Rama berjalan keluar dari kantornya dengan santai, dia malas menelepon Biily sahabatnya karena dia tau jika dia sudah menentukan tempat bertemu, pasti dia akan sampai sana tidak menelepon atau mengabari dulu, Biily seperti orang yang suka langsung (dadakan) ingin orang datang atau tidak dia tetap datang. Seperti contohnya dulu saat mereka SMA, sewaktu kerja kelompok padahal dia dan Diana sudah merencakan akan datang ke rumahnya jam 10:00, padahal Diana belum datang masih berada di rumah, dan teryata Biily duluan yang sampai padahal dari awal Diana sudah memesan telpon terlebih dahulu jika ingin datang ke rumah Rama, dia yang saat itu malah sedang tidur, mendengar seseorang berteriak dari luar. Teryata itu adalah Biily yang menggedor pintu rumahnya dengan kencang, seperti maling juga bukan... Maling tidak pernah permisi, seperti tukang las juga bukan. Sejak saat itu Rama tau sifat sahabatnya ini dan memikirkannya lagi membuat dia menghela nafas kasar. Rama berjalan ke mobilnya yang b
Rama berpikir dengan sangat lama mengabaikan sahabatnya Biily yang masih murung di depannya. Tidak lama pelayan datang membawa makanan dan minuman pesanan Rama tadi, pelayam membawa dua steak dengan kentang goreng di atasnya, satu jus mangga dan melon. Pelayan meletakan dengan lembut, makanan dan minuman tadi di depan Rama dan Billy, Rama melirik pelayan dengan ringan sambil tersenyum mengangguk, Rama memang orang yang sopan, walapun di dalam pikirannya bertanya-tanya tentang semua hal menyangkut Diana dan Nathan. Karena penasarannya melebihi semua pikirannya, ramapun mengambil hpnya di atas meja, mencari kontak Diana menekan panggilan.Nathan yang sedang tertidur dia bangunkan oleh suara nada dering telpon di atas meja, dia dengan malas menggapai hp, yang berada di atas meja dengan tangannya. Mengambil hp yang berada di atas meja, membaca nama orang yang menelepon adalah "Rama" membuat Nathan berpikir dengan bodoh, siapa rama bukannya dia tidak pernah menyimpan
Nathan semakin mendekat membuatnya semakin gugup, mengigit bibirnya masih sambil menunduk. Diana berpikir dengan aneh kenapa dia berada di sini dan juga ada Nathan, apa ini adalah kamar Nathan, dia merasa dua kali sudah menemukan kejadian ini, pertama dia tiba-tiba berada di apartemen Nathan tertidur juga di atas kasurnya, dan kedua yang ini kenapa dia bangun di kamar Nathan lagi, apalagi di atas kasurnnya.... ya walapun empuk di atas kasurnya.Diana mencoba mencubit tangannya dengan ringan mencoba menyadarkan dirinya agar tidak semakin gugup, tetapi dia malah menjadi semakin gugup. Diana juga mencoba mensetabilkan ekspresinya dengan diam. Tidak mau menatap Nathan yang sedikit lagi berada di sebelah dirinya. Nathan mendekati Diana tanpa ekpresi di wajahnya dengan dingin berkata: "Ini sudah malam lebih baik kamu pulang!!"Nathan berpikir Diana harus pergi karena dia terlalu malas melihat calon istirnya tinggal di kamarnya lagi, dia ingin bebas sebentar karena besok mere
Keesokan harinya pagi yang cerah, Novita membuka kedua kelopak matanya dengan lembut, mendudukan dirinya di atas kasurnya yang empuk, sambil melirik kalender yang berada di dinding kamarnya, menyimpitkan matanya. Tetapi karena angka di kalender terlalu kecil, membuat Novita berdiri, dan berjalan dengan malas. dia melihat tanggal di kalender tanggal 18 September hari sabtu, dia melihat tanda lingkaran merah di tanggal itu, tetapi dia tidak ingat hari ini adalah hari yang penting, cuman ada hari libur, mungkin dia tandai itu adalah hari libur, pikir Novita. ia juga melirik jam dinding, tapi di jam dinding itu jarum yang kecil dan besar tidak bergerak, dia hampir lupa bahwa jam itu sudah mati seminggu yang lalu... dia lupa menggantinya karena banyak sekali pekerjaan di kantor akhir-akhir ini yang membuat dia kelupaan tentang hal-hal yang berada di rumahnya. Ponsel Novita berada di atas meja di dekat kasurnya tadi, jadi dia memutuskan untuk kembali ke kasurnya tadi untuk mengamb
