Kembang api, hampir memenuhi seluruh langit dan sudut Jakarta. Perayaan tahun baru kali terasa sangat meriah, dengan banyak kembang api di setiap sudut kota, konser artis lokal, boyband korea dan artis Hollywood, semuanya menjadi magnet yang memanggil semua orang untuk menonton mereka.
Tapi, Kaira dan Sunny memilih untuk merayakan malam tahun baru mereka, di sebuah restaurant fine dining di daerah Jakarta selatan. Restaurant yang mereka pilih, adalah rooftop restaurant. Restaurant itu bernuansa romantic, dengan chandelier yang menggantung di beberapa tempat sebagai penerangan. Juga lampu berbentuk burung-burung merpati yang menggantung di dalam sangkar terbuat dari bambu hingga menimbulkan cantik sekaligus unik.
Seorang waitress datang membawa buku menu ke meja mereka.
“Sudah siap memesan, pak?” tanyanya.
Sunny mengangguk. “One grilled octopus over squid ink pasta and tomato garlic sauce,” pilih Sunny dengan cepat. “Appetizer one mushroom vol au vent and for dessert pineapple basil lime and white chocolate mini mousse cake.”
Setelah Sunny, sekarang giliran Kaira yang memilih. “One steak with creamy peppercorn sauce, caramelized onion, mushroom and gruyere tartlets dan untuk dessert aku pilih fairy tale cherry blossoms and strawberry parfait.”
“Ada lagi?” tanya si waitress. “Apa mau di tambah dengan wine?”
“Kamu mau wine?”
Kaira mengangguk. “Ok, sebotol wine tapi katanya disini ada sommelier, kan?”
“Benar mbak.”
“Bisakan sommelier-nya membantu memilih wine yang cocok dengan pilihan makanan kami?”
“Bisa, pak. Ada tambahan lain selain itu?” tanyanya.
Kaira dan Sunny menggeleng.
“Saya kira sudah cukup.”
Setelah si waitress mengulang semua pesanan Kaira dan Sunny dan memastikan tidak akan ada kesalahan, dia pamit pergi meninggalkan mereka berdua. Dan Sunny langsung bicara.
“Setelah ini, kita akan langsung menonton Loona Golden di gedung pertunjukan Airlangga, babe.”
“Loona Golden? Kelompok penyanyi opera itu?”
Ya,” jawab Sunny dengan senyum lebar.
“Tapi gimana caranya kamu dapat tiketnya, babe? Setahuku tiketnya langsung ludes dalam waktu satu jam!”
“Kamu ngga ngelihat email yang aku kirim? Kebiasaan buruk kamu ngga berubah.”
“Sorry,” ujar Kaira dengan penuh penyesalan. Dia langsung mengambil hapenya dan memeriksa email yang dikirim Sunny. “Babe, ini benaran kan?”
“Iya, hadiah tahun baru untuk kamu sekaligus hadiah hari jadi kita. Sorry kecepatan.”
“Thank you so much, aku lagi pengen-pengennya nonton opera sekaligus research untuk novel baruku. Eh, di kasih hadiah ini.” ujar Kaira kesenangan dan langsung mencium Sunny yang duduk di sampingnya.
****
Seorang sommelier datang membawa wine untuk mereka. Rupanya, dia memilih cabernet merlot, pilihan yang cukup pas untuk menemani makan malam mereka.
“The perfect bubble for our romantic diner coming!” ujar Sunny begitu si sommelier datang ke meja mereka.
Sommelier itu tersenyum ramah lalu dia membuka wine dan menuangkannya ke dalam wine decanter, full-bodied red wine. Dia mengangkat wine decanter ke atas napkin putih sebentar lalu memutar wine decanter secara lembut dan berlahan searah dengan jarum jam. Setelah itu, dia menuangkan wine dari wine decanter ke dalam gelas wine milik Kaira dan Sunny.
