Share

Bab 3

Author: Samar
last update Last Updated: 2025-02-03 16:40:29

Meiva mengerjap bingung, sebab setelah kedatangan pria ini di rumah sakit, para staf rumah sakit seketika panik.

Begitu juga dengan Dokter yang kini sedang menutup luka goresan di bahu pria itu. Lukanya sangat kecil, bahkan Meiva sering mengalami dulu waktu kecil.

Tetapi, mereka semua kenapa terlihat begitu khawatir? Padahal pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun.

"Ada retakan di kaki Anda, Tuan Clovis. Untuk sementara Anda harus dirawat, untuk mencegah terjadinya infeksi," ucap Dokter setelah selesai memeriksa kondisinya.

Meiva baru tahu kalau nama laki-laki itu adalah Clovis. Dia pun hanya diam di belakang kursi roda yang diduduki Clovis. Di sisi lain dia juga tidak menyangka kalau orang-orang dalam rumah sakit ini mengenalnya.

"Hanya retak, ‘kan, Dokter? Jadi, tidak perlu operasi?" Meiva ingin memastikan kalau Clovis tidak mengalami luka serius. Karena jika sampai pria ini perlu dioperasi, Meiva tidak tahu bagaimana membiayai biaya operasi dan rumah sakitnya.

Pria itu harus dirawat saja, Meiva tidak tahu bagaimana akan membayar biaya administrasinya.

Dokter itu mengangguk.

“Siapkan kamarku,” ucap Clovis sambil melirik Meiva dingin. Membuat Meiva semakin merasa bersalah.

"Kami akan memindahkan pasien yang ada di kamar VVIP untuk Anda tempati, Tuan Clovis." Seorang kepala perawat bergegas pergi buru-buru setelah berucap.

Meiva menganga tak percaya, wajahnya mendadak menjadi pucat. "Tuan, bagaimana kalau cari kamar yang nomor dua saja?"

Clovis bergeming, dia duduk, rahang tegas dan sorot mata yang tajam membuat Meiva seketika menunduk.

'Bagaimana ini? Aku harus bayar biaya rumah sakit dari mana?' Walau gelisah, Meiva tetap memaksa kedua sudut bibirnya tersenyum saat Clovis menatapnya.

Meiva duduk di sofa dengan tatapan kosong setelah Clovis sudah menempati kamar VVIP. Ia terus saja meremas jari-jarinya, gelisah.

Pada saat ia di luar tadi, mendengar kepala rumah sakit yang sedang bercakap dengan bawahannya, kalau Clovis adalah CEO Rilex Grub, perusahaan yang bergerak entertainment, retail dan beberapa bidang lainnya.

Saat ini juga, Meiva menyadari ia ada dalam masalah besar. Sebab berurusan dengan orang yang memiliki kekuasaan di kota Ledoria.

Clovis meliriknya dengan dingin, tatapan laki-laki itu seolah-olah ingin menertawakan kemalangan yang dialami Meiva hari ini.

Tangan kekar pria itu terulur menekan remot, televisi layar datar yang menempel di dinding menyala menghidupkan suasana yang sebelumnya mencekam.

Tayangan di channel DPT TV, acara penghargaaan disiarkan secara langsung menarik perhatian Meiva.

Di acara penghargaan itu, terlihat Alden berjalan dengan senyum mengembang di atas panggung, menerima piala berwarna silver.

"Terima kasih tak terhingga kuucapkan pada orang-orang terkasih, yang selama ini selalu mendukung karirku hingga berada di posisi sekarang. Terutama managerku dan temanku Ellen. Dia yang selalu sabar mendampingiku."

Tepuk tangan bergemuruh, dibarengi Alden yang mengangkat piala penghargaan sebagai aktor pendatang baru terkeren.

Wajahnya sangat bangga dan manisnya pria itu mengucapkan kata-kata terima kasih pada orang-orang yang membantunya, tetapi nama Meiva sama sekali tidak disebut di sana.

'Padahal aku adalah orang yang paling berkorban selama ini.' Tangan Meiva di atas sofa mengepal, dadanya terasa sakit ditambah lagi melihat Ellen yang sedang tersenyum sambil bertepuk tangan.