Novita buru-buru menelepon Billy, sambil berjalan ke parkiran mobil yang berada jauh di lantai bawah rumahnya, Novita tinggal di rumah yang besar, kamarnya berada di lantai 3, dia bisa di katakan orang yang kaya bahkan jika dia tidak bekerja lagi menjadi sekertaris Nathan dia bisa menghidupi dirinya sampai ke cucu-cucunya nanti, Tetapi Novita bukan wanita yang malas, dia sudah berkemauan untuk bekerja, jadi dia harus bekerja. Walaupun orang tua Novita juga kaya dia juga harus bekerja keras dan mendapatakan uang sendiri bukan?, jika hanya mengandalkan orang tuanya kapan dia akan dewasa, dan jika orang tuanya menyuruhnya meneruskan perusahaan mereka nanti dia juga bisa mendapat pengalaman dari bekerja dengan Nathan. Novita wanita yang tekun, terkadang lembut atau pemaran jika mood dia tidak baik, pekerja keras, suka lupa sesuatu bahkan bosnya Nathan marah karena kebiasaan buruknya ini. Saat Novita sudah sampai di lantai bawah, berjalan menuju mobilnya... Telponnya dia angkat o
Ibu Nathan melirik Diana dengan tatapan sedikit aneh, dia berpikir bukannya Diana sudah tau bahwa dia dan Nathan ada menikah cepat tetapi, kenapa Diana bertanya tentang tenda yang sudah dia pasang beberapa hari yang lalu, tetapi dia malas berpikir terlalu dalam tentang itu, lebih baik sekarang dia mencari anaknya dan meninta dia juga memakai baju pernikahannya karena jam 12 Nanti dia sudah harus menikah dengan Diana.Diana yang masih berada di sebelah ibu Nathan tersenyum, tetapi senyumnya canggung dia menanyakan hal seperti itu membuat dia merasa sedikit tidak nyaman, walaupun ibu Nathan memperbolehkannya bertanya, tetapi Diana jika bertanya dengan orang yang baru beberapa hari dia kenal dia merasa canggung. Setelah dia menjawab tadi dia tidak mengucapkan sepatah katapun lagi, dia hanya diam.Nyonya intan berdiri, berjalan, sambil melihat jam yang berada di atas meja dekat kasur, dia mengagkat jam itu terlihat jam 09.15, masih ada beberapa jam lagi sebelum anaknya men
Diana masih bersembunyi menutup mulutnya dengan diam, walapun terlihat seperti itu di matanya masih mengalir air mata, teryata kenyataan selalu lebih menyakitkan. Nathan yang tidak sadar bahwa ada orang lain di kamarnya, tetap menatap satu foto di tangannya ya itu adalah foto kirana saat ini, seorang gadis yang anggun, cantik, tersenyum ramah di dalam foto, Nathan melihatnya dengan senyum bahagia, walapun itu hanya foto.Nathan meletakan foto itu di atas meja, kembali ke ekpresi dinginnya, dia membuka lemarinya sambil mengganti bajunya menggunakan baju jas, berwarna hitam di dalamnya ada kemeja putih dasi, celana senada dengan jas yaitu hitam, sepatu hitam di bawahnya terlihat tampan jika orang melihatnya dengan dekat, tetapi untuk Diana yang sedikit mengintip di tempat persembunyiannya, itu bukan tampan malah membuat perasannya menjadi tidak enak. Banyak hal di pikirannya yang membuat dia ragu-ragu tetapi jika di harus mengorbakan dirinya mungkin itu pilihannya. Nathan sudah
Diana sudah berdandan, dia terlihat sangat cantik bahkan jika ada Rama di sini dia akan memuji riasannya, tetapi Nathan tidak memperbolehkan selain keluarga yang datang ke pernikahan mereka, padahal hari ini adalah hari yang sangat penting untuk Diana di sepanjang hidupnya selama ini. Diana mengerucutkan bibirnya sambil menghadap ke arah kaca yang berada di depannya, dia melirik jam sudah mau jam 12 Diana berdiri, berjalan dengan pelan keluar dari kamar, saat di luar dia melihat ayahnya yang memakai jas hitam tersenyum kepadanya, berdiri di sebelah Diana sambil mengulurkan tangannya, untuk memegang Diana. Mereka berdua berjalan dengan sangat pelan sampai ke tempat acara yaitu di dekat taman rumah Nathan, karpet merah sudah di pasangan di sepanjang jalan menuju tenda pelaminan, di sana ada Nathan yang berdiri di depan terlihat tampan, menunggu Diana yang berjalan dengan ayahnya. Diana tersenyum dia merasa hari ini adalah hari bahagia untuknya. Diana dan ayahnya berjalan ke hadapan Na
Diana mengambilnya dan membacanya, semakin dia membacanya semakin dia membelakakan matanya, Diana bingung apa ini bukannya mereka sudah menikah kenapa ini terlihat seperti kontrak, mereka berdua menikah secara kontrak? bukannya sah ya, Diana melirik dengan pelan ke arah Nathan dengan heran, dia maunya apa bukannya kita sudah menikah kenapa masih ada ini.Nathan menatap malas Diana yang meliriknya, berkata dengan dingin sambil memberikan pulpen yang sudah di pegangnya daritadi, berkata : "Tanda tangani kontrak ini dan selama satu tahun kita tidak akan punya hubungan lagi dan bisnis keluarga mu akan aman? Bagaimana?"Pertanyaan Nathan membuat dia semakin bingung tetapi dia dengan tidak nyaman mengiyakannya, tetapi dia juga penasaran apakah Nathan akan menyukainya atau tidak selama satu tahun itu, jadi dia juga bertanya: "Baiklah, tapi bagaimana selama satu tahun ini teryata kamu menyukaiku?"Tiba-tiba suhu di ruangan itu semakin dingin, Diana merasa mengiggil pada