"Ken, kamu ada dimana?" Pesan Rin.
"Di rumah Rin, ada apa?" Ken.
"Bisa kita bertemu sekarang?" Rin.
"Oke, dimana?" Ken.
"Di taman kemarin ya, aku berangkat sekarang." Rin.
"Oke." Ken.
Rin bersiap-siap untuk pergi ke taman pagi ini. Karena hari ini libur Rin pergi dengan hati tenang. Dia ingin tau seperti apa reaksi Ken ketika ia tau bahwa Rai ingin menjadi kekasihnya.
Rin pergi naik bus yang biasa melewati taman itu. Dia sudah menunggu di kursi taman.
Sejak menerima pesan Rin, Ken langsung meluncur ke TKP tanpa banyak drama. Ken tidak suka bertele-tele dia lebih suka to the poin masalah apapun.
Ken mengendarai motor kali ini. Dia ingin merasakan berboncengan dengan Rin. Sesampainya di taman dia melihat gadis yang di cintainya sudah duduk di kursi taman dan dia menghampiri Rin.
"Sudah lama Rin?" Tanya ken.
"Lumayan. Sini, ada yang harus aku bicarakan denganmu."
"Keliatannya serius, ada apa?"
Rin menceritakan kejadian tadi malam, bagaimana Rai menginginkan dia untuk menjadi kekasihnya. Rin menangkap ekspresi sedih dan kecewa Ken, terlihat dari wajahnya yang mendadak menjadi murung. Tapi Rin tidak tau apa karena topik pembicaraan mereka atau karena apa Ken mendadak jadi lebih pendiam.
"Bagaimana menurutmu Ken? Apa aku terima saja atau tidak? Aku galau."
Ken bingung, ia harus menjawab apa. Otaknya sedang berpikir.
"Ken. Bagaimana menurutmu? Kamu kan sahabatku, aku ingin mendengar pendapatmu." Ucap Rin.
"Apa kamu mencintainya Rin?"
"Tidak, aku mencintai pria lain. Tapi pria itu tidak mengatakan apapun kepadaku. Sedangkan dia berkata bahwa dia sangat mencintaiku dan akan berusaha agar aku bisa mencintainya juga."
"Siapa? Siapa pria yang kamu cintai?"
"Rahasia, aku hanya butiran debu baginya." Senyum Rin. "Jadi bagaimana ini?"
"Tanya hatimu Rin, apa kamu yakin kepadanya? Lalu apa kita masih bisa menjadi sahabat?"
'Rin, hatiku sakit sekali ada pria lain di hatimu yang kau cintai. Lebih sakit lagi kalau kamu menerima cintanya. Tapi aku juga tidak bisa egois untuk melarang mu. Satu hal yang harus kamu tau walaupun kamu milik orang lain, aku akan selalu ada untuk melindungimu.' Batin Ken.
"Tentu, aku ingin kita masih bisa bersahabat walaupun aku dan kamu sama-sama telah memiliki kekasih." Suara Rin terdengar parau.
"Aku tidak akan memiliki kekasih Sampai kapan pun Rin. Karena aku sudah mencintai gadis yang benar-benar sangat berharga untukku. Dan aku hanya bisa mencintainya selamanya walaupun dia bukan milikku."
"Hah? Siapa gadis beruntung itu Ken? Kamu tidak pernah bercerita apapun kepadaku."
"Suatu saat nanti kamu juga akan mengetahuinya Rin."
'Ken, berarti memang benar kalau aku tidak berarti untukmu karena kamu telah mencintai gadis lain. Tapi tak apa aku bahagia bisa menjadi sahabatmu.' batin Rin.
Mereka pun tidak berkata apapun lagi. Hanya terdengar suara desir angin yang berhembus. Seketika Suasana menjadi hening dan sepi dan Ken menggenggam tangan Rin.
