Share

Bab 6

Author: Samar
last update Last Updated: 2025-03-18 20:44:45

Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya.

Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya.

“Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya.

Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?”

Tatapan Meiva semakin tajam terarah pada Ellen, harusnya ia menyadari sikap licik mantan temannya itu akan selalu melekat di mana pun keberadaannya. Pasti dengan sengaja Ellen membuat suasana supaya keruh.

“Kamu mendengar pembicaraan kami, Raline?” Ellen menggeleng berpura-pura menyesal membuat Meiva semakin muak dengan sandiwarannya.

“Sebenarnya aku tidak berniat melibatkan siapa pun ke dalam pembicaraan kami berdua. Tapi, ternyata kamu sudah mendengarnya lebih dulu. Apa boleh buat, aku tidak bisa mengelak lagi. Barusan aku berdebat dengan Meiva karena aku kurang setuju dengan sikapnya.”

Tangan Meiva mengepal erat hingga kuku-kukunya yang di cat berwarna pink glossy menancap dikulitmya. Matanya melirik ke arah Clovis yang sedang bicara dengan laki-laki yang lebih tua tidak melihat ke arahnya.

“Aku tahu kariermu meredup satu tahun belakangan ini, tapi seharusnya kamu fokus memperbaiki diri, supaya bisa memcapai puncak popularitas. Aku bahkan bersedia membantumu, kalau memang kamu mau. Tapi, kamu justru memilih merayu para pria. Kemarin kamu digosipkan dengan pejabat beristri, sekarang kamu bersama pria lain lagi?” ucap Ellen dengan suara lembutnya yang pura-pura prihatin.

Sungguh, Meiva tak membutuhkan itu!

“Meiva, aku dan Clovis menjalin ikatan pernikahan selama dua tahun, dia sengat mencintaiku, dan pernah bilang kalau selamanya tidak akan menggantikan posisiku di hatinya. Begitu dia datang bersamamu, aku sangat terkejut, dan aku yakin dia tidak akan memilih Perempuan sembarangan untuk jadi pendampingnya. Tapi saat tahu kelakuanmu seperti itu, aku rasa kamu bukan orang yang tepat bersamannya, Clovis berhak mendapatkan yang lebih baik,” ucap Raline.

Mereka pikir, Meiva peduli dengan anggapan tidak berguna, yang terdengar seperti dengungan lebah di telinganya, tentang hubungannya dengan Clovis? Sama sekali tidak!

Satu-satunya yang dia pedulikan adalah tentang harga dirinya. Setiap mendengar tuduhan tidak berdasar mengenai dia Perempuan penggoda, hati Meiva berdenyut nyeri.

Kalau saja dia menolak tawaran Clovis tentu saja citra buruknya tidak akan bertambah sekarang. Karena dirinya tidak akan bertemu dengan orang-orang seperti mereka.

Meiva menarik napasnya dalam, membuat dirinya sedikit lebih tenang meletakkan gelas yang masih berisi sisa bekas minumannya setengah. Tidak ingin masuk ke dalam konflik yang lebih panjang, ia memilih meninggalkan tempat luas yang berhiaskan lampu menambah Kesan mewah itu.

Meiva melangkah cepat tanpa mempedulikan Clovis yang kini sedang memiringkan wajah menatapnya di sela-sela perbincangan dengan seorang sutradara.

“Tim akan sangat senang, kalau Pak Clovis mau menyuntikan dana ke dalam produksi film kami. Jujur, kami memulai proyek ini dengan dana yang sangat minim dan terbatas.” Sudah sejak tadi, sutradara berjidat lebar itu mengeluarkan semua kata-kata manis dan merayu di hadapan Clovis yang dia Yakini bisa memberinya kucuran dana untuk biaya produksi film terbaru yang akan dirilis.

Namun, Clovis yang begitu diharapkan tampaknya sama sekali tidak mendengar ucapanya, justru memilih berjalan cepat tapi, tidak mengurangi wibawanya berusaha menghentikan Meiva.

Mengetahui Clovis berjalan di belakangnya, Meiva semakin mempercepat langkah, hingga suara hak tinggi yang menginjak lantai marmer menggema di lorong menuju halaman depan.

“Berhenti, Nona Meiva!” cegah Clovis menggapai pergelangan tangan Meiva. Bingung dengan sikap gadis itu yang tiba-tiba berubah dingin.

