Share

Bab 4

Author: Samar
last update Last Updated: 2025-02-03 16:59:46

"Ini adalah pesta yang digelar oleh pemilik majalah lifestyle ternama. Masuklah lebih dulu, sebut namaku saat orang-orang menanyakan mu." Clovis pergi menggunakan mobil, membiarkan Meiva masuk ke dalam tempat acara itu sendirian.

Meiva sering mendengar pesta ini dari infotainment, meskipun ia menjadi aktris, Meiva tak pernah bisa memasuki pesta ini sejak dulu. Karena ia bukan dari kalangan sosialita.

Namun kali ini, tiba-tiba Clovis membawanya ke acara mewah ini, kemudian meninggalkan sendirian sebab ada urusan yang harus diselesaikan mendadak.

"Ternyata Clovis memang bukan orang sembarangan."

Meiva melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka memakai busana serba glamor dan mewah elegan, para artis pun hadir papan atas pun turut hadir. Mereka bicara dengan kelompoknya masing-masing.

Meiva bingung sebab, tak ada yang mengenalnya. Dia hanya memainkan ponselnya sambil mengobati kejenuhannya, sambil berdiri di samping kolam sembari menunggu Clovis datang.

"Meiva?"

Meiva menoleh mencari sumber suara. Ternyata itu adalah Ellen. Dengan wajah bingung menghampirinya. Ia sama sekali tidak antusias, justru melirik malas.

Masih jelas dalam ingatan, bagaimana kejadian malam itu. Setiap kata-kata yang diucapkan Ellen dan Alden masih membekas dalam hatinya.

Ellen mengamati penampilan Meiva yang kini sedang mengenakan dress hitam berhiaskan lace motif bunga.

"Ternyata kamu ada di sini? Siapa yang mengundangmu? Aku tidak percaya melihatmu, padahal di tahun-tahun sebelumnya kamu tidak pernah terlihat." Ellen melihat ke sekeliling mencari orang yang datang bersama Meiva.

Sambil dengan sengaja menenteng tas branded keluaran terbaru di tangannya yang jari-jarinya dihiasi berlian. Membuat Meiva sangat muak melihatnya.

"Aku datang sendirian ke mari. Dan di sini aku tidak kenal siapa pun, kecuali kamu," ucap Meiva menatap mata Ellen seolah masih ingin mencoba kebaikan perempuan itu.

"Kamu mau, ‘kan, temani aku mengobrol di sini?"

Antara mengangguk dan menggeleng, Ellen melihat ke arah perempuan yang datang di belakang Meiva.

"Kupikir kamu datang bersama Alden, tetapi ternyata tidak. Alden bilang, dia juga akan datang ke mari malam ini."

"Bahkan kamu lebih tahu rencana yang akan dilakukan Alden daripada aku,” ucap Meiva dengan nada datar, lalu dengan tenang Meiva kembali berkata, “Sebenarnya kamu pacarnya atau aku?"

"Alden tidak memberitahumu?" Ellen berpura-pura terkejut. "Kebiasaan Alden memang tidak pernah berubah, apa pun selalu aku yang diberitahu duluan. Padahal sudah sering kubilang, untuk melibatkanmu dalan hal apa pun. Tapi, dia justru lebih menghubungiku, saat meminta bantuan. Mungkin dia tahu kamu sibuk, itu sebabnya dia tidak ingin mengganggumu."

Kepala Meiva semakin panas mendengar ucapan Ellen yang seolah membuatnya untuk semakin cemburu.

"Minuman ini untukku, aku haus." Ellen mengambil minuman dari tangan Meiva.

Sebelum perempuan itu meminum, Meiva sudah dulu mengambilnya. "Ini milikku. Kamu bisa mengambilnya sendiri di sana."

"Meiv, aku hanya mau minum. Kenapa kamu pelit sekali?"

"Tidak semua yang kumiliki bisa kamu ambil tanpa izin, Ellen. Ini adalah minuman milikku, maka ini hakku mau melarang siapa pun meminumnya."

Meiva tidak sudi kalau minum bekas dari bibir perempuan yang pernah beradu bibir dengan pacarnya sendiri.