"Hanya kamu yang bisa membuat keputusan itu Rin, aku akan selalu mendukung apapun yang terbaik untukmu."
"Terima kasih Ken."
'Untung saja aku tidak mengatakan kalau aku mencintaimu Ken. Jika aku jujur padamu sudah pasti aku akan malu karena kam begitu mencintai gadis lain itu. Mungkin lebih baik aku memberikan kesempatan untuk Rai dan berusaha untuk mencintainya.' batin Rin.
Mereka pun pergi meninggalkan taman dengan berboncengan layaknya sepasang kekasih yang bahagia. Tapi nyatanya itu hanya ada dalam angan belaka. Suatu kesalahpahaman karena tidak mau mengakui perasaannya masing-masing.
Tapi itulah takdir yang membuat mereka menjadi semakin mengenal lebih jauh walaupun dengan cara yang menyakitkan.
Itu lebih baik daripada harus menyenangkan di awal lalu menyakitkan di akhir cerita.
Ken harus bisa menahan sakit melihat Rin bersama pria lain. Tapi apalah daya dia tidak memaksakan kehendaknya kepada Rin.
Jika memang Rin adalah jodohnya, suatu saat nanti pasti dia akan kembali padanya. Karena hatinya tidak akan terisi oleh nama siapapun kecuali olehnya, Rin.
***
Rai yang dari tadi gelisah ingin segera mengetahui jawaban Rin mondar mandir seperti setrikaan. Sampai-sampai Rio menegurnya karena membuatnya pusing dengan tingkahnya itu.
"Rai, bisakah kamu diam dan tenang? Aku pusing melihatmu seperti itu."
"Aku gelisah Kak, tidak bisa tenang sama sekali. Aku takut dia menolak cintaku."
"Jika dia menolak mu kenapa tidak kamu terima saja Kania.?"
"Tidak segampang itu Kak, cinta tidak bisa di paksakan."
Rio hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar pernyataan adiknya. Akhirnya Rio memilih untuk pergi ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya.
Di dalam kamar Rio merenung. Dia sebenarnya ingin putus dari Kimi tapi belum menemukan bukti bahwa kimi selingkuh darinya. Tepaksalah sampai sekarang dia masih berpacaran dengannya.
Padahal Rai sudah pernah memergokinya bersama pria lain tapi Rai lupa untuk memfoto mereka berdua karena terkejut dengan apa yang di lihatnya saat itu.
Di ruang tamu Rai menghubungi Rin. 'Aku akan menelponmu Rin.'
Tiriringg, tiriringg..
"Kenapa tidak angkat-angkat ya? Mungkin dia sedang sibuk. Nanti sajalah aku telpon lagi, lebih baik sekarang aku mandi dan bersih-bersih biar wangi dan aura ketampanan yang aku miliki semakin terpancar. Sehingga Rin akan menyukaiku juga." Rai menyeringai.
Rai pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan hendak menemui Rin di siang itu.
Saat Rai sudah kece badai Kania datang dan ingin mengajaknya jalan-jalan. Rai tidak bisa menolaknya karena Kania terus saja memaksa.
"Rai, kau keren sekali, sepertinya kau sudah punya feeling ya kalau aku akan menemuimu."
"Geer sekali kamu!! Aku akan menemui Gadis yang aku cintai jadi berhentilah mengganggu ku."
"Kalau bercanda jangan kelewatan Rai, bukannya aku gadis yang kamu cintai?" Mengedipkan matanya sambil tersenyum paling manis untuk memikat Rai.
"Huh. Kamu benar-benar membuatku pusing Kania."
"Ayolah, sekali ini.. saja.. Aku ingin merasakan berkencan denganmu walapun kamu bukan kekasihku Rai. Pliss, semalam kamu bilang bahwa aku boleh berteman denganmu tapi kenapa sekarang kamu malah mengusir ku?"
"Baiklah, daripada kamu mengoceh terus. Pergi kemana?"
