Share

Bab 5

Sienna mengelap peluh yang ada di dahinya seraya mengecek waktu di jam tangannya.

"Ini sudah jam lima, apakah masih keburu?" cemas Sienna, karena hari ini rencananya, ia akan mengadakan pertemuan dengan Zehran, yaitu adik iparnya sendiri untuk membahas kerja samanya yang akan berlangsung.

"Permisi, apakah ada Tuan Zehran?" tanya Sienna saat dirinya sampai di depan meja bawahan adik iparnya itu.

"Ada Nona. Mohon maaf atas dengan nama siapa?" tanyanya dengan sopan.

"Sienna, Sienna Galasharsyah" sahut Sienna.

"Oh Bu Sienna, silahkan masuk Bu" ucap bawahan tersebut seraya menunjuk ke arah ruangan Zehran.

"Terimakasih ya. Aku permisi" jawab Sienna dan berjalan ke arah ruangan Zehran.

Tok tok tok

"Masuk"

Sienna mulai membuka pintunya saat ada sahutan dari dalam ruangan tersebut.

"Maaf membuatmu menung-"

"Sienna?" ucapan Sienna seketika terhenti saat tiba tiba dirinya melihat kehadiran suaminya.

"Le-Leri?" tubuh Sienna seketika mematung, saat matanya bertabrakan dengan mata kelam milik Leri.

"Kenapa kau kesini?" Leri menutup dokumen yang ada di tangannya dan menatap istrinya yang terlihat begitu kelelahan saat ini.

"Emh a-aku sedang ada perlu dengan Zehran" Sienna masih mengalihkan tatapannya dari Leri dan meremas pelan kedua tangannya saat Leri masih menatapnya dengan begitu intens.

"Kalau begitu duduklah, Zehran bilang dia keluar sebentar untuk mencari makanan. Mungkin sebentar lagi dia akan kembali" ucap Leri tanpa melepaskan pandangan matanya dari istrinya itu.

"Baiklah" ucapnya dan berjalan menuju sofa. Namun saat kakinya hendak berjalan menuju sofa, tiba-tiba kepanya berdenyut nyeri.

"Shh"

"Kau tidak apa-apa?" Leri mulai bangkit dari duduknya dan menghampiri Sienna yang sedang memegang kepalanya.

"Tidak! Ak-aku.."

Bruk. Belum sempat dirinya menyelesaikan ucapannya, Sienna langsung terjatuh ke dalam pelukan Leri.

"Kau baik-baik saja?" Leri merengkuh erat kedua pinggang Sienna seraya mengusap pipi wanita tersebut.

Panas

Leri menatap tajam Sienna dan seketika pria tersebut langsung menggendong Sienna ala-ala bridal style.

"Le-Leri turunkan aku" Sienna yang baru saja tersadar dengan perlakukan Leri, seketika langsung berontak dan minta untuk di turunkan.

"Jangan protes" sahut Leri yang seketika membuat Sienna langsung bungkam karena melihat ekspresi Leri yang sangat datar saat ini.

"Dimana kau merasakan sakitnya?" tanya Leri setelah dirinya menuruni Sienna di sofa panjang yang ada di ruangan Zehran.

"Tidak ada, mungkin aku hanya kurang istirahat" Sienna memalingkan wajahnya ke samping saat Leri menatap dirinya dengan sangat dekat. Karena saat ini pria tersebut tengah duduk di samping dirinya.

"Jangan berbohong! Tubuhmu saat ini panas. Kau pasti demam" ucap Leri dengan wajah datarnya saat dirinya melihat penolakan dari istrinya itu.

Mendengar hal tersebut, Sienna langsung meremas kedua tangannya seraya menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Jujur saja, kepalanya saat ini seperti ingin pecah. Sangat pusing dan sakit.

"Ke-kepala. Kepalaku sakit sekali rasanya" adu Sienna dengan suara kecilnya namun masih bisa Leri dengar.

"Lantas, mengapa kau datang kesini jika kau sedang sakit?" ucap Leri dengan nada yang begitu datar. Yang seketika membuat Sienna semakin menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah Leri yang begitu menyeramkan saat ini. Karena baginya, saat ini Suaminya itu, terlihat dua kali lebih menyeramkan dari biasanya.

"Hufss" Leri menghembuskan nafas gusarnya, mencoba mengontrol wajahnya, saat dirinya melihat ada setitik ketakutan di wajah manis Sienna.

"Tunggu sebentar" Leri bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah laci tempat dimana obat-obatan di letakan.

"Minum dulu. Apakah kau sudah makan?" Leri menyodorkan segelas air putih dan satu butir obat sakit kepala kepada Sienna.