Clovis memperhatikan Meiva dari posisinya. "Kenapa kamu tidak menghadiri acara penghargaan itu?”

Meiva langsung menoleh mendengar pertanyaan itu. Meiva tertegun, pria itu mengenali dirinya. “Tidak. Aku bukan bagian dari mereka lagi.” Meiva menggeleng terkekeh.

"Aku tidak cukup baik untuk berada di sana," imbuhnya lirih, entah Clovis mendengarnya atau tidak.

Clovis diam-diam memperhatikannya, tetapi detik kemudian pria itu memilih mematikan saluran televisi hingga menciptakan kesunyian dalam ruangan. Lalu, pria itu memejamkan matanya.

Melihat Clovis tidak bergerak dan bernapas begitu tenang. Meiva menaik turunkan telapak tangan di depan wajahnya.

Setelah memastikan lelaki itu tidur, ia keluar dari ruangan.

Namun, saat baru saja akan memutar badan, tiba-tiba pergelangan tangannya ditahan oleh tangan kekar Clovis.

“Kamu harus tetap berada di sini.” Clovis berkata dengan mata yang masih terpejam, tetapi tangannya tetap menahan tangan Meiva. “Tanggungjawabmu belum selesai.”

"Aku akan mengganti rugi, tapi bukan sekarang. Jujur, aku tidak punya uang dan, Tuan, tahu sendiri bukan, mobilku bahkan diambil gara-gara tidak bayar angsuran. Utangku juga di mana-mana.” Meiva menghitungnya dengan jari-jarinya menunjukkan pada Clovis yang kini telah menatapnya. “Sepuluh. Sepuluh platform pinjaman online, bayangkan, Tuan,” ulangnya mempertegas.

Namun, Clovis sama sekali tidak menunjukkan rasa simpatinya. Justru seperti tidak mempedulikan ucapan Meiva.

“Aku tidak akan menuntut ganti rugi, dan sebaliknya aku akan melunasi utang-utangmu.” Suara Clovis terdengar dingin, tetapi begitu menarik perhatian Meiva hingga ia ingin pria itu mengucapkan sekali lagi untuk memastikan bahwa ucapan pria itu tidak bercanda.

“Aku tahu siapa kamu. Maka itu aku ingin memberimu kesempatan, untuk memainkan sebuah peran. Tapi ini sangat rahasia."

Mendengar kata 'rahasia' seketika pikiran Meiva bekerja. 'Pasti yang dia maksud menjadi pemeran pemain film dewasa.' Meiva bergidik ngeri kemudian menggeleng.

"Aku sudah memutuskan berhenti dan tidak akan kembali. Lagi pula, aku sudah dapat pekerjaan baru. Mungkin itu lebih baik dari pada menjadi aktris."

'Dia baru saja mengenalku, tentu saja pasti menawarkan hal itu bukan cuma-cuma.' Meiva kembali membatin.

“Oke.” Ekspresi yang ditunjukkan Clovis sangat tidak bisa ditebak.

Ketegangan seketika merayapi ruangan. Mendadak Meiva merasakan udara yang tidak nyaman.

“Kalau kamu menerima, aku tidak akan mengingkari janjiku. Tapi, kalau kamu menolak, aku akan tetap meminta pertanggungjawabanmu.”

Meiva langsung panik. Dia ada dalam dilema besar!

'Bagaimana ini?'

Ia berdehem mengatur napasnya, supaya terlihat tenang walau perasaannya sangat was-was.

"B-baik. Aku akan terima, tapi sebelumnya mau memastikan, kalau kamu tidak sedang berniat menjadikanku pemain film dewasa, ‘kan?" tanya Meiva.

Clovis melirik penampilan Meiva dari atas sampai bawah, sampai Meiva merasa malu sendiri, lalu mengubah posisinya sedikit miring.

"Tingkat percaya dirimu cukup tinggi. Apa kamu pikir perempuan sepertimu akan masuk kriteria untuk jadi pemain film dewasa?" Clovis menyeringai membuat wajah Meiva memerah.