"Kita ke mall yuk? Aku mau membeli gaun saat ulang tahun Kak Rio nanti."
"Baiklah." Ucap Rai, sebenarnya dia malas sekali harus jalan dengan Kania tapi dia pikir ini untuk yang terakhir kalinya.
"Ayo berangkat." Kania menggandeng tangan Rai yang masih terpaku di depan kamarnya.
Mereka pergi ke mall kota yang hanya orang-orang kaya yang mampu pergi ke sana. Harga bajunya mahal-mahal, tidak sanggup di beli oleh orang-orang dengan ekonomi menengah ke bawah. Mereka akan berpikir beratus-ratus kali membeli sebuah baju yang harganya bahkan bisa untuk bekal hidup satu bulan.
******
Rio terlukaPOV RaiSetelah aku mengantar Rin pulang, aku segera pulang ke rumah untuk memberitahu masalah ini kepada Kak Rio. Aku benar-benar sangat geram dengan kelakuan Kimi kali ini.Dia sudah mengibarkan bendera perang denganku. Lihat saja, aku akan menemukan bukti bahwa dia telah menyelingkuhi Kak Rio.Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan bagaimana caranya untuk membalaskan dendam kepada Kimi.Aku harus bagaimana agar dia sadar dan tidak berbuat jahat lagi?Sampai di depan rumah, aku segera memarkirkan mobil dan langsung menuju kamar Kak Rio. Tapi ketika aku buka pintu, Kak Rio tidak ada di sana.Kemana dia?Aku mencoba menghubungi ponselnya tapi tidak aktif. Aku semakin bingung Kak Rio tidak datang ke kantor tapi tidak ada juga di rumah.Aku pun bertanya kepada pelayan di rumahnya, "Bi, kemana Kak Rio pergi?""Tadi tuan muda Rio pergi bersama nona Kimi, tuan Rai." Jawab bibi pelayan."Sejak kapan
Hari ini sepulang kerja, Rai menjemput ku untuk mau pergi ke kantornya dan melihat cctv di kantor masalah itu. Aku juga penasaran, apa yang sebenarnya terjadi?Saat aku sudah ada di kantor, tidak lama kemudian datang Kania dan Brian. Kania berlari ke arahku dan menunjukkan bukti yang membuatku dan Rai terkejut."Rin.. Aku ada info tentang siapa yang sudah menjebak Rai kemarin." ucap Kania sambil terengah-engah mengatur nafasnya."Kau tahu Kania?" Tanyaku."Ya, tadi Brian memberitahuku tentang masalahmu dan sekarang aku punya buktinya bahwa Rai tidak bersalah." Ucap Kania sambil melirik ke arah Rai.Kania menyerahkan ponselnya kepadaku, dan ku lihat di video itu Kimi dan Vita sedang membicarakan masalah video.Flashback Kania.Saat aku pergi dari apartemen Kak Kimi, aku terus saja kepikiran masalah video apa yang mereka bicarakan. Jadilah aku kembali ke apartemennya dan menguping di balik pintu.Aku mendengar kalau Vita sudah be
Setelah aku melihat isi dari flashdisk itu, aku di antar pulang oleh Brian. Ku lihat ponselku ada banyak sekali pesan dari Rai."Sayang, kenapa tidak ada kabar darimu?""Sayang, balas pesanku.""Sayang, aku telpon kenapa tidak di angkat?"Itulah beberapa pesan dari Rai dan 100 panggilan yang ku abaikan.Hatiku masih belum terima dengan kenyataan ini, hatiku masih sakit melihat Rai menikmati berciuman dengan Vita. Aku mengacuhkan panggilan dan pesan dari Rai, dia pasti merasa heran dengan sikap ku.Aku ingin menenangkan hatiku dulu untuk sementara. Dan sekarang pun sudah tengah malam, waktunya untuk istirahatkan tubuhku yang lelah dan pikiranku yang kacau.Kalau suasana hatiku sudah membaik, aku akan mengabari Rai untuk bertemu langsung. Saat ini aku sudah tidak bisa berpikir jernih. Aku ingin sekali bercerita kepada Ken, tapi itu tidak mungkin dan aku tidak mau melibatkannya dalam masalahku lagi.Aku harus bisa mengatasi