Ellen terlihat tidak suka, tetapi masih berusaha bicara dengan Meiva.

"Aku harus menemui teman-temanku yang lain. Maaf, Mei, temanku banyak di sini, tidak mungkin kalau aku cuma diam diri di sini tanpa menyapa mereka."

Meiva pura-pura tersenyum, walau dia sudah tahu apa yang dipikirkan Ellen. “Silakan.” Gerakan tangannya membiarkan Ellen pergi karena sebenarnya ia sangat malas berinteraksi dengan perempuan itu.

"Nyonya Raline." Ellen tersenyum menghampiri perempuan cantik, tinggi yang tersenyum ramah padanya meninggalkan Meiva.

Meiva hanya melihat mereka yang sedang bicara akrab, seperti biasa Ellen menunjukkan bakatnya sebagai penjilat pada orang-orang kelas atas.

Ia melirik malas dari kejauhan sambil kembali memainkan ponselnya.

"Nyonya Raline, aku tidak tahu kalau kamu ternyata mengenal Meiva. Kalau aku tahu dia akan datang ke pesta ini, bisa janjian datang sama-sama kemarin," ucap Ellen sambil melihat Meiva.

"Meiva? Meiva siapa?"

Pertanyaan Raline menyita para tamu yang disekelilingnya. Hingga perhatian mereka beralih menatap Meiva yang seorang diri di dekat kolam tersenyum canggung.

"Maksudmu, kamu tidak kenal Meiva?" Ellen dengan wajah polosnya, dia semakin menarik perhatian orang-orang.

"Aku tidak kenal siapa dia." Raline menatap Meiva kebingungan.

"Kalau kamu tidak kenal, bagaimana dia bisa di sini? Apa selain kamu dan suami, ada orang lain yang membagikan undangan?"

Raline menggeleng.

Meiva mencoba tersenyum menenangkan diri melihat Ellen yang mencoba mempermalukannya.

"Ada apa, Sayang?" tanya pria memakai stelan jas rapi menghampiri Raline.

"Siapa dia, Morgan? Apa kamu mengenalnya?" tanya Raline.

Morgan menggeleng sambil memperhatikan Meiva.

Meiva melangkah maju untuk memperkenalkan diri.

"Bukannya dia artis yang merangkap pekerjaan menjadi simpanan pria kaya, ya?" ucapan seseorang perempuan membuat Meiva seketika menoleh.

Langkahnya berbalik sambil menarik napas dalam. Lagi-lagi berita bohong itu masih saja dibicarakan. Meiva tidak terima langsung menghampiri perempuan itu sambil menyiramkan segelas minuman ke arahnya.

"Baju mahalku!" Perempuan itu tidak terima dress putih yang dia kenakan kini kotor.

Bukan hanya perempuan itu, bahkan orang-orang di sebelahnya tampak terkejut dengan apa yang dilakukan Meiva.

"Tolong ucapannya dijaga! Jangan bicara hal yang belum tentu benar," ucap Meiva menatap tajam.

Dia tidak peduli walaupun perempuan itu punya banyak teman di sampingnya. Yang dia tahu adalah memberi pelajaran.

"Kurang ajar! Kamu tidak tahu kalau baju ini sangat mahal!"

"Percuma memakai baju mahal, kalau mulut murahan Anda bicara sembarangan!" balas Meiva.

Perempuan itu mengangkat tangan akan menampar. Beruntung Meiva sigap menangkap pergelangan tangannya kemudian kembali menampar.

"Berhenti!" Tangan pria yang merupakan suami pemilik acara itu mencengkram tangan Meiva.

"Kamu siapa? Beraninya buat kekacauan di pesta saya?!" tanya Raline marah.

Orang yang baru saja berseteru dengan Meiva adalah tamu istimewa. "Tunjukkan undanganmu!"

"Aku tidak punya undangannya. Aku datang bersama—"

“Meiv, aku tahu kamu baru pertama kali datang ke pesta ini, tapi setidaknya jangan membuat keributan. Tolong hargai pemilik acara,” ucap Ellen ikut-ikutan memojokkan Meiva.

Kalau bukan karena hutangnya pada Clovis, Meiva tidak akan datang ke tempat ini.