Seketika Meiva mengingat perkataan Alden, “Tubuhmu terlalu kurus, apa kamu tidak ada niat operasi, supaya sedikit menonjol di bagian dada?"

Memang Meiva tidak memiliki bentuk badan yang padat seperti Ellen. Tetapi, dia bisa memastikan apa yang ada di dirinya semua asli.

"Jadi, apa keputusanmu?” Suara Clovis membuyarkan lamunan Meiva.

Perempuan itu menarik napas panjang sekali lagi kemudian berkata, "Baik. Aku setuju."

“Besok malam bersiaplah, kita akan pergi ke pesta. Di sana kamu akan memainkan peranmu.”

Meiva hanya mengangguk terpaksa. Setidaknya setelah ini dia akan terbebas dari hutang-hutang yang telah menjeratnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 49

    “Ini rincian naskah yang sebenarnya?” Clovis mengernyitkan dahi membaca isi naskah yang diberikan oleh penulis.Sutradara Niel, penulis dan produser terlihat bingung setelah melihat naskah ke atas meja begitu saja.“Kenapa Anda terkejut begitu, Pak? Maaf, bukannya Anda sudah membaca naskahnya sebelumnya?” tanya penulis bernama Rully itu.Begitu juga dengan sutradara Niel yang kini turut mengangguk. “Benar, sebelumnya Anda membacanya, bahkan dengan sangat detail, lalu setuju dengan semuanya.”Wajah Clovis tampak muram jari telunjuknya mengusap-usap pelipisnya seiring dengan mata terpejam, sontak membuat suasana dalam ruangan itu terasa mencekam.“Kurasa, pemeran utama juga tidak akan keberatan dengan adegan itu, mereka sangat professional,” ucap Rully.Clovis sontak menggeleng. ‘Dia adalah wanitaku,’ batinya.“Sebaiknya hilangkan saja adegannya,” ucapnya kemudian.“Pak Clovis, semua adegan dan teks di dalamnya sudah diatur sejak lama, kalau tiba-tiba meminta kami untuk menghilangkan ad

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 48

    Tanpa Meiva dan Clovis sadari, di antara banyaknya wartawan. Ada satu media masa yang melihat mereka turun dari mobil secara bergantian. Gerak gerik Meiva yang menyelinap masuk ke gedung menimbulkan kecurigaan langsung menggerakkan tangan wartawan itu untuk mengangkat kamerannya, menggambil foto Meiva tersembunyi. Meiva masuk dengan santai setelah lolos dari kerumunan wartawan. Dia segera ke ruangan pertemuan yang ada di lantai lima. Sambil berjalan tergesa-gesa ia mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi Emeli yang seharusnya sudah di sini sebelum dia sampai. “Apa kamu sudah sampai, Meiv?” Meiva memejamkan mata mendesah kesal. “Bukankah kamu yang seharusnya lebih dulu sampai di sini?” “Maaf, Meiv, mendadak kakakku menelepon minta aku mengantar ke rumah sakit. Ini baru saja aku dalam perjalanan ke sana, kamu masuklah duluan, aku akan segara menyusul.” “Oke.” Secara bersamaan Meiva membuka pintu, tubuh rampingnya hampir saja tertabrak oleh tubuh tegap yang akan keluar da

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 47

    “Lumayan.” Mendengar kata ‘lumayan membuat Meiva seketika menoleh. Entah apa maksud Clovis mengatakannya. “Sudah kubilang, kalau dia adalah Perempuan yang baik.” Pipinya bersemu merah saat mendengar pujian itu. Tangannya memotong daging panggang di atas piring hadapannya. “Ya, mama benar. Dia gadis baik.” “Dan juga patuh.” Clovis melirik sambil menyeringai di samping Meiva. Tapi, entah kenapa ia merasa lirikkan itu seperti sebuah ancaman. Ia mengusap-usap belakang leher sendiri, ketika merasakan takut, juga canggung. Acara pertemuan kali sangat berangsur sangat formal, para pelayan pun menyajikan makanan secara khusus. Nyoya Liona sibuk mencicipi makanan satu persatu sebelum menyuruh yang lain menyantapnya. “Clovis memiliki alargi susu, oleh sebab itu, aku harus memastikan kalau tidak ada kandungan susu dalam setiap menunya.” “Dan kamu juga harus mengingatnya, Lily, supaya di masa depan berhati-hati.” “Hanya masalah kecil, tidak perlu dibicarakan,” potong Clovis ti

