampai mereka tiba di rumah. Tetap mereka tidak berbicara.

Tok…Tok! Damar mengetuk kamar Vio. Vio pun buru-buru membuka pintunya.

"Ada apa, Mas?" tanya Vio. 

"Kamu melihat kertas di kantong bajuku?"

"Oh nota pembelian kalung ya? Ada di laci kamar Mas kok."

Damar terdiam.

"Mulai besok, kamu jangan masuk ke kamarku tanpa izin. Aku tidak suka," kata Damar dengan tegas.

"Kenapa memangnya? Apa takut nanti banyak rahasia yang terbongkar? Aku hanya mengambil pakaian kotor saja kok."

"Nggak usah ikut campur urusanku. Besok biar aku yang mengeluarkan pakaian kotornya."

"Mas, aku tahu kalau Mas tidak menyukaiku. Kehadiranku pun hanya dianggap sebagai angin lalu. Tapi apa salahnya Mas mencoba membuka hati untukku. Apa aku ini tidak pantas untuk mendampingimu? Kalau memang tidak pantas, kenapa Mas setuju untuk menikah denganku?" Vio mengungkapkan uneg-unegnya.

"Pernikahan kita baru berjalan dua bulan, tapi Mas sudah menjalin hubungan dengan perempuan lain. Apa Mas mau poligami? Aku tidak mau dimadu. Kalau Mas mau menikah dengan perempuan itu, kembalikan dulu aku secara baik-baik pada orang tuaku." Viona langsung menutup pintu kamarnya. Damar masih termangu di depan pintu kamar Viona.

"Darimana Vio tahu kalau aku pacaran dengan orang lain? Apakah ia punya mata-mata?" Damar merasa kesal dengan ucapan Viona tadi. 

"Bagaimana kalau Vio menceritakan semua ini pada Mama? Pasti bisa marah besar jika tahu."

Damar benar-benar gelisah malam ini, ia tidak bisa tidur. Dari tadi hanya membolak-balikkan badannya saja. Pikirannya sangat kacau. Ia tidak menyangka jika akan seperti ini. Sebenarnya ia tidak berniat menjalin hubungan dengan Mila, tapi melihat Mila yang begitu pandai menggodanya. Membuat Damar menjadi luluh dan bertekuk lutut pada Mila.

Orang sedang jatuh cinta memang sering bertindak tanpa dipikir dulu. Seperti Damar dan Mila. Mereka sering berjalan berdua di tempat yang ramai, seolah-olah memproklamirkan hubungan mereka. Sepertinya mereka tidak peduli dengan omongan orang. Beberapa kali Viona sering melihat mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Tentu saja ia sangat kecewa. Ia pikir, ketika Damar setuju menikah dengannya, Damar akan berusaha membuka pintu hatinya untuk Viona. Ternyata malah membuka pintu hati untuk orang lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Xu Ching
sayang tak ada kelanjutannya
goodnovel comment avatar
Wilfrida Liem
pengen tau kelanjutan kisah nya
goodnovel comment avatar
Lie Miang
baru nikah bil saling mengenal ehh uda selingkuh, malas baca cerita gini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Ending

    "Eh malah asyik pacaran disini, sampai-sampai lupa sama anaknya sendiri." Mama Laras berkata sambil tersenyum menggoda Damar dan Viona."Mama?" Viona tersipu malu."Apa sih yang kalian bicarakan? Masa depan?" tanya Adel dengan penasaran."Nggak ada apa-apa kok, Mbak. Hanya membuatkan kopi lagi untuk Mas Damar. Soalnya kopi yang aku buat tadi sudah dingin karena Mas Damar ketiduran." Viona menjelaskan. Damar hanya tersenyum."Ayo kita kesana saja, nggak enak ngobrol di dapur," ajak Viona. Mereka pun menuju ke ruang keluarga."Mumpung ada kalian berdua disini. Apakah ada kemungkinan kalian untuk rujuk? Ingat lho, ada Arka yang membutuhkan kalian berdua." Mama Laras mulai berbicara."Sepertinya memang kita yang harus bergerak, Ma. Kalau menunggu mereka berdua, kelamaan. Terus terang kami sangat menginginkan rujuknya kalian berdua. Apalagi ada pengikat di antara kalian yaitu Arka." Tanpa basa basi, Adel langsung bertanya pada Viona. Viona menjadi salah tingkah. "Ini kesempatanku untuk m

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Anak Ayah

    "Arka, Arka," gumam Viona. Damar bingung harus berbuat apa."Arka, Arka." Viona mengigau lagi. Damar memegang dahi Viona, ternyata Viona demam.Damar mencari-cari tas Viona. Biasanya Viona selalu membawa obat-obatan di tasnya. Tas Viona ada di bawah tempat tidur Arka. Dengan perlahan ia membuka tas tersebut. Ternyata benar, di dalam tas Viona ada beberapa obat, seperti Paracetamol juga asam mefenamat.Setelah mengambil Paracetamol dan air mineral, Damar pun mengambil mendekati Viona lagi. "Viona," panggil Damar dengan pelan. Perlahan Viona membuka matanya."Mas, jangan ambil Arka dariku. Aku janji akan merawat dia dengan baik." Tiba-tiba Viona langsung berkata seperti itu sambil menangis. Damar hanya bisa bengong mendengar ucapan Viona.*Aku mohon, Mas." Tangis Viona semakin menjadi-jadi."Vio, tidak ada yang mau mengambil Arka darimu. Aku juga tidak, aku percaya kalau kamu merawat Arka dengan baik." Damar berusaha meyakinkan Viona."Tapi tadi Mas memaksaku menyerahkan Arka." Viona m

