Share

Bab 4

"Leri?" ian melongo menatap kehadiran Leri yang sangat tiba-tiba.

"Maaf aku terlambat" ucap Leri dengan muka temboknya.

"kau?" ian menatap penampilan Leri dari atas hingga kebawah.

"Kau baik-baik saja?" tanya ian saat dirinya melihat penampilan kawannya yang benar-benar acak-acakan saat ini.

Baju yang sudah lusuh serta dasi yang sudah hilang dari leher pria tersebut, membuat ian seketika langsung menatap Leri keheranan.

"Bukannya kau ada meeting dadakan tadi? Kenapa kau bisa ada disini?" Zehran terheran heran tak mengerti dengan kakaknya yang satu ini.

Leri terdiam tak menjawab pertanyaan Zehran dan malah mengedarkan pandangannya ke arah seluruh penjuru ruang rawat inap Eyon.

Sebenarnya, ia ingin menjelaskan mengapa dirinya begitu tiba-tiba datang kesini. Namun Leri terlalu malas untuk mengeluarkan suaranya.

Bugh. Alvin menonjok bahu Leri.

"Shh" desis Leri.

"Ada apa dengan mu?" sengit Leri dengan wajah dinginnya.

Alvin mengangkat kedua tangannya.

"Santai bung, aku hanya ingin menyadarkanmu saja. Kau terlihat begitu bingung saat ini" ledek Alvin dengan wajah yang sangat menyebalkan.

"Lagipula kau itu aneh sekali datang-datang sudah membuat keributan. Kau tau? Sienna saja sampai memerah wajahnya karena kaget saat melihatmu" dengan tanpa dosanya, Alvin mengucapkan kalimat tersebut, membuat Sienna langsung gelagapan saat mendengar kalimat sembrono dari kawannya itu.

Sienna langsung membuang wajahnya berusaha menghindar dari tatapan Leri yang sedang menatapnya.

Tanpa memikirkan Sienna yang tengah malu karena dirinya, Alvin justru malah berbangga-bangga ria karena satu misinya telah berjalan sesuai dengan apa yang ia rencanakan.

Sudah kuduga kau tak akan bisa melewatkan kesempatan ini bukan? Makanya jangan bodoh sial!

Alfin terkekeh geli di dalam hatinya dan berdehem tuk menghilangkan rasa geli yang ada dihatinya.

Bara yang mulai mengerti dengan situasi saat ini pun seketika tersenyum miring dan menatap kawannya itu dengan tatapan sinisnya.

"Ternyata adikku hanya dijadikan alasan olehnya?" gumam Bara dan beberapa saat kemudian dirinya tersenyum geli sendiri.

...

"Kau sudah makan?"

Setelah hampir tiga puluh menit suasana yang begitu sunyi di dalam mobil, akhirnya Leri membuka suaranya.

"Sudah. Aku makan malam bersama Anna dengan yang lain tadi. Bagaimana denganmu?" Sienna sedikit melirikkan matanya tuk melihat Sang suami yang kini tengah menyetir mobil.

Leri tidak langsung menjawab, dirinya malah kembali fokus saat seorang anak kecil sedang menyebrang di depan mobilnya

"Belum" jawab Leri ketika dirinya sudah memberikan akses anak kecil tersebut untuk menyebrang.

Sienna menolehkan wajahnya ke arah Leri. "Mau kubelikan makanan?"

"Tidak. Aku mau makan di rumah" jawab Leri dengan Singkat.

Sienna menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, mari mampir dulu untuk beli makanan. Apa yang ingin kamu makan?" Sienna berpikir Leri terlalu lelah untuk makan di luar. Mungkin suaminya lebih nyaman jika membungkus makanannya dan makan di rumah.

"Tidak. Aku ingin makan masakan mu" sahut Leri yang masih fokus pada jalanan yang begitu ramai malam ini.

Mata Sienna seketika membulat. Apakah dirinya tidak salah dengar?