Satu orang penjaga dipanggil, langsung sigap mencekal tangan Meiva.

"Usir dia, sudah datang tanpa undangan, tambah lagi buat keributan!" perintah Raline.

Sedangkan Ellen, pura-pura tidak melihat dengan apa yang terjadi. Dia justru bersembunyi di belakang tamu yang sedang melihat Meiva.

Meiva ditarik keluar, tetapi belum juga beberapa langkah, Clovis mencekal satu tangannya membuat penjaga itu melepaskan tangan dan seketika menunduk.

"Siapa yang berani mengusirnya?" Suara Clovis terdengar dingin. Membuat orang-orang yang ada di sana terdiam.

Namun, di balik sorot matanya yang tajam ke arah mereka, tangan pria itu melingkar ke pinggang ramping Meiva kemudian menatap dengan sorot mata teduh hingga netra mereka saling bertemu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 5

    Tangan Clovis merengkuh erat di pinggang ramping Meiva, menarik perhatian mereka yang tadi bersikap arogan pada gadis itu. Terutama Raline, dia terkejut dengan kedatangan Clovis yang sebelumnya tidak disangka akan datang. “Perempuan tinggi yang sedang menatap kita paling tajam, dia adalah Raline—mantan istriku dan laki-laki angkuh itu adalah suaminya, Morgan.” Wajah Clovis begitu dekat dengan wajah Meiva, dia berbisik pelan hingga embusan napasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Meiva mengangguk pelan, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga. Gugup! Di tempat ini ada banyak aktris-aktris senior terkenal dan produser, Meiva tahu mereka, walau tidak ada yang mengenalnya. Ia sering berakting memainkan peran di dalam film, tapi akting kali ini benar-benar terasa menegangkan! “M-maafkan saya, Tuan Clovis, saya hanya menjalankan perintah.” Penjaga yang tadi kasar pada Meiva seketika tertunduk, tak berani menatap mereka berdua. Namun, Clovis memilih tidak menanggapi pr

    Last Updated : 2025-02-03
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 6

    Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya. Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya. “Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya. Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?” Tatapan Mei

    Last Updated : 2025-03-18
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 7

    Tangan Alden meraih lengan Meiva, tubuhnya berdiri tepat di depan pintu hingga menghalangi langkahnya yang akan menekan tombol akses masuk.Menyadari laki-laki itu ada di hadapannya seketika Meiva memutar bola matanya menghindari interaksi antara keduanya. “Aku butuh penjelasan darimu, kamu tidak bisa menghindar begitu saja, Meiv!” Mendengar suara Alden yang meninggi membuat emosi Meiva ikut naik. Dengan tatapan tajam ia menaikkan dagunya seraya berkata, “Tidak perlu berteriak, pendengaranku masih berfungsi sangat baik.” Melangkah maju menabrak lengan Alden hingga membuatnya sedikit memiringkan tubuhnya memberi ruang untuk Meiva membuka pintu lalu segera menutupnya kembali. Namun, belum sempat pintu berwarna hitam itu tertutup, tangan Alden lebih dulu mencengkeram pinggirannya sambil mendesak masuk. Dengan sorot mata marah dia menatap Meiva yang sama sekali tidak berniat bicara dengannya. “Sejak kapan kamu berselingkuh? Apa karena itu, sampai membuatmu mengganti password masuk

    Last Updated : 2025-03-19
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 8

    “Putar balik mobilnya.” Miguel yang sebelumnya fokus menyetir kini mengerutkan kening, setelah mendengar perintah dari Clovis. "Maksud Anda, kita kembali lagi ke apartemen Meiva, Tuan?" tanya Miguel. Wajah Clovis begitu tenang, punggungnya bersandar ke kursi, jemarinya menyangga pelipis sambil memejamkan mata. Tanpa atasannya menjawab apa pun, Miguel, membaca situasi tak berani lagi bertanya. "Baik Tuan." Padahal, sekitar lima ratus meter lagi dari posisi, mereka akan sampai ke rumah Clovis. Tanpa ingin membantah, laki-laki itu lantas memutar mobil di persimpangan jalan depan.Matanya melirik ke spion tengah, Clovis sedang memegang ponsel milik Meiva yang tertinggal, awalnya Clovis membiarkan saja menunggu si pemilik untuk mengambilnya sendiri. Namun setelah itu, entah apa yang membuatnya berubah pikiran. Tak ingin mengganggu suasana hati Clovis yang sedang cerah ia langsung melajukan mobil ke apartemen Meiva. .... Meiva menyeret kopernya berjalan cepat, kemudian berhenti saat