Rin POVPagi itu, aku sudah bersiap untuk pergi melamar ke salah satu perusahaan besar. Aku ingin berjuang sendiri tanpa bantuan siapapun agar aku bisa mandiri.Tapi saat aku hendak pergi ponselku berdering, dan ku lihat itu panggilan dari Rai. Aku mengangkat telepon dan mengatakan bahwa aku akan melamar pekerjaan hari ini.Awalnya Rai melarang ku, tapi aku tidak bisa berpangku tangan dan menikmati harta Rai begitu saja. Aku tidak mau menjadi wanita yang bergantung kepada kekasihnya. Berbeda kalau aku sudah menikah, aku pasti menuruti perintah suamiku. Akhirnya Rai setuju dan tidak melarang ku untuk melamar pekerjaan.Aku pun pergi dengan perasaan nervous dan tidak percaya diri. Berkali-kali aku menarik nafas panjang. Aku menghentikan bus menuju perusahaan tersebut, tapi bus nya penuh dan terpaksalah aku harus berdiri. Daripada terlambat dan semuanya menjadi kacau.Semua penumpang pria menatapku dari atas ke bawah, membuatku menjadi tidak nyaman. A
Pagi itu sinar mentari bersinar cerah. Secerah hati Rai yang berbunga-bunga telah mendapatkan cinta yang tulus dari Rin. Cintanya yang sudah terbalas oleh ketulusan yang sama membuatnya semakin bersemangat menjalani hari-harinya. Bunga sakura bersemi dengan indah dan mengeluarkan aroma yang khas dan unik. Menambah kebahagiaan yang di rasakan oleh insan yang sedang di mabuk cinta. Cinta yang membuatnya tidak bisa berhenti untuk mencintai gadis impiannya, gadis yang akan selalu di hatinya. Pria tampan dengan bola mata biru, hidung mancung, kulit yang putih bersih dan rambut hitam lurus yang sedikit berantakan, menambah level ketampanan yang di milikinya. Pria tampan itu sudah bersiap untuk pergi ke kantor, aroma wangi parfum menyeruak di seluruh ruangan yang ia lewati. Aroma yang semakin menggoda untuk membuat para wanita di mabuk kepayang. Ia melewati anak tangga satu demi satu dan berjalan menyusuri ruang demi ruang. Ia pergi dengan mobil sport mahal
Di sepanjang perjalanan, Rai tidak bersuara sama sekali. Dia hanya diam saja dan itu membuat Rin semakin merasa bersalah kepadanya. Walau bagaimanapun Sekarang Rai adalah kekasihnya. Dia pasti cemburu melihat kekasihnya di peluk oleh pria lain. Akhirnya Rin meminta maaf kepada Rai dan berjanji akan menjaga jarak dengan Ken. Agar Rai tidak selalu cemburu kepadanya. "Rai." Panggil Rin lirih. Rai tidak menjawabnya bahkan menoleh pun tidak. Dia tetap fokus mengemudikan mobilnya. "Rai." Panggil Rin untuk yang kedua kalinya. Tapi Rai tetap bergeming tidak peduli. "Rai...." Kali ini Rin meninggikan suaranya. Dan Rai menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia turun dari mobilnya dan membuka pintu satunya lagi agar Rin turun juga. Rai menarik tangan Rin agar dia turun bersamanya. Dan bicara empat mata di tempat itu, di pinggir jalan yang sepi. Rai menoleh kepada Rin dengan tatapan dingin tak bersahabat. Rin tau bahwa Ra