Leri barusan mengatakan jika ingin memakan masakannya saat ini?

"Buatkan apapun. Aku tidak masalah apapun yang kau buat" terdengar singkat, namun ucapan Leri barusan memperjelas bahwa dirinya tidak salah dengar.

"Ba-baiklah" hati Sienna sedikit berdebar. Ini pertama kalinya, suami dinginnya itu meminta dimasaki olehnya. Senang dan nervous ia rasakan.

Jujur saja dirinya sangat tidak menyangka, jika hari ini akan tiba. Hari dimana Leri meminta untuk dimasaki oleh dirinya. Karena, walau dua bulan lamanya mereka telah menikah. Tidak pernah sekalipun Leri meminta atau menolak makanan yang di masaki oleh dirinya.

Leri tidak pernah protes atau menolak apapun yang ia lakukan untuk suaminya itu. Hingga terkadang Sienna merasa bingung, apakah sebenarnya Leri suka atau tidak dengan perilakunya.

Leri terlalu sulit untuk di terka oleh Sienna. Suaminya itu begitu dingin hingga sangat sulit bagi Sienna untuk mengetahui perasaan Leri yang sesungguhnya.

Sesampainya di rumah, Sienna langsung menuju dapur dan mulai memasak.

Setelah memikirkan apa yang akan ia masak, akhirnya Sienna memutuskan untuk memasak ayam cabe ijo kesukaan Leri.

"Akhirnya jadi" Sienna tersenyum lebar. Entah mengapa, kali ini dirinya lebih excited dari biasanya.

Kini saatnya untuk memanggil suaminya untuk mencicipi makanan buatannya.

Cklek

Sienna mencari keberadaan Leri saat dirinya baru masuk ke dalam kamar mereka. Dirinya tidak melihat keberadaan Leri di dalam kamar.

Suara air yang mengalir dari dalam kamar mandi, membuat Sienna tahu jika Leri pasti tengah membersikan tubuhnya.

Cklek. Pintu kamar mandi terbuka, tampak Leri yang terlihat begitu segar dengan tubuh yang sudah berbusana.

"Mandilah. Aku akan menunggumu" ucap Leri seraya menaruh handuk bekasnya di sebuah jemuran kecil lalu keluar pergi ke ruang makannya.

Sienna langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi, lalu ikut bergabung dengan Leri setelah dirinya membersihkan tubuh.

"Mau ku ambilkan?" tanya Sienna yang baru saja sampai di meja makan.

"Ya. Terimakasih" jawab Leri dengan mata yang setia memandang Sienna.

"Bagaimana dengan perjalanmu? Apakah ada yang membuatmu sulit?" ujar Sienna yang basa basi seraya mengambilkan nasi untuk Leri.

"Hn begitulah. Semuanya baik-baik saja. Maaf, aku baru memberitahumu"

Sienna hanya tersenyum tipis mendengarnya.

"Apa kamu lelah? Mau ku pijit?" tawar Sienna lalu memberikan nasi serta lauk yang sudah ia ambil kepada Leri.

Sejenak Leri menatap Sienna. Awalnya memang sedikit aneh saat dirinya mendapatkan perhatian seperti ini dari Sienna. Namun entah mengapa, lama kelamaan dirinya mulai terbiasa dengan hal itu.

"Kau tidak lelah?" tanya Leri balik lalu mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Heem" Sienna menggelengkan kepalanya.

"Jadi, apakah mau di pijat?" tawar Sienna sekali lagi.

Leri melirik Sienna sekilas.

"Hn Boleh. Terimakasih" sahut Leri yang kemudian melanjutkan makannya.

...

"Apakah masih terasa sakit?" tanya Sienna dengan tangan yang masih fokus memijat leher Leri.

"Sepertinya cukup" Leri sedikit menolehkan wajahnya pada Sienna. Saat ini dirinya sedang duduk membelakanginya istrinya yang tengah memijat lehernya.