    Last Updated : 2025-03-21
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 9

    Samar-samar indra pendengaran Meiva menangkap suara desingan vacuum cleaner, sontak saja ia menaikkan bantal ke atas kepala menurangi suara yang sudah mengganggu tidurnya. Meiva memejamkan mata tempat ini begitu nyaman dengan seprai dan bantal selembut sutra, hingga membuatnya tidak ingin bangun, tapi detik berikutnya matanya terbelalak lebar saat menyadari tempat nyaman yang dia rasakan terasa asing. “Oh tidak, aku di mana??” langsung melonjak kaget, mengedarkan pandangan ke kamar luas, gorden abu-abu menutupi jendela besar, ada rak kayu di dekat sofa yang berisi buku dan beberapa pajangan-pajangan mahal. Dengan keadaan rambut lurusnya masih tergerai, sedangkan di dahi ditempeli plaster penurun panas, kaki telanjang Meiva turun dari ranjang, ia menurunkan pandangan menatap penampilannya sendiri dari cermin besar yang ada di depannya. Pakaian kemeja putih kedodoran yang dikenakan berbeda dengan semalam. Sontak saja semakin membuatnya bingung lantas membuka pintu. “Non su

    Last Updated : 2025-03-22
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 10

    Meiva mengerjap, bahkan menatap laki-laki itu beberapa saat. Kalau ia memanfaatkan Clovis, maka akan meraih kesuksesan dangan waktu sangat singkat. Namun, jika ia melakukan itu, apa bedanya dirinya dengan Ellen? Selama ini mereka sama-sama memiliki bakat berakting yang bagus. Hanya saja, Ellen lebih memilih jalur cepat. Meiva memilih menggeleng seraya berkata, "Tidak. Keputusanku sudah bulat. Mungkin suatu saat, tapi aku mau bukan atas bantuan siapa pun. Aku mau maju dengan hasil kerja kerasku sendiri." Clovis menyunggingkan bibir, sedikit tersinggung dengan penolakan Meiva, tapi itu masih dalam hal wajar. "Sayang sekali," ucapnya sambil beranjak dari sofa. "Clovis." CLovis yang sudah berjalan beberapa langkah berhenti saat di belakang sofa, memiringkan wajahnya menatap Meiva. Gadis itu terlihat canggung mendekatinya. "Mulai hari ini aku masuk kerja. Sekali lagi, terima kasih dan maaf, sudah banyak merepotkan dan menyusahkan mu. Setelah ini aku janji, tidak akan

    Last Updated : 2025-03-23
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 11

    Meiva mulai bekerja hari ini, tidak ingin melewatkan kesempatan ini begitu saja. Ia melakukan dengan serius posisinya bagian dari tim kreatif. Sepertinya Meiva tidak bisa jauh-jauh dari industri media. Buktinya setelah Vacum menjadi aktris sekarang dia masih berperan di belakang layar, jadi bagian tim. Luna yang duduk di kursi sebelahnya sambil membuka sosial media terlihat sibuk. Bicara pada Meiva saat ditanya saja. Di jam makan siang seperti ini, mereka sedikit menganggur. Kecuali Meiva sebagai anak baru, sebab belum mengerti titik celah pekerjaannya. Dia masih sibuk menyiapkan naskan. "Oh astaga, gila, ini benar-benar gila!" Luna melototi layar ponselnya melihat berita mengejutkan. Meiva yang penasaran pun menoleh. "Apa ada berita mengejutkan?" tanyanya. "Kalian semua, harus lihat postingan Alden Gunadya!" Luna seorang yang sangat mengidolakan Alden. Seketika berdiri bahkan mengabaikan pertanyaan Meiva. suaranya menarik perhatian para perempuan yang ada di ruangan