Setelah sommelier pergi, Kaira meraih gelas cabernet wine miliknya. Sebelum minum baik Kaira maupun Sunny melakukan cupping alias mencium aroma yang wine yang menguar lembut ke indra penciuman mereka. Berlahan, Kaira menyesap wine digelasnya dan tanpa perlu menunggu lebih lama lagi segera saja rasa dari Cabernet Merlot meletup-letup lembut di dalam mulutnya.
“Red wine Henschke lenswood Abbots Prayer Cabernet Merlot, it’s amazing!” puji Kaira.
Sunny tersenyum dan mulai memotong makanannya.
“Kai.”
“Hmm, ada apa?”
“Ibu nelpon lagi…, dan lagi-lagi beliau nanya kapan kita punya akan anak.”
Kaira yang baru makan dua suap langsung melepaskan alat makannya dan membersihkan sudut bibirnya dengan napkin. Dia menatap Sunny dengan tatapan aneh, kebahagiaan di hatinya yang baru saja terjadi langsung menguap.
“Ibu nanya, apa kita ngga mau merubah pikiran soal anak?” ulang Sunny.
“Lalu kamu jawab apa?”
Sunny diam, dia tidak punya jawaban. Dia kembali menyuap makanannya. Tapi, Kaira telah kehilangan nafsu makannya.
“Sejak sebelum nikah, kita udah sepakat untuk child free. Jangan lupa itu dan kamu setuju dengan keputusanku.”
“Iya Kai, tapi kalau difikir lagi, child free ngga cocok dengan kita. Kamu mau sampai kapan kita hidup berdua?” tanya Sunny. “Kai, sampai kapan kita mau hidup kita hanya diwarnai dengan have sex, bersenang-senang dan seperti ini terus menerus? Jujur, terkadang aku ingin dengar ada tawa dan tangis bayi di rumah kita,” ujar Sunny lalu menyesap lembut wine dari gelasnya.
“Ya, itu karena kita bahagia berdua, kita pacaran sampai kakek nenek. Lagi pula anak hanya akan menambah masalah dalam rumah tangga kita. Kita udah bahagia tanpa anak, Sun. dan aku rasa itu semua udah cukup.”
“Masalahnya, sedikit banyak aku merasa bosan dengan kita yang hanya berdua dan ibu ada benarnya juga. Aku mulai menginginkan seorang anak babe, anak yang akan meneruskan namaku!”
“Meneruskan nama, huh?”
“Iya. Aku sudah memikirkannya dan perkataan ibu ada benarnya, Kai.
“Sun, yang menjalani pernikahan itu kita bukan ibu kamu! Dan sepuluh tahun lalu, kamu menyetujui rencanaku untuk child free!”
“Masalah waktu itu kita masih muda, Kai! Aku dua puluh tahun dan kamu sembilan belas tahun. Waktu itu kita masih miskin, sayang,” suara Sunny melembut. “Sekarang sudah berbeda, kita sudah punya lebih dari cukup untuk punya satu atau dua orang anak.”
Kaira tersenyum, sepuluh tahun menikah bukan berarti dia tidak pernah menginginkan anak. Hanya saja, sejak awal dia memang memutuskan untuk child free. Karenanya dia berusaha menekan keinginannya untuk memiliki anak. Bukan karena tidak mampu membiayai anak yang akan terlahir dari rahimnya, tapi karena dia tidak yakin bisa memberikan keluarga bahagia untuk anak-anaknya. Kaira sadar betul dengan kekurangannya.
“Kai….”
“Bisa kita pulang sekarang? Aku sudah selesai.”
“Ok, aku juga sudah selesai. Setelah ini kita langsung ke Airlangga, nonton Loona Golden.”
“Ngga perlu. Kita langsung pulang aja!”
“Kai….”
“Sorry, but I’m not in the mood, jadi lebih baik kita langsung pulang, sekarang!”