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Maafkan Aku

    "Arka kenapa?" Viona mengelus-elus kepala Arka. Arka masih saja menangis."Arka kenapa, Nak? Bilang sama Bunda, apa yang Arka inginkan?" Suara Viona bergetar, menahan sesak di dada. Sebenarnya ia ingin menangis, tapi tetap berusaha untuk tidak menangis. Jangan sampai menangis di depan Arka."Tangan sakit." Suara Arka sangat lemah. Viona melihat ke tangan Arka, tampak agak membengkak. Viona sangat kaget, kemudian ia melihat ke arah botol infus dan mengamatinya. Ternyata infusnya tidak menetes, Viona menjadi semakin ketakutan. Ia segera memencet bel.Tak lama kemudian masuklah seorang perawat."Ada yang bisa dibantu, Bu?" Perawat itu bertanya dengan sopan."Infusnya kok nggak menetes ya?" tanya Viona. Perawat itu segera memeriksa botol infus dan saluran infus yang menempel ke tangan Arka."Apa adik ini banyak bergerak, Bu?""Enggak, tadi habis saya gendong ke kamar mandi karena mau buang air kecil."Perawat itu tersenyum."Lihatlah tangan adik ini, mungkin tadi waktu bergerak jarumnya

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Sakit

    "Arka sangat dekat dengan ayahnya, apa nggak sebaiknya kalian rujuk saja. Kalau misalnya Damar mengajakmu rujuk, apa kamu mau?" Deg! Jantung Viona berdebar-debar. Pipinya merona tersipu malu."Nggak tahu, Mbak. Lagipula nggak mungkin Mas Damar mengajakku rujuk. Dia kan sudah mau menikah?" sahut Viona, ia pun menyibukkan diri dengan kegiatan menggoreng nugget tadi. Malu kalau sampai ketahuan ia merona.Viona memang masih mencintai Damar, walaupun ia tahu kalau Damar tidak mencintainya. Susah untuk menghilangkan rasa itu, tapi untuk berharap kembali bersama, sepertinya jauh panggang dari api."Siapa bilang? Hubungan Damar dan Jihan sudah selesai.""Bukankah mereka sudah tunangan?" tanya Viona untuk meyakinkan berita itu."Iya, tapi nyatanya nggak bisa dilanjutkan lagi.""Kasihan Mas Damar, pasti sangat kecewa berpisah dengan orang yang dicintainya." Ada rasa perih di hati ketika mengucapkan itu."Kamu tahu, mereka putus gara-gara kamu." Ucapan Adel tak khayal membuat Viona tampak sanga

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Turunkan Egomu

    Semua menjadi panik karena tidak menemukan sosok Arka. Mereka tadi asyik membahas tentang ide rujuknya Damar dan Viona. Damar beranjak dari duduknya dan berjalan ke depan, takutnya Arka keluar. Mama Laras mencari ke dapur, siapa tahu Arkq sedang bermain bersama Lina. Tapi ternyata Lina tidak ada. Mama Laras pun menuju ke ruang keluarga, tempat mereka berkumpul dan bermain bersama Arka tadi."Ketemu nggak?" tanya Damar dengan panik. Tentu saja ia sangat panik melihat Arka menghilang dari pandangan mereka berempat.Semua menggelengkan kepalanya masing-masing. "Papa, bagaimana ini? Aku nggak tahu harus ngomong apa sama Viona." Damar sangat kebingungan. "Tenang, pasti Arka ketemu." Pak Yuda berusaha menenangkan Damar."Lina, kamu melihat Arka?" tanya Damar ketika melihat Lina berjalan menuju ke arah mereka"Arka? Ada kok." Lina menjawab dengan tenang tampak santai."Dimana?" tanya Damar, wajahnya langsung ceria."Saya bawa ke kamar Mas Damar. Arka sedang tidur.""Kok bisa?" Damar masih

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Nggak Rela

    "Ayah!" Terdengar teriakan bahagia dari seorang anak kecil yang bernama Arka. Tampak Viona berdiri di samping Arka. Arka langsung memeluk ayahnya, kemudian menarik tangan ayahnya untuk masuk ke dalam.Damar tampak ragu, ia pun melirik ke arah Viona. Viona mengangguk kecil, menandakan kalau ia menyetujui tindakan Arka. Damar dan Arka masuk ke dalam, disusul Viona yang selesai menutup pintu. Dari saat mengetuk pintu tadi sampai sekarang, jantung Damar masih berdetak dengan kencang, ia tampak canggung berhadapan dengan Viona. "Maafkan aku, Mas. Seharusnya aku tidak merepotkan Mas pagi-pagi seperti ini," kata Viona dengan pelan ketika mereka bertiga duduk di sofa."Nggak apa-apa. Aku akan selalu melakukan apapun permintaan Arka. Ini aku bawakan sarapan untukmu." Damar menyerahkan bungkusan yang tadi ia bawa. Ia masih berusaha untuk menetralisir suasana hatinya. Entah kenapa, melihat Viona hari ini membuat Damar merasa sangat bahagia. Mungkin karena ia diizinkan mengajak Arka jalan-jalan.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status