Share

Resmi jadian

Keesokan harinya Rai menemui Rin di kampusnya. Dia ingin menanyakan jawabannya apakah dia diterima atau tidak.

Rin yang sedang menunggu Ken untuk pulang bareng di kejutkan dengan kedatangan seseorang di belakangnya. Rin mengira itu Ken, ternyata bukan.

"Ehem."

"Ken." Rin menoleh ke belakang ternyata itu Rai. Wajah Rai yang semula tersenyum berubah menjadi masam.

"Rai,, maaf aku kira kamu itu Ken karena tadi aku sedang menunggunya untuk pulang bersama."

"Iya tidak apa-apa. Biar aku saja yang mengantarmu."

"Tapi.."

"Aku ingin membawamu ke suatu tempat yang indah hanya kita berdua."

"Baiklah, aku telepon dulu Ken."

Rin menelponnya. Setelah itu dia langsung pergi bersama Rai.

Rai membawanya pergi ke suatu tempat yang belum pernah dia datangi. Rai membawanya ke Hitsujiyama Park, dia membawanya untuk melihat Bunga Shibazakura.

Tanpa di sadari Ken yang bersamaan keluar melihat mereka dan mengikuti mobil Rai dari belakang. Ken takut jika Rai akan membuat Rin menangis lagi seperti kemarin saat di toko ponsel.

Rin terkejut Rai akan membawanya ke sini. Baru pertama kali Rin ke tempat ini dan pertama kali juga melihat hamparan Bunga Shibazakura. Dia melihat bunga-bunga indah yang berwarna ungu, putih, biru dan pink. Indah sekali..

Rin sangat suka bunga yang berwarna ungu. Dia tidak menyangka dapat menikmati pemandangan hamparan Padang bunga yang indah itu..

"Kamu senang Rin?" Tanya Rai yang dari tadi tersenyum melihat Rin yang takjub melihat bunga-bunga yang indah.

"Iya Rai, aku senang. Terima kasih sudah membawaku ke tempat ini."

"Lalu apa sekarang kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih?"

Rai menatap lekat mata Rin. Rin menjadi kikuk karena tatapan Rai yang lembut. Lalu dia memeluk Rin. "Biarkan aku menjadi bagian dari hidupmu Rin."

"Aku.."

"Izinkan aku membahagiakanmu Rin, aku sangat mencintaimu."

"Baiklah Rai, aku akan memberimu kesempatan untuk menjadi seseorang yang sangat berarti untukku."

"Terima kasih Rin."

Hati Rai berbunga-bunga, indah bagai bunga yang sedang bermekaran di situ. Dia teramat sangat bahagia. Saking senangnya Rai sampai membuat pengumuman kepada semua pengunjung taman itu bahwa mereka sepasang kekasih.

"Rai, kau norak sekali aku malu."

"Biar semua orang tau kalau kita sepasang kekasih yang bahagia."

Hari itu bunga Shibazakura menjadi saksi bersemi nya cinta mereka di musim semi ini. Mereka berfoto ria mengabadikan momen terindah dalam hidupnya.

***

Tapi ada satu hati yang terluka mengetahui hal itu, Ken. Dia terluka melihat Rin berada dalam pelukan pria lain membuat Ken tidak berhenti menatap kedua insan yang sedang berbahagia itu.

Hatinya bagai tersayat-sayat pisau. Ken merasa bahwa dia hanyalah seorang pengecut yang membiarkan gadis yang di cintainya menjadi milik pria lain.

Apalah daya Ken hanya butuh waktu untuk mengenalnya. Bukan membiarkannya jatuh ke pelukan orang lain, tapi sepertinya takdir tidak berpihak kepada Ken.

Ken meninggalkan taman itu dan dia duduk bersandar di bawah pohon. Tangannya bertindih berada di atas lutut dan menopang kepalanya yang tertunduk. Dia menangis!! Ya seorang Ken yang kuat, arogan, dan pemberani menangis karena cinta, karena seorang gadis yang bernama Rin.

***

Ken pulang ke rumah dengan wajah lesu, dia tidak bersemangat sama sekali setelah mengetahui Rin menerima cinta Rai. Dia tidak tau harus berbuat apa lagi tapi bagaimana pun itu hak Rin dan dia tidak bisa untuk melarangnya.

