Share

Perselingkuhan Suami dan Adik Kandungku
Perselingkuhan Suami dan Adik Kandungku
Автор: Putri Bayu Suta

Bab 1

# Bab 1

"Astagfirullah mas, apa yang kamu lakukan ?" Ucapku spontan karena kaget melihat suami ku mas Roni sedang berhubungan badan dengan adikku sendiri tanpa mengenakan sehelai kain pun untuk menutupi tubuh mereka.

Aku yang waktu itu baru saja pulang bekerja, dengan keaadan lelah dan capek karena tengah seharian bekerja tiba tiba setibanya di rumah aku di kagetkan dengan pemandangan yang sangat sangat menjijikan.

Awalnya aku ingin memberi suprise kepada mas Roni karena hari ini aku tidak bekerja lembur seperti biasanya, dan aku tak memberi tahu mas Roni jika aku pulang cepat karena rencananya aku akan memberi kejutan kepadanya.

Namun setelah sampai di rumah, bukannya aku yang memberi kejutan melainkan akulah yang di beri kejutan oleh mas Roni.

Pemandangan yang sangat tidak aku sukai.

"Eh ka.. kamu udah pulang Rin, Rin u.. untuk masalah ini mas bisa jelaskan, ka.. kamu jangan salah paham dulu ya." Ucap mas Roni dengan gelagapan karena sudah tertangkap basah.

Sementara Kartika adikku ia tampak shock dan dan takut kena dengan omelanku, makanya saat ia telah melihatku yang telah memergokinya ia langsung buru buru mengambil bajunya yang tergeletak berceceran di atas lantai di dekat tempat tidur dan kemudian dia langsung pergi berlari keluar dari kamarku dan sepertinya menuju kamar mandi, untuk segera mengenakan bajunya.

"Mau di jelaskan bagaimana lagi mas, semuanya sudah jelas, kamu tega ya mas menghianati pernikahan kita, apalagi kamu berselingkuh dengan adikku sendiri, sungguh tak punya hati kamu mas." Ucapku dengan luapan emosi yang sudah tak tertahankan.

Aku begitu kesal dan geram dengan kelakuan mas Roni dan Kartika adikku sendiri, di tambah lagi Kartika pun telah mempunyai suami tapi mengapa ia bisa ada di rumahku dan melakukan hal yang sehina ini bersama suamiku.

Saking marahnya aku terus saja memaki maki suamiku dengan membantingkan semua barang barang yang ada di dekatku ini.

Melihat ku yang di penuhi dengan emosi dan terus saja melemparkan benda benda di sekitarku kepada mas Roni.

Akhirnya mas Roni pun langsung mendekatiku dan langsung berdiri di hadapan ku.

Melihat perawakan mas Roni yang tinggi besar melihat ku dengan tatapan yang sulit ku artikan, nyaliku menjadi ciut, pikiranku mulai berpikiran kemana mana, aku takut mas Roni akan memarahi ku balik dan bahkan aku takut jika bagaimana nanti mas Roni akan melakukan KDRT kepadaku.

Pikiran ku sudah tak karuan, pikiranku sudah negatif thingking saja terhadap mas Roni.

Namun karena aku merasa bahwa aku berhak marah dan yang salah dalam masalah ini adalahl mas Roni maka aku memberanikan diri untuk langsung saja melawan mas Roni.

Di saat mas Roni telah berdiri di depan ku aku langsung saja mencakar wajahnya dengan sekuat tenaga dan dengan penuh emosi yang telah mempengaruhi diriku.

Setelah wajahnya penuh dengan luka goresan cakaranku aku pun tak segan segan menamparnya beberapa kali dan memukul perut dan dada bidangnya itu, hingga aku mulai kelelahan dan tak terasa air mataku pun mengalir kembali dengan sangat derasnya mengalir membasahi pipi ini.

Namun ternyata tak ku duga melihatku yang sedari tadi memukulinya dengan tanpa ampun mas Roni hanya diam saja mematung dan tanpa melakukan perlawanan sedikit pun, dan ketika aku berhenti memukulinya pun ia malah langsung saja bersimpuh di hadapanku sambil memegangi kedua kaki ku dan ia pun malah menangis begitu kencang.

"Maafkan mas Ran, mas salah, mas khilaf, maaf Ran, tolong maafkan mas." Ucapnya memohon ampunanku sambil mengangis sejadi jadinya.

Pikiran ku salah besar terhadap mas Roni, awal nya aku pikir mas Roni adalah sosok lelaki yang ringan tangan dan dingin, namun bahkan setelah aku memarahi, memaki dan melakukan kekerasan terhadapnya pun ia malah langsung bersimpuh dan meminta maaf kepadaku sambil menangis dengan sejadi jadinya.

