Home / Rumah Tangga / Perselingkuhan di Siang Hari / Bab 59 - Biarkan Saja Tenggelam

Share

Bab 59 - Biarkan Saja Tenggelam

Author: Wee Daevii
last update Huling Na-update: 2025-12-10 16:01:24

Arhan melangkah maju, tapi pijakannya goyah, dan tepat saat itu, dari kejauhan terdengar suara perempuan memanggil namanya.

“Arhan….”

Arhan terkejut. Kiara yang juga mendengar panggilan itu langsung tercekat dan berhenti seketika. Keduanya saling menoleh cepat, panik yang sama memancar di wajah masing-masing.

Untung saja, panggilan itu ternyata berasal dari ibu-ibu yang sedang mengejar anak laki-lakinya.

Anak itu berlari melintas di depan Kiara dan berhenti mendadak—hampir menabraknya.

“Kamu jangan bandel, ya. Di sini banyak mobil, jangan lari-lari,” ujar si ibu sambil menggandeng tangan anaknya.

Arhan menghembuskan napas lega. Sedangkan Kiara masih berdiri kaku.

Arhan buru-buru mendekat, tapi sebelum ia sampai, Kiara sudah bergegas pergi—kali ini setengah berlari. Melihat itu, Arhan mempercepat langkahnya. Hingga akhirnya mereka berhenti di samping mobil Kiara.

Arhan mencoba meraih tangannya. “Kiara, tunggu sebentar.”

Kiara langsung menepis. “Apa lagi, Arhan? Tolong hentikan!” suaran
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Perselingkuhan di Siang Hari   Bab 68 - Hujan, Cinta dan Air Mata

    Di kafetaria rumah sakit, Aris duduk melamun. Tatapannya kosong, menembus meja di hadapannya. Ia bahkan tak menyadari ketika seseorang menarik kursi dan meletakkan segelas kopi di depan matanya.“Makasih,” ucap Aris akhirnya, setelah tersadar akan kehadiran rekannya.“Kamu bengong terus. Ada masalah?” tanya wanita itu santai.“Nggak,” jawab Aris cepat, sambil melambaikan tangan. “Nggak ada apa-apa, kok.”Rekannya hanya mengangguk, lalu menyesap ice americano-nya.Hening beberapa detik mengisi ruang di antara mereka. Hingga Aris, seperti tak tahan lagi dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba bertanya,“Kalau seorang perempuan bicara lewat telepon diam-diam di malam hari ..., biasanya itu artinya apa, ya?”Wanita itu menurunkan gelasnya, lalu menjawab tanpa berpikir lama.“Ada dua kemungkinan. Lagi jatuh cinta, atau lagi ditagih rentenir.”Ekspresi Aris berubah seketika—aneh, sulit dijabarkan.Wanita itu menyipitkan mata. “Siapa yang begitu? Istrimu?”“Siapa bilang?” Aris langsung membant

  • Perselingkuhan di Siang Hari   Bab 67 - Kiara dan Aris

    Aris pulang dengan langkah berat. Kepalanya masih panas, dadanya sesak oleh campuran kemarahan dan frustrasi. Sepulang dari rumah Lestari, pikirannya terus memutar kata-kata mantan istrinya, tatapan polos Dinda, serta rahasia yang perlahan mulai memperlihatkan wajah aslinya.Yang membuatnya semakin geram, Kiara tak juga kembali.Ia mencoba bersabar, duduk di sofa dengan punggung menegang. Namun waktu berlalu tanpa tanda-tanda kehadiran istrinya. Akhirnya, Aris meraih ponsel dari saku dan menekan nomor Kiara berulang kali. Tak ada jawaban. Tetap tak tersambung.Dengan satu gerakan kasar, ia melempar ponsel itu ke sofa. “Sial,” gumamnya. Napasnya berat, tak beraturan.Lampu rumah sengaja ia biarkan mati. Ruang tamu tenggelam dalam gelap, seolah mencerminkan isi dadanya yang penuh tekanan. Aris duduk, menunggu dengan gelisah.Tak lama, pintu terbuka perlahan.Kiara masuk dengan langkah ringan. Wajahnya terlihat tenang, seolah malam belum berbuat apa-apa padanya. Aris langsung bangkit, me