“Pak Clovis, aku sudah menjalankan tugasku dengan datang ke pesta ini. aku juga sudah memainkan peran sebagai tunanganmu, maka tugasku sekarang sudah selesai. Aku mau pulang.” Meiva sudah menerima resiko besar, dia dirandahkan bahkan dianggap Perempuan matre, setelah menerima tawaran Clovis, tapi, setidaknya dia akan terbebas dari rugi setelah ini.

“Lepaskan tanganku, Pak Clovis,” imbuhnya. Tangan lebar Clovs perlahan mengendur, memberikan ruang untuknya pergi.

Meiva keluar melewati lorong yang kini dilewati oleh beberapa tamu dan pelayan. Setidaknya Meiva lega sekarang, sebab tidak lagi terganggu oleh kehadiran pria itu. Ia pun mempercepat langkahnya hingga sampai di halaman depan.

Berhenti saat mengeluarkan ponselnya dari dalam tas untuk memesan taxi, tapi secara bersamaan ponselnya menyala siap menekan aplikasi pemesan, pandangannya teralihkan pada mobil hitam yang berhenti tepat di hadapannya.

Seorang laki-laki muda berpakaian rapi dengan stelan jas berwarna navy keluar dengan sigap membuka pintu tengah. Pandangan Meiva mengarah ke seseorang yang sedang duduk dengan kaki saling bertumpu, Clovis.

“Nona Meiva, Pak Clovis ingin Anda masuk,” ucap laki-laki yang merupakan sekertaris Clovis.

Meiva mematung sesaat, hingga kemudian suara barinton membuatnya mengerjap. “Masuklah, ada banyak kamera pengawas yang mengikuti pergerakanmu.”

Clovis bersuara dari dalam mobil, wajahnya datar tidak bisa ditebak. Tak ingin memperpanjang situasi, Meiva memilih menuruti keinginan laki-laki itu, hingga mereka melanjutkan perjalanan.

....

Meiva sedikit membukukkan punggungnya setelah turun dari mobi, mengucap terimakasih.

Setelah mobil Clovis pergi, setidaknya ia merasa lega, sebab telah selesai melewati masa-masa menegangkan bersama pria itu.

Meive memutar badannya ingin segera masuk ke dalam apartemen. Ia merasa lelah fisik dan juga pikiran, ingin istirahat.

Namun, tepat saat ia berbalik di Alden berdiri di hadapannya. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada laki-laki itu menatapnya sinis.

“Tadi yang mengantar selingkuhanmu?” tanya Alden tanpa basa-basi.

Pasti Ellen sudah menceritakan apa yang terjadi di pesta tadi. Dan sekarang Alden dengan tidak tahu malunya menuduh Meiva selingkuh.

Meiva memilih terus berjalan melewati gerbang masuk, mengabaikan Alden. Namun, lelaki itu tidak membiarkannya pergi justru mengejarnya hingga sampai di unit apartment tempat tinggal Meiva.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kariea1p
lanjut suka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 49

    “Ini rincian naskah yang sebenarnya?” Clovis mengernyitkan dahi membaca isi naskah yang diberikan oleh penulis.Sutradara Niel, penulis dan produser terlihat bingung setelah melihat naskah ke atas meja begitu saja.“Kenapa Anda terkejut begitu, Pak? Maaf, bukannya Anda sudah membaca naskahnya sebelumnya?” tanya penulis bernama Rully itu.Begitu juga dengan sutradara Niel yang kini turut mengangguk. “Benar, sebelumnya Anda membacanya, bahkan dengan sangat detail, lalu setuju dengan semuanya.”Wajah Clovis tampak muram jari telunjuknya mengusap-usap pelipisnya seiring dengan mata terpejam, sontak membuat suasana dalam ruangan itu terasa mencekam.“Kurasa, pemeran utama juga tidak akan keberatan dengan adegan itu, mereka sangat professional,” ucap Rully.Clovis sontak menggeleng. ‘Dia adalah wanitaku,’ batinya.“Sebaiknya hilangkan saja adegannya,” ucapnya kemudian.“Pak Clovis, semua adegan dan teks di dalamnya sudah diatur sejak lama, kalau tiba-tiba meminta kami untuk menghilangkan ad

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 48

    Tanpa Meiva dan Clovis sadari, di antara banyaknya wartawan. Ada satu media masa yang melihat mereka turun dari mobil secara bergantian. Gerak gerik Meiva yang menyelinap masuk ke gedung menimbulkan kecurigaan langsung menggerakkan tangan wartawan itu untuk mengangkat kamerannya, menggambil foto Meiva tersembunyi. Meiva masuk dengan santai setelah lolos dari kerumunan wartawan. Dia