Ketika Meredith mendengar jawaban Jeremy, dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. “Jeremy, aku datang mencarimu langsung setelah aku bangun tidur. Aku bahkan belum sarapan. Apa yang harus aku lakukan kalau kau pergi?”Jeremy tidak berbalik. “Kau bisa menghabiskan waktumu dengan makan pagi.”“...” Meredith berdiri di tempatnya dengan tatapan kebingungan. Dia melihat ke arah Jeremy yang mengabaikannya dan malah berjalan menyusul Madeline. Dia mencengkeram tasnya kuat-kuat, merasa seolah-olah dia sudah hampir meledak.Madeline juga kaget dengan tindakan Jeremy. Namun, terlihat sepertinya pria itu serius melakukan itu. Saat Jeremy melewatinya, dengan sengaja pria itu memperlambat jalannya dan menatapnya dalam-dalam. “Ikuti aku.”Madeline tidak mengerti mengapa Jeremy melakukan ini, namun saat ia melihat wajah murka Meredith, ia tersenyum dan menurut. Ia masuk ke dalam mobil Jeremy.Untuk menghindari segala bentuk perdebatan yang tidak perlu, Madeline tidak mengucapkan sepatah kata pun
Madeline sekarang merasa tersinggung. Bagaimana mungkin pria itu merasa menyesal?Meskipun iya, sudah sangat terlambat.…Madeline perlahan bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Semua rekan kerjanya sangat ramah dan mereka sedang mendiskusikan sebuah perayaan untuk Madeline si anak baru sembari makan siang.Semua karyawan sedang ramai berbicara soal apa yang akan mereka makan untuk makan siang ketika Elizabeth Snow memasuki ruangan.Elizabeth masih muda dan sangat cantik. Dia juga memakai pakaian kerja yang sangat bergaya. Sesaat setelah masuk, dia menepukkan kedua tangannya dan berkata dengan serius. “Kita baru saja menerima sebuah proyek yang sangat penting. Seorang influencer yang sedang naik daun, Lolly Tate, akan bertunangan dengan kekasihnya. Mereka menemui Mr. Whitman dan meminta kita untuk mendesain sepasang cincin, sebuah kalung, dan sebuah gelang untuk pasangan itu. Mereka akan membayar biaya kustomisasi sebanyak $10 juta. Kalau kita bisa mendapatkan kesepakatan ini,
Madeline memegangi pipi kanannya yang terasa sakit. Ia bingung.“Madeline, dasar kau perempuan keji! Nenek sihir durjana!” Eloise berteriak sembari menunjuk hidung Madeline.Madeline tidak mengerti kenapa ia merasa sangat ngeri saat melihat tatapan menusuk Eloise.“Mrs. Montgomery, mengapa kau menamparku?” Madeline berusaha untuk tetap tenang namun jantungnya berdegup dengan ganas.“Kau masih punya muka buat bertanya mengapa?” Eloise menunjuk-nunjuk Madeline dengan murka. “Bersama orang lain kau menculik cucuku dan kau pun merundung putri kesayanganku, Meredith. Sekarang, kau bahkan menghasut lelaki lain lagi untuk membuatnya berada di pihakmu. Laki-laki itu mengirimi Mer surat dari pengacaranya dan berkata kalau putriku dengan sengaja menganiaya seseorang menggunakan kopi panas!”Sembari mengatakan itu, dengan marah Eloise melemparkan surat itu ke wajah Madeline.“Madeline, kau benar-benar wanita kejam! Syukurlah kedua orang tuamu lebih dulu meninggal, kalau tidak, mereka akan mati ka
Madeline bertanya-tanya dalam hati apakah Elizabeth memiliki gangguan identitas disosiatif. Cara gadis itu memperlakukannya sangat tidak konsisten.Tiba-tiba, sesosok figur tinggi dan ramping muncul di pintu.Mata Elizabeth berbinar-binar. “Mr. Whitman, mengapa Anda di sini?”Sikapnya berubah. Sekarang gadis itu luar biasa lembut.Ketika karyawan lain mendengar sapaan Elizabeth, mereka meletakkan tas-tas mereka dan tersenyum sopan kepada Felipe. “Mr. Whitman.”Madeline akhirnya kembali ke alam sadarnya. Namun, semua karyawan sudah selesai menyapa Felipe. Kalau ia menyapa pria itu sekarang, ia akan terlihat berusaha menonjolkan diri. Jadi, ia hanya mengangguk ke arah Felipe.Felipe tersenyum ke arah Madeline sebelum akhirnya memasuki ruangan. Sikapnya sangat mengesankan. Dia juga sangat tampan dan elegan.“Semuanya, terimakasih atas kerja keras kalian. Semoga sukses untuk proyek barunya,” dia berkata dengan nada bicara lembut.Elizabeth seketika memberi kode lewat mata ke rekan-rekan ke