Namun pada saat ini, karena aku sudah terlanjur sangat sakit hati dan kecewa kepada mas Roni dan juga Kartika, rasanya aku sudah tak mau memaafkan lelaki penghianat ini.

"Lepaskan aku mas lepas, kamu tega mas." Ucapku sambil ku coba menggerak gerakan kakiku agar bisa terlepas dari pegangan tangannya itu.

Namun usahaku sia sia karena tenaganya jauh lebih besar dari pada aku.

"Aku tak akan melepaskan mu Ran, sebelum kamu memaafkan ku." Jawabnya dengan suara yang sudah parau karena ia terus saja menangis sesegukan.

Dan baru kali ini aku melihatnya menangis karena selama ini aku melihat sosoknya yang tegas dan dingin, namun begitu sangat perhatian kepadaku dan kepada anak anak kami.

"Tak sudi aku mas memaafkan mu, dasar laki laki yang tak tahu di untung, harusnya kamu mikir mas, kamu hanya bekerja sebagai tukang cukur rambut dan semua biaya sehari hari pun aku yang menanggung semuanya, kamu tak pernah memberiku nafkah, dengan alasan setiap uang hasil mencukur rambut itu habis untuk membeli rokok dan juga kopi, tapi apakah aku pernah protes mas ? Tak pernah sama sekali karena aku pun bekerja dan gajiku lumayan besar jadi aku ikhlas menjadi tulang punggung di keluarga ini, sampai rumah besar ini pun aku bangun dengan hasil kerja kerasku dan kamu hanya tinggal menikmatinya saja, tapi apa balasan mu mas, kamu jahat, kamu malah menghianatiku, atau jangan jangan penghasilan mu dari hasil kamu menyukur rambut pun kamu serahkan kepada Kartika, sehingga ku lihat minggu minggu kemarin ia bisa merenovasi rumahnya yang semula kecil sekarang menjadi besar padahal suaminya hanya bekerja serabutan, apakah dugaan ku itu benar mas ?" Tuduhku dengan penuh emosi dan prasangka prasangka buruk.

"Sudah Ran sudah, yang lalu biarlah berlalu jangan pernah kamu mengungkitnya lagi ya, mas mengaku mas salah dan khilaf, mas minta maa dan sekarang alangkah lebih baiknya kalau kita mulai lagi kehidupan rumah tangga ini dari nol ya, mas janji mas gak akan menyakiti mu lagi." Ucapnya dengan sangat lancar dan etengnya ia berbicara tanpa mengerti perasaanku ini.

"Wah hebat banget kamu mas, dengan enteng nya kamu bilang begitu, kamu gak mikir gimana perasaanku saat ini, sakit mas sakit." Ucapku yang kesal dengan perkataannya tadi.

"Mas tahu kamu marah dan sakit hati, tapi sudahlah Ran maafin mas, yang lalu biarlah berlalu, kamu mau kan maafin mas ?" Tanyanya dengan suara yang di manja manjakan membuatku semakin jijik saja kepadanya.

"Maaf mas sepertinya kata maaf mu ini sudah tak berlaku lagi untuk sekarang ini, hatiku sudah terlanjur sakit dan aku sudah muak dengan keadaan ini, lebih baik sekarang kamu pergi keluar sekarang juga dari rumahku ini." Ucapku dengan tegasnya mengusir mas Roni.

"Kamu ngusir aku Ran ?" Tanyanya seolah tak percaya dan ia mulai melepaskan pegangan tangannya dari kaki ku dan langsung beranjak berdiri di hadapanku.

"Ya, aku mengusir mu, karena aku sudah tak mau tinggal bersama penghianat seperti mu, aku sudah jijik dengan tubuhmu yang sudah di sentuh wanita lain selain diriku, jadi silahkan kamu angkat kaki sekarang juga dan cepat kemasi barang barang mu, aku tak sudi lagi tinggal satu atap bersama dengan lelaki rukang selingkuh." Ucapku dengan lantang menjawab pertanyaan dari mas Roni tersebut.

"Tapi Ran..." Ucapnya terpotong karena a langsung memotong ucapannya itu dan menimpalinya dengan ucapanku.

"Gak ada tapi tapian, cepat kemasi seluruh barang barang mu, atau perlu aku bantu untuk memasukannya ke dalam koper hah." Ucapku.

Melihatku yang terus saja mengusirnya, ia hanya berdiam diri mematung, sepertinya ia tak menyangka bahwa aku yang memiliki perangai yang lemah lembut bisa bersikap kasar dan bahkan tega sampai mengusirnya.

Bersambung...

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status