    Last Updated : 2025-03-24
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 12

    Meiva tersenyum ramah saat wanita paruh baya itu berjalan melewatinya. Namun, beberapa langkah ke depan, Nyonya Liona kembali mundur, berhenti ketika berada di hadapan Meiva. Lagi-lagi Meiva hanya nyengir untuk menghargai atasannya itu. "Selamat siang, Nyonya," ucapnya. Tidak ada balasan. Justru Nyonya Liona terus saja menatap dirinya, seolah-olah sedang melihat sesuatu di wajah Meiva. "Apa kita pernah mengenal sebelumnya? Kenapa kamu menyapaku? Seperti memang kita pernah melihatmu,” tanyanya membuat Meiva menunduk malu sambil menggeleng. "Tidak Nyonya." Luna dan karyawan yang lain hanya saling melirik ke arah Meiva. Suasana sangat menegangkan, saat pemilik perusahaan itu masih berdiri di sana, dengan kedua tangan di belakang pinggang. "Aku rasa pernah melihatmu. Kalau tidak salah, di—" menaikkan bola matanya untuk mengingat ingat sejenak. "Pasti Anda salah orang, Nyonya. Ini adalah hari pertama saya bekerja di kantor ini," ucap Meiva sopan. "Sudah kubilang, dia it

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 39

    Liona sangat ngotot supaya putranya segera menemui gadis pilihannya, bahkan terus menelepon Clovis memaksa agar anaknya itu setuju.Karena Clovis yang langsung menutup panggilan saat ibunya masih bicara, tiba-tiba Liona datang ke kantornya, menatapnya dengan tatapan kesal. Clovis langsung beranjak dari kursinya, menggandeng sang ibu untuk duduk di sofa hitam dekat jendela.“Apa yang Istimewa dari gadis itu, sampai mama memaksaku seperti ini?” tanya Clovis sambil mendesis kesal. “Dia sangat Istimewa, dia bisa membuat kue kacang yang sangat enak, Clo.” Clovis menahan senyumnya. “Hanya membuat kue kacang, tapi mama sudah sangat bangga padannya?” Liona duduk mendekat ke samping Clovis, lalu berbisik, “Dia juga memiliki bentuk badan yang bagus, dia pasti sangat lincah— dan rambutnya hitam lurus, seperti mama. Dia sangat cocok denganmu, Clovis,” ucap Liona terus saja membujuk Clovis tanpa menyerah. Tok … tok! Miguel dan seorang pelayan yang membawa nampan ditumpangi cangkir beri

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 38

    Berita tentang kehamilan Ellen sontak saja menjadi santer perbincangan di kalangan masyarakat. Namanya diperbincangkan di berbagai sosial media. Beberapa produk ternama yang sebelumnya menjalin kerja sama dengannya, kini satu persatu menarik kontrak. Bahkan Ellen harus menonaktifkan kolom komentar akun sosial medianya, karena banyaknya hujatan yang masuk. “Kamu itu sangat ceroboh, Ellen!” marah Alden, setelah melihat kabar berita yang memenuhi berandanya. “Bagaimana bisa kamu hamil?” Tatapan matanya tajam menatap Ellen yang sedang terpuruk. “Kamu harus bertanggung jawab, Alden. Gara-gara kamu, sekarang aku hamil,” ucap Ellen, penampilannya sangat lusuh, berbeda dengan biasanya. “Kalau aku menikahimu, otomatis semua orang akan tahu, kalau kita mempunyai scandal akhir-akhir ini. Lebih baik kamu tetap merahasiakan identitasku, kalau perlu, kamu gugurkan saja. Tidak ada yang menginginkan bayi itu, Ellen.” Ellen menoleh tidak percaya dengan ucapan Alden. “Sebaikny