Saat di tangga Kania datang. "Ken, kamu kenapa? Wajahmu sembab? Apa kamu sudah menangis?" Kania melihat wajah Ken dengan serius tapi Ken tidak menjawabnya. Ken terus menaiki tangga sedangkan Kania terus mengikutinya.

"Ken, jawab. Aku khawatir, kamu kenapa?"

Ken menghentikan langkahnya. "Aku tidak apa-apa Kania, aku hanya sedikit pusing. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku ". Ken berlalu meninggalkan Kania yang masih di liputi tanda tanya.

"Sepertinya Ken sudah menangis, tapi mana mungkin sih! Aku jadi bingung, nanti saja lah aku temui dia lagi. Aku harus bicara dulu dengan Tante." Gumam Kania 

Kania pun turun ke bawah lagi dan pergi keluar, entah mau kemana dia. Kania menaiki taksi untuk pergi ke apartemen Kimi. Dia ingin curhat mengenai Rai yang terus saja menolaknya.

Sampailah dia di apartemen Kakaknya. Dia langsung menuju lantai 8 nomor 127. Dia ketuk pintunya tidak ada yang membuka. Dia buka paksa tapi di kunci, lalu dia menelpon Kakaknya itu.

Terdengar nada dering panggilan di dalamnya. Dia merapatkan telinganya di pintu. 'Eh, kenapa bunyi nada dering nya ada di dalam? Berarti Kakak ada di dalam.' batin Kania 

"Kak, ini Kania. Buka pintunya." Dia terus menekan bel. Pintu terbuka dan betapa terkejutnya Kania melihat seorang pria berada di dalam apartemen milik Kakaknya dan dia hanya memakai kaos dalam dan celana boxer saja.

"Sayang itu siapa?" Terdengar suara Kimi yang keluar dari kamar mandi hanya memakai lingerie. Kimi terkejut ternyata Kania yang datang.

"Kakak, apa yang sudah kakak lakukan?" Kania tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang.

"Kakak bisa jelaskan Kania. Kakak mohon jangan bilang Kak Rio ya. Sekarang kamu pulang dulu nanti Kakak akan pergi ke rumah Ken."

Kania tidak menjawabnya dan langsung pergi begitu saja. Dia tidak menyangka Kakaknya bisa berbuat sejauh itu dan mengkhianati Kak Rio.

Dia berlari dan naik taksi untuk segera berlalu dari tempat itu. Dia berhenti di sebuah taman kota dan dia sudah lupa tujuannya untuk membicarakan perihal Rai. 

Dia duduk di kursi taman sambil melamun menatap kosong ke arah jalan. Kania baru menyadari bahwa perkataan Rai itu benar adanya kalau Kakaknya itu selingkuh dengan pria lain.

'Apa aku harus mengatakan ini kepada Kak Rio atau tidak? Aku bingung harus bagaimana.' pikir Kania.

Rin yang melewati taman kota melihat Kania yang sedang duduk di kursi taman itu. "Bukankah itu Kania ya?" Gumam Rin.

"Kamu bilang apa Rin?"

"Oh tidak Rai, tidak apa-apa."

Rin tidak mengatakan apapun kepada Rai. Karena dia pikir Rai tidak akan mengenal Kania. Rai celingukan melihat ke arah jendela Rin yang dari tadi terus melihat ke arah luar. 

"Kamu lihat apa Rin?"

"Emh, sepertinya aku tadi melihat temanku tapi sudah tidak ada. Mungkin aku salah lihat."

"Oh ya sudah, kita jalan lagi ya."

Rin menganggukkan kepalanya.

Kania yang mendapatkan telepon dari Kakaknya segera pergi ke rumah Ken. Katanya dia sudah menunggunya di rumah Ken. Saat Kania tiba Kimi langsung membawa Kania ke taman belakang rumah, mereka berbicara di tempat itu.

"Kania, ingat ya. Jangan sampai kau bilang apapun kepada Rio karena kalau sampai Rio tau, Kakak tidak akan membantumu untuk mendapatkan Rai. Ngerti kamu!!"

"Tapi Kak, aku sudah ikhlas jika Rai tidak mau denganku."

"Apa kamu bilang? Enak saja kamu bilang begitu, bagaimana pun caranya kamu harus mendapatkan Rai." Senyum licik menyeringai di wajah Kimi.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status