  • Perselingkuhan di Siang Hari   Bab 66 - Hanya Satu Nama

    Rumah itu terasa terlalu sepi. Entah sejak kapan Kiara duduk di tepi ranjang. Lampu kamar dibiarkan mati, hanya cahaya dari luar jendela yang menyelinap masuk, membentuk bayangan tipis di lantai. Tasnya tergeletak begitu saja di atas kasur. Sepatu flatnya masih terpasang, satu miring, satu nyaris terlepas. Dadanya sesak, kepalanya penuh, dan hatinya remuk, seharusnya ia menangis. Namun, tubuhnya seperti mati rasa. Semuanya terasa berhenti di nurani yang kini terasa datar. Kiara menatap dinding dengan pandangan kosong, lalu bangkit perlahan. Ia tak mengganti pakaian, tak pula merapikan rambutnya yang sedikit kusut. Hanya ponsel yang ia ambil, lalu diselipkan ke saku. Langkah kakinya bergerak tanpa rencana, mengikuti dorongan yang tak ingin ia lawan. Dalam kepalanya yang kalut, hanya satu nama yang bertahan. Arhan. Tak ada yang lain. Ia keluar rumah dan berjalan cepat. Beberapa langkah kemudian, langkah itu berubah menjadi setengah lari. Gang sempit menuju toko buku dipenuhi lalu-

  • Perselingkuhan di Siang Hari   Bab 65 - Aris dan Lestari

    Pintu rumah itu terbuka dengan hentakan keras.Lestari yang sedang duduk di depan TV tersentak. Kepalanya langsung menoleh ke arah pintu, remot tv yang ada di tangannya langsung ia letakan di atas meja.“Aris?” ia spontan berdiri. “Aku kira kamu nggak jadi ke sini?”Aris berdiri di ambang pintu. Dadanya naik turun, napasnya kasar. Kemejanya terlihat berantakan. Wajahnya merah padam, rahangnya mengeras, matanya menyala oleh sesuatu yang tak pernah Lestari lihat sebelumnya—sebuah amarah yang tak pernah pria itu perlihatkan.“Kita bicara sekarang,” katanya singkat, dingin.Lestari menelan ludah. “Soal apa?”Aris melangkah masuk tanpa menunggu izin. Pintu ditutupnya keras-keras, membuat dinding bergetar pelan.“Soal Dinda.”“Aku sudah bilang, kan? Dinda tadi kena duri kaktus. Gara-gara istri—”“Jangan menyalahkan orang lain,” potong Aris tajam. “Bukan itu yang ingin aku bahas.”Lestari menghela napas panjang, seolah sudah menduga arah pembicaraan akan kemana. Ia menyilangkan tangan di da

  • Perselingkuhan di Siang Hari   Bab 64 - Sejak Awal Sudah Salah

    Kiara tahu semuanya.Tubuhnya terasa melemah saat fakta itu menghantam tanpa aba-aba. Selama ini, mertuanya menyembunyikan kebenaran—bukan dirinya yang mandul, melainkan Aris. Dan lebih dari itu, Dinda, gadis kecil yang begitu disayangi Aris, ternyata bukan anak kandungnya.Jadi selama ini …, Aris pun tidak tahu?Kiara merasa iba. Benar-benar iba pada suaminya yang hidup dalam kebohongan bertahun-tahun. Namun perasaan itu tak bertahan lama. Ada luka yang jauh lebih dalam, jauh lebih perih, dan itu miliknya sendiri.Ia mengingat semua tatapan kasihan. Semua bisik-bisik tetangga. Semua ucapan yang menusuk telinga—tentang perempuan yang tak mampu memberi keturunan. Tentang istri yang dianggap gagal menjalankan kodratnya.Semua usaha yang ia lakukan—obat-obatan, terapi, doa yang tak pernah putus—ternyata sia-sia sejak awal.Bukan karena tubuhnya yang bermasalah. Melainkan karena suaminya yang kekurangan.Air mata menggenang di pelupuk matanya, tetapi Kiara menahannya. Ia menolak menangis

  • Perselingkuhan di Siang Hari   Bab 63 - Rahasia Besar

    Kaca kafe itu bening, memantulkan cahaya pagi menuju siang yang lembut. Kiara berdiri di luar, satu tangan mengenggam tali dari pot kecil berisi kaktus yang baru saja ia beli. Di dalam, Arhan duduk di meja dekat jendela, secangkir kopi di depannya menguapkan kukus kecil di udara.Tatapan mereka bertemu.Tak ada sapaan.Tak ada lambaian tangan.Hanya senyum tipis yang terbit hampir bersamaan—senyum yang singkat, tertahan, seolah keduanya sama-sama sadar mengakui bahwa mereka sama-sama rindu.Kaca itu menjadi batas yang kejam.Cukup dekat untuk saling melihat, tapi terlalu jauh untuk disentuh. Lalu ponsel Kiara bergetar di tangannya.Nama Aris muncul di layar.Senyum itu langsung luruh.“Kiara,” suara suaminya terdengar tergesa begitu panggilan tersambung. “Kamu bisa ke rumah sakit sekarang? Aku ada operasi mendadak dua puluh menit lagi. Dinda ada di sini, dan—aku minta tolong kamu untuk jagain dia.”Dada Kiara mengencang. Ia menoleh sekali lagi ke arah Arhan. Pria itu masih menatapnya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status