"Sudah" sahut Sienna dengan pelan dan mengambil obat serta air yang Leri sodorkan kepada dirinya.

Sienna mulai memasukan obat tersebut ke dalam mulutnya dan menelannya dengan perlahan.

"Terimakasih" usai meminum obatnya, Sienna kembali menyerahkan gelas yang ada di genggamannya kepada Leri.

"Ayuk kita Pulang, kau harus istirahatlah di rumah. Kau bisa menemui Zehran esok hari" ajak Leri.

Sienna menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa. Aku harus bertemu dengan Zehran hari ini. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan kepada dirinya" sahut Sienna dengan wajah lesunya.

"Tapi kau sedang sakit Sienna. Jangan memaksakan dirimu" ucap Leri seraya melemparkan tatapan tajamnya kepada Sienna.

"Tapi, aku benar-benar ada perlu dengan dirinya Leri. Kumohon biarkan aku bertemu dengannya hari ini, aku janji setelah ini aku akan pulang" ujar Sienna dengan wajah memohonnya seraya meremas kedua tangannya kala dirinya ditatap tajam, oleh suaminya.

Leri menghela nafasnya. "Baiklah, tapi lebih baik kau istirahat dulu disini. Kurasa setengah jam lagi Zehran baru akan datangi" ucap Leri dan mulai bangkit dari duduknya, mempersilahkan untuk Sienna membaringkan tubuhnya di atas sofa.

"Baiklah" ucap Sienna dengan suara pelannya.

Dan setelah itu, Sienna pun mulai memejamkan matanya dan menyenderkan kepalanya di sandaran sofa.

Leri pun mulai melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan istrinya itu, beristirahat sejenak.

Setelah hampir 20 menit Sienna menunggu, tanpa sadar dirinya pun terlelap di bawah alam sadarnya.

Cklek

"Leri apa kau mau in-"

"Sttt" baru saja Zehran membuka pintu ruangannya, tiba-tiba kakak sulungnya tersebut langsung memotong ucapannya.

"Hah?" Zehran mengercitkan keningnya saat dirinya melihat Sienna yang tengah berbaring di atas sofa dengan mata yang terpejam erat.

Zehran menaikan satu alisnya ke arah Leri, seolah-olah sedang berkata apa yang sedang terjadi saat ini dengan Sienna

"Dia sepertinya kurang enak badan. Tapi dirinya tetap memaksa jika ingin menemui dirimu" jelas Leri seraya menghela nafasnya.

"Lalu? Kenapa kau tidak suruh pulang saja. Aku bisa kok menundanya untuk esok" Zehran melangkahkan kakinya ke arah Leri dengan tangan yang sedang memegang satu kantong kresek yang ada di tangan kirinya.

"Ck tadi sudah kubilang seperti itu. Tapi sepertinya dirinya benar-benar ingin bertemu denganmu!" decak Leri dengan wajah tak sukanya.

"Kau cemburu?" ledek Zehran dan menaruh kantong plastiknya di atas meja yang ada di tengah tengah sofa.

"Itu bukan urusanmu!" sinis Leri dan mulai membuka kembali dokumen pentingnya.

"Lalu, haruskah aku membangunkannya? Sepertinya dia sangat ingin bertemu denganku" ucap Zehran dengan wajah datarnya, namun intonasi nadanya yang jelas-jelas menggoda kakaknya itu.

Leri tidak menjawab, namun dengusan nafas kasar bisa Zehran dengar saat pria tersebut menutup dokumen pentingnya dengan kasar.

"Lebih baik kau pulang saja, biar aku yang mengurusnya disini" ucap Leri seraya melemparkan tatapannya ke arah Sienna.

Zehran yang melihat hal tersebut seketika tersenyum simpul dan menatap Leri dengan tatapan senangnya.

"Baiklah, aku pulang dulu kalau begitu. Hati-hati di jalan. Bilang padanya bahwa aku akan mengurus semuanya" ucap Zehran seraya mulai memberes-bereskan semua barang-barang pentingnya dan mulai memasukannya ke dalam tas gembloknya

"Oh iya satu lagi. Aku membawakan ayam mentega untukmu, makanlah dan jangan sampai kau jatuh sakit di depan Tuan Putrimu itu" ledek Zehran dan cepat cepat dirinya bergegas pergi dari ruangan kebesarannya sebelum dirinya menerima cibiran pedas dari mulut kakaknya itu.

"Ck!" decak Leri saat adiknya tersebut sudah pergi dahulu tanpa menghiraukan dirinya.

....

TBC

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status