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 46

    Pasok udara di sekitarnya semakin menipis. Di dalam kegelapan saja, membuatnya merasa sesak, apa lagi sekarang tangan kekar Clovis terus membekapnya. 'Pria ini gila, seperti yang dikatakan Austin.'Saat tenaganya hampir saja habis, Clovis mengendurkan tangannya. Meiva langsung meraup napas sebanyak-banyaknya, untuk memasukkan oksigen dalam dadanya terpenuhi. "Ka—" Secara bersamaan Meiva membuka mulut ingin bicara, lampu dalam kamar mandi itu menyala. Mata kecoklatannya, bertatapan dengan netra hitam pekat milik Clovis. Saat ini lelaki itu baru menyadari, kalau perempuan yang bersamanya sejak tadi adalah Meiva? Dahi Clovis mengkerut dalam, saat menyadarinya. Antara malu, dan juga canggung saat perempuan itu menatapnya dengan napas terengah-engah karena ulahnya. "Bagus sekali, Pak Clovis," ucap Meiva dengan suara pelan sambil tersenyum sinis. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Mereka sudah bertemu sejak beberapa jam yang lalu, tapi kini Clovis bersikap seolah baru saja bangun dari

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 45

    Bab 45 Saat menyadari langkah kaki lelaki itu masuk melalui celah pintu yang terbuka, Meiva reflek mundur, tangannya yang gemetar mengarahkan senter di ponselnya ke wajah lelaki itu, tapi karena panik ponselnya terjatuh ke lantai, meski pun tidak mati, Cahaya itu berbalik meyorot ke kaki jenjangnya.Dalam ruang yang minim pencahayaan itu, Meiva sama sekali tidak merasakan sikap baik laki-laki itu, bayangan hitam itu semakin mendekat seperti malaikat maut. Tanganya terulur ke belakang pinggang ramping Meiva, guyuran air dingin menerpa kulit Meiva Kemudian memejamkan mata, tersentak, kala buliran air terjun bebas melewati kelopak matanya. Hawa panas dari tubuh lelaki kian mendekat, Meiva mendongak saat jari lelaki itu mengangkat dagunya, Meiva berusaha mengamati wajah itu, meski pun tidak jelas di balik sama-samarnya pencahayaan, ia bisa merasakan hawa penindasan yang begitu kuat. “Lepaskan aku!” Meiva menggunakan keberaniannya untuk menyingkirkan tangan lelaki itu. ia bergera

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 44

    Kaki jenjang berkulit putih Meiva berangsur mundur, ketika dia menyadari kalau sudah salah memilih tempat berpijak. Meski pun ia tak melihat wajah pria di balik bayangan hitam itu, tapi, aura menyeramkan telah memenuhi ruangan membuat Meiva lagi dan lagi menelan saliva. ‘Aku menghargai Nyonya Liona, tapi aku juga menghargai nyawaku sendiri, lebih baik meninggalkan tempat ini dari pada meninggal untuk selama-lamanya,’ batinnya, mengamati benda-benda yang diletakkan di meja dan lingerie di atas ranjang, dengan cepat kemudian dengan cepat ia berbalik. Tidak menoleh lagi, ia segera membuka pintu keluar dari tempat menyeramkan itu. Namun, berulang kali tangan berkulit putihnya memutar handle pintu, tapi tak kunjung terbuka. Tanpa menyerah, ia mengulangi dengan cepat, berharap keajaiban terjadi.“Permainan belum dimulai, kau mau pergi, Nona?” Clovis sengaja tidak menunjukkan wajahnya, sebab ia tidak ingin perempuan itu mengenalinya setelah keluar dari sini. Statusnya sebagai anak Liona

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status