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 37

    Dalam Pantauan. "Dasar rubah kecil.” Clovis memperhatikan Meiva dari balik layar macbook yang menyiarkan secara live oleh beberapa stasiun televisi. Kini Meiva membawa Ellen yang diikuti para wartawan, pergi ke Dokter spesialis kandungan ternama di Ledoria. Clovis duduk bersandar di kursi hitam, jemarinya mengusap usap dagunya terus saja masih mengamati, sejauh mana Meiva akan berpura, padahal dia ingin menjatuhkan Ellen tanpa disadari. "Aktingnya memang tidak diragukan lagi," gumam Clovis, seringai tipis muncul dari bibirnya. "Maaf, anda bicara dengan saya, Pak?" tanya manager di kantornya yang kini sedang menyusun laporan di hadapannya. Clovis menggeleng. Tatapannya tetap tak teralihkan. "Pak Clovis, Tuan Juan sudah siap untuk meeting sekarang," ucap Miguel yang baru saja masuk dari luar. Lelaki itu sambil melirik arloji di tangannya. Sudah saatnya Clovis memimpin meeting yang akan dilakukan sekarang. Namun, Clovis sama sekali tidak peduli. Miguel yang penasaran dengan ap

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 36

    "Meiva, untuk kesekian kalinya, kamu membuat kesalahan lagi." Entah kenapa, Evelyn sama sekali tak mau mendengar kebenaran dari Meiva. Akhir-akhir ini dia selalu menyalahkan Meiva, meskipun kesalahan kecil sekalipun. "Kalau kamu tidak bisa melakukan pekerjaan ini, lebih baik kamu mengundurkan diri saja dari kantor ini. Jangan mentang-mentang Nyonya Liona dan Pak Austin menyukaimu kamu bisa bersikap seenaknya." "Ini bukan masalah disukai atau menyukai siapa. Tapi, aku sudah bekerja sesuai apa yang ada di naskah." Meiva tidak tahu harus menjelaskan pada Evelyn bagaimana lagi. "Lebih baik kamu akui saja. Dari pada berbelit-belit." "Lebih baik aku resign dari pada mengakui apa yang tidak aku lakukan," ucap Meiva. "Evelyn, kalian harus melihat berita sekarang juga." Luna masuk menyela pembicaraan mereka. *** Tangan Ellen gemetar memegang ponsel, tatapan matanya masih tertuju pada akun sosial media yang menampilkan surat laporan kehamilan miliknya yang sedang ramai dibicarakan di me

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 35

    "Sangat tidak profesional." Meiva mendesah kesal saat melihat Ellen berjalan santai melakukan foto bersama dengan para fansnya. Bahkan perempuan itu mengobrol, memamerkan barang-barang yang dia pakai yang bermerk edisi keluaran luar negeri. "Lihat, aku pakai sebagus ini. Kalau kalian minat, bisa langsung belanja di store terbaruku, link ada di akun sosial mediaku." Ellen justru sibuk mempromosikan usaha terbarunya. Padahal dia sudah telat sepuluh menit. Belum briefing dan segala macam, pasti akan membutuhkan waktu yang lama lagi. "Boleh aku minta foto sekali lagi?" tanya fansnya. "Tentu, tapi dengan satu syarat, kalian harus membeli produkku. Sepuluh orang, kalau kalian tidak ada yang membeli, aku akan kecewa, dan akan mempertimbangkan lagi, setelah ini apa kalian benar penggemarku atau bukan," ucap Ellen. "Kami akan membeli produkmu. Tapi, jangan bilang seperti itu. Selama ini kami sangat mengidolakanmu, Ellen." "Bagus. Setelah membeli jangan lupa, upload ke sosial media

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 34

    “Aku minta maaf.” Hanya kalimat itulah yang mempu Meiva ucapkan saat kini berhadapan dengan Clovis. Di bawah pohon besar yang menghadap kolam yang ditumbuhi tanaman bunga Teratai sedang mekar berwarna merah muda. “Jadi, kamu memintaku datang ke mari hanya untuk ini?” Clovis berdecak, duduk sambil memegang ponselnya, terlihat tidak menikmati pemandangan.“Kamu mau minum?” Gerakan Meiva kaku, mengulurkan satu kaleng minuman bersoda untuk Clovis yang dia beli tadi dari mesin penjual di tepi jalan. “Kamu tidak sedang berusaha menyogokku?” tanya Clovis curiga. Tapi tanpa ragu membuka penutup kaleng, langsung menenggak isinya. “Apa Pak Clovis Malory bisa disogok dengan sekaleng minuman?” Clovis tampaknya memang sedang haus, dia terus saja menenggak minumannya. ‘Mungkin saja dia berlari sepanjang perjalanan ke sini,’ batin Meiva menikmati minuman di tangannya sendiri. “Jadi, kamu akan menerima tawaran syuting, atau menolaknya?” tanya Clovis. Meiva mengangguk. “Diterima. Hanya