Sunny akhirnya terpaksa mengangguk setuju. Dia yakin masalah anaklah yang membuat perubahan besar pada mood istrinya dan itu bisa berlangsung cukup lama. Kaira tidak bisa di paksa, dia teguh pada pendiriannya dan hanya dirinya sendirilah yang bisa mengubah pendiriannya. Dan Sunny tahu itu tidak mudah.
“Sepertinya punya anak memang mustahil untuk kami!” keluh Sunny di dalam hati.
Kaira masuk ke dalam rumah dengan menabrak bahu Sunny. Dia tidak memperhatikan ada banyaknya makanan yang tertata rapi di rumahnya. Rumahnya sudah benar-benar rapi dengan pernak pernik pesta yang terlihat menyenangkan.Namun Kaira sama sekali tidak senang. Hatinya di penuhi oleh amarah yang memuncak. Lagi-lagi Akai benar, keputusannya untuk mengangkat Sunny menjadi CEO jelas adalah kesalahan, ide itu seharusnya cukup dia simpan dalam angan. Dia harusnya sadar, jika selama sepuluh tahun saja Sunny tidak ingin membrinya nafkah, maka mana mungkin dia berubah begitu mudah?Kaira melempar tasnya ke atas ranjanng, dia melirik kearah lemarinya pakaian dan perhiasan, tapi dia tidak berminat untuk memeriksa apa ada barangnya yang hilang atau tidak, karena dia tahu dengan pasti barang-barang itu mungkin sudah berpindah tangan, tidak mungkin iparnya membiarkan barang-barangnya begitu saja.Tapi bagaimana dengan….Kaira bergerak menuju ke ruang kerjanya, disana ada brankas yang berisi uang dan su
Rumah Kaira ramai, ada banyak orang yang berlalu lalang di depan teras rumahnya yang luas seolah mempersiapkan sesuatu. Kaira yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa terbelalak begitu dia melihat berapa banyak orang keluar masuk ke halaman rumahnya. Mulai dari kurir, petugas catering, tukang bunga dan masih banyak lagi.Kaira melihatnya dengan pandangan penuh tanya, dia baru saja pulang dari meeting dengan hampir semua komisaris Paper illusion perusahaannya dan mereka tidak terlalu menyukai rencana Kaira untuk mengangkat Sunny sebagai sebagai CEO. Keberatan yang wajar sebenarnya.Orang-orang di perusahaanya menentang karena Sunny orang luar perusahaan dan dia akan mendapatkan jabatan itu karena dia suaminya, tidak lebih.Beberapa hari lalu saat meminta Sunny menjadi CEO menggantikannya, Kaira tidak berfikir panjang, tapi saat Akai menentangnya dia akhirnya menyadari sesuatu, apalagi setelah Paper Ilussion berhasil melantai di bursa saham dua tahun yang lalu. Kaira memang masih memili
“Kamu gila!” Akai berteriak dengan nada kesal pada Kaira. “CEO, huh? Pada orang seperti dia?”Akai mondar mandir, dia terlihat frustarasi mendengar keputusan tidak masuk akal dari Kaira.“Sunny, suamimu tidak pernah memiliki bisnis apapun, Kaira! Dia hanya seorang penulis yang tidak pernah memimpin perusahaan, bisnis atau apapun! Bagaimana bisa kamu menyerahkan usahamu padanya? Kamu ingin perusahaan yang kamu bangun dari nol hancur berantakan hanya karena cinta?”Kaira tertawa mendengarnya. “Itu bukan hanya karena cinta, Akai.” Ucap Kaira berbohong, karena dia memang melakukannya untuk Sunny, supaya suaminya tidak lagi merasa insecure dan Sunny pasti akan merasa lebih dihargai olehnya, jika dia memiliki posisi dan pekerjaan yang jauh lebih tinggi darinya. Sebagai istri, Kaira merasa dia ikut bertanggung jawab untuk itu. “Jangan konyol Kai!” ucap Akai lagi. “Please gunain logika kamu.”“Ngga konyol, aku sungguh-sungguh. Aku sudah memikirkanya sejak lama, lagi pula tulisan Sunny ngga a