Saat dia melihat Felipe berdiri dengan Madeline, tatapan dingin seketika muncul di mata Jeremy.Pria itu mengangkat kepalanya untuk melihat sekilas dan Madeline bisa merasakan jantungnya melewatkan satu detakan.Meskipun Jeremy bukan lagi pria yang ia pedulikan, tubuhnya masih mengirim sinyal kepadanya kalau ia masih tetap tidak bisa melarikan diri dari bayangan Jeremy.“Jeremy?” Felipe keluar dari lift dengan terkejut. “Apa kau di sini untuk menjemput Maddie?”“Bukan urusanmu.” Nada bicara Jeremy dingin. Tatapan matanya mendarat di wajah Madeline. “Kenapa kau tidak mengangkat panggilan teleponku?”“Oh, jadi kau yang baru saja menelpon Maddie?” Felipe berkata diikuti sebuah tawa. “Maddie bercanda kalau tadi itu adalah panggilan telepon dari penipu dan langsung menutupnya. Kalian berdua bertengkar?”Setelah Felipe berkata seperti itu, Madeline melihat wajah Jeremy menggelap.Pria itu menatapnya. “Apa lagi yang kau tunggu? Ayo pergi.”Jeremy memberi perintah dan mencengkeram tangan Madel
Ketika Meredith melihat Jeremy dan Madeline berjalan berdua, dia sangat marah dan tangannya sudah terkepal. Ada sesuatu yang mengerikan di kedua matanya namun dia tak bisa berbuat apa pun.Akan tetapi, saat dia melihat Felipe, dia benar-benar terkejut!Pria ini ternyata adalah paman Jeremy!Meredith merasa sangat tidak tenang. Dia sama sekali tidak menyangka kalau paman Jeremy adalah orang yang membela Madeline hari itu.Ditambah lagi, pria ini bahkan memberinya surat tuntutan dari pengacaranya!Dia menatap Felipe dengan gelisah. Dia berdiri di satu sisi ruangan dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.Felipe juga melihat Meredith. Pria itu memalingkan pandangannya dengan tenang.Madeline diseret Jeremy untuk duduk di sebelahnya. Sebaliknya, Meredith duduk di sisi Jeremy yang satunya. Segera setelah dia duduk, Meredith menuangkan anggur dan mengambilkan Jeremy makanan seolah-olah seperti istri yang sempurna.Madeline merasa kalau ia menjadi perusak pemandangan. Ada banyak jenis makanan
Madeline benar-benar tidak siap. Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil beberapa tisu untuk meresap darah itu. Ia panik. Ia tidak tahu kenapa ia bisa muntah darah, namun, ia tidak mau Jeremy melihat ini.“Madeline! Aku tidak peduli kalau kau tidak mau makan, tapi kenapa kau menodai masakanku?”Mrs. Whitman tidak menyadari kalau ada darah dalam kari yang Madeline muntahkan. Wanita itu menunjuk-nunjuk Madeline dan berteriak dengan marah.“Lain kali bilang padaku sebelum kau datang ke sini jadi aku bisa menghindarimu! Aku tidak ingin lagi melihatmu selamanya!”“Jangan marah, Mrs. Whitman.” Meredith dengan cepat berlari ke samping wanita itu untuk menenangkannya. Namun, dia tidak lupa untuk menoleh ke Madeline dan memamerkan seringainya.Dia jelas-jelas melihat kalau Madeline muntah darah.Dia tahu pasti kalau Madeline sudah tidak bisa lagi mengatasi tumornya. Jangka waktu hidupnya akan semakin pendek kalau makan masakan yang bisa memicu tumornya sekarang.Kalau Madeline mati, maka kesem
Dingin sekali.Dingin sekali hingga jantung Madeline seketika membeku.Namun, ia berharap kalau bisa lebih dingin lagi. Akan bagus sekali kalau bisa sangat dingin sehingga akan membuat sekujur tubuhnya mati rasa.Jadi ia tidak harus merasa kesakitan lagi, baik itu tubuhnya, maupun hatinya.Jeremy melihat Madeline sama sekali tidak memberontak. Akhirnya, dia menghentikan apa yang sedang dia lakukan dan menarik Madeline yang gemetaran ke atas.Dia melihat wajah Madeline sudah seputih salju dan tidak ada sama sekali warna apa pun di sana. Gadis itu terlihat seperti boneka yang semua darahnya sudah disedot keluar dari tubuhnya. Yang tersisa hanyalah cangkang kosong.Jeremy tiba-tiba takut. “Madeline, Madeline…”Dia memanggil-manggil nama Madeline namun gadis itu tidak menjawab.“Madeline, jangan pura-pura mati. Aku menyuruhmu bicara!” jantung Jeremy berdegup sangat kencang seakan-akan benda itu sudah kelebihan beban. Sebuah ketakutan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya mulai merasukin