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 33

    Keringat membasahi pelipis Meiva, sambil mengigit bibir bawahnya ia menahan kesakitan saat Clovis memegang kakinya kuat. Sebenarnya Meiva masih kesal dengan lelaki itu, tapi kesakitan di kaki mengalahkan egonya. “Pelan-pelan, Clovis. Rasanya sakit banget.” Tubuhnya berada di kursi mobil, sedangkan kedua kakinya menjulur keluar pintu yang terbuka. Clovis berjongkok di bawahnya, menyiramkan air mineral dari botol ke kaki Meiva yang berwarna putih kemerah-merahan. dia memandang luka Meiva serius. “Aaarh! Aduh-aduh ... sakit, sepertinya masih ada kaca di dalamnya.” “Sebaiknya kita ke rumah sakit. Untuk membersihkan sisa-sisa kaca yang masih tertinggal?” Meiva langsung menggeleng. “Kalau ke rumah sakit, mereka pasti akan memberiku bermacam jenis suntikkan. Seperti beberapa waktu lalu. Tidak, aku tidak mau.” Meiva sangat takut melihat jarum suntik. Dia tak mau berhadapan dengan benda tajam itu. Clovis berdecak, mendengar ketakutan Meiva. “Oke, aku akan mencabutnya. Kita bisa mulai?”

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 32

    DATANG PENUH KHAWATIR Sehari sebelumnya. Pihak casting director, produser dan Sutradara berunding untuk menentukan siapa yang akan dipilih menjadi pemeran utama. Mereka sepakat, kalau Meiva lah orang yang tepat membintangi film yang akan digarap. Kecuali, Produser yang sejak awal terus saja menunjukkan penolakan. Dengan berbagai alasan. "Terlalu beresiko kalau kita memilih Meiva, dia memiliki banyak masalah. Di belakang nanti pasti akan menimbulkan kekecewaan besar bagi masyarakat," ucap produser. "Dengan adanya masalah tentang dia, itu bisa jadi pro kontra, bahkan kalau kita pintar marketing, itu justru bisa mendongkrak popularitas film kita," ucap Sutradara. "Aku setuju, lagi pula yang kita cari karyanya, bukan masalah hidupnya. Apa pun masalah itu terlepas dari urusan kita, kan?" tanya penulis. "Benar. Kalau memang akting Meiva dinilai cocok, kalian harus segera menghubunginya. Minta dia untuk jadi pemeran utama," ucap Clovis yang sejak tadi duduk di kursi paling ujung. Ia

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi     BAB 31

    MEMBUAT KEKACAUAN! Mereka berdua salah tingkah saat Meiva menatap sinis. Mereka pikir rahasia yang disembunyikan selama ini cukup aman? Tidak! Kini perasaan Meiva pada mereka sudah mati. Sekarang dia hanya muak, tidak sakit hati sama sekali. “Meiv, aku sama sekali tidak mengerti dengan maksudmu. Aku bahkan tidak tahu menahu dengan berita tentang kamu,” ucap Ellen. Tampaknya menginginkan pengakuan dari bibir Ellen tidaklah mudah. “Siapa yang bisa membedakan kamu sedang berakting atau beneran sekarang?” Meiva lagi-lagi membalas dengan kalimat menusuknya. “Alden, Meiva tiba-tiba datang lalu, menuduhku yang bukan-bukan, mengatakan kalau aku tidak suka dia menjadi pemeran utama. Alden, kamu percaya padaku, kan? Selama ini selalu memikirkan tentang Meiva, dan sangat berharap dia mendapat tawaran lagi.” Suara Ellen terdengar mengayun manja dan memelas di hadapan Alden, siapa yang mendengarnya pasti akan muncul rasa simpati. Tapi, tidak dengan Meiva. “Masih saja berakting selayakn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status