Kaira akhirnya tidak bisa melanjutkan ucapannya lagi karena bibirnya telah dilahap oleh Sunny dengan rakus. Kaira berusaha melepaskan diri tapi suaminya jauh lebih kuat darinya, dia tidak bisa menghindar yang ada hanya nafasnya yang tersengal-sengal tak kuat di buru dan di lumat Sunny dengan memburu.Sunny masih menggendong tubuh Kaira dengan posisi mereka yang masih berciuman, dia menahan Kaira dengan kedua lenganya yang kokoh. Tapi bukan hanya mulutnya yang menguasai Kaira saat ini, tapi juga kedua tangannya yang sibuk memeras bokong Kaira.Mereka berputar, Sunny menahan tubuh Kaira di dinding. Dia menyibak piyama Kaira, membuka sedikit celananya dan tanpa basa basi lagi Sunny memasukkan miliknyaya yang belum membesar secara sempurna ke dalam Kaira.“Aahhh!” Kaira berteriak, dia sedikit kaget dan belum siap tapi hal ini justru jadi sensasi lain. “Kamu…, ahh…, suka kinky sekarang?” tanya Kaira sambil terus menahan tubuhnya supaya tidak jatuh, apalagi saat dia merasakan milik Sunny ya
Ini jelas bukan musim libur, tapi Bali hampir selalu ramai oleh touris yang tak habis-habisnya. Kaira berbaring di bawah payung hijau kebiruan di bawah langit yang super biru. Matanya lurus menatap ke depan bukan melihat hamparan laut biru tapi melihat pria berotot dan berkulit coklat yang seksi dan sedang berselancar itu. Kaira menarik nafas panjang penuh kesenangan karena melihat kebahagiaan di wajah suaminya setelah beberapa pertngkaran kecil mereka waktu Kaira di Paris, tapi sepertinya kepulangannya sudah berhasil mendinginkan suasana hati mereka. meski ini liburan dadakan tapi dia senang melihat suaminya terlihat begitu lepas dan bahagia. Kaira mengoles tubuhnya dengan sun block, seorang pria asing duduk di sebelahnya. “Butuh bantuan?” tanya pria dengan mata biru yang sejak tadi terus memperhatikannya. “Tidak, terima kasih.” “Tapi aku rasa, kamu butuh bantuan untuk mengoles punggungmu dengan sun block,” ujarnya lagi. Kaira hanya tersenyum dan menggeleng, lelaki bermata biru
Bandara Soekarno - Hatta“Tunggu dulu,” Sunny menahan tangan Kaira.“Ada apa babe?”Kita bukan di kelas satu. Sorry,” ucap Sunny dengan nada memohon. “Dan kita hanya naik pesawat kelas ekonomi.”Kaira justru tertawa mendengar ocehan Sunny. “Kita udah terbiasa naik pesawat ekonomi, lagian hanya pesawat ini yang sesuai dengan jadwal penerbangan yang kita mau. Ayo.”Kaira menarik tangan suaminya, setelah melewati semua pemeriksaan mereka menunggu di ruang tunggu. Kaira berbaring di bahu Sunny, dia sebenarnya sudah kelelahan.Sunny mengelus rambut Kaira dan sesekali memainkannya. “Kamu memang harus istirahat babe, kali aja kan kita ada kesempatan untuk gabung 50 high mile club.”“Gila!!!” Kaira berteriak sambil mencubit perut Sunny yang penuh otot tanpa lemak. “Ihhh….” Kaira bergidik.“Apanya yang ihhh, kamu justru akan bilang ahh….”Kaira dengan cepat melompat menutup mulut Sunny dengan kedua tangannya, beberapa orang calon penumpang melihat pertengkaran suami istri itu dengan tatapan he