Sienna menutup botol minyak yang ada di tangannya. Lalu menaruh botol tersebut di atas meja nakasnya.

"Kau pernah belajar memijit?" tanya Leri. Karena  jujur saja, sejak lama dirinya ingin menanyakan hal ini.

Pijatan Sienna yang sejak awal pernikahan ia rasakan, membuat Leri sedikit penasaran mengapa begitu enak saat Sienna memijat tubuhnya. Dan tak jarang pun, dirinya menerima tawaran yang Sienna berikan, saat istrinya menawari untuk memijat tubuhnya.

"Kenapa? Apakah pijatanku tidak enak?" dahi Sienna mengerut. Aneh sekali, mengapa baru sekarang suaminya protes jika pijitannya tidak enak. Padahal sejak awal mereka nikah, dirinya sudah mulai memijat Leri jika pria tersebut sedang terlihat kelelahan.

Leri sedikit menyunggingkan senyumannya. Sepertinya Sienna sedikit bingung saat dirinya mengatakan hal tersebut.

Dahi yang sedang mengerut, khas seperti orang yang tengah berpikir. Itulah saat-saat dimana Sienna tengah berpikir keras. Setelah menikah selama dua bulan, Leri mulai hapal dengan perilaku serta kebiasaan-kebiasaan Sienna yang mungkin saja istrinya tersebut tidak sadari.

"Tidak. Hanya saja, pijatanmu sangat enak. Dan kupikir mungkin saja kau belajar di suatu tempat" Leri merebahkan tubuhnya dan mengambil remot tv lalu menyalakannya.

Pipi Sienna sedikit bersemu. "Benarkah?" di puji oleh Leri seperti ini, tentu saja hatinya langsung berbunga-bunga.

"Ya" sahut pendek Leri.

Sienna tak kuasa menahan senyumannya. Dan beberapa saat suana pun jadi hening di antara keduanya.

"Bunda memberikan dua tiket untuk kita ke Miami. Apa kau mau pergi kesana?" ucap Leri dengan wajah yang masih fokus ke arah TV.

Sienna yang tadinya sedang melamun ria, seketika membulatkan matanya. Hatinya berdebar kencang saat barusan mendekat perkataan Leri

Jadi maksudnya suaminya itu sedang menawarkan bulan madu ke Miami, begitu?

"Apa kau tidak keberatan?" meski dengan nada yang sangat pelan, Leri masih mendengar Sienna.

Leri mengalihkan tatapannya pada Sienna. Entah mengapa, sikap Sienna yang selalu takut-takut padanya membuat dirinya sedikit tidak nyaman.

Istrinya itu pasti selalu seperti ini. Bersikap takut-takut pada dirinya, seolah-olah jika dirinya akan terganggu dengan perilakunya itu.

"Tidak" sahutnya dengan tatapan mata yang semakin intens menatap Sienna.

"Ka-kalau begitu, kapan jadwal keberangkatannya?" di tatap dengan begitu intens, jujur saja membuat Sienna gugup dan malu sekaligus. Dirinya menjadi salah tingkah hingga tanpa sadar ia memilin milin bajunya sendiri.

Leri sedikit menaikan satu alisnya. Apakah dirinya begitu menakutkan? Sehingga membuat Sienna terlihat seperti kelinci yang tengah ketakutan karena ingin di mangsa oleh predator ganas.

"Dua Minggu lagi. Apa kau bisa?" Leri kembali mengalihkan tatapan matanya ke arah televisi, sehingga membuat Sienna bisa sedikit bernafas lega.

"Ten-tentu. Akan ku usahakan" wajah Sienna langsung memerah.

Apa ini? Apakah dirinya tidak mimpi kan?

Saat ini Leri tengah mengajaknya untuk berbulan madu.

Ini membuat hatinya jadi senang bukan kepalang.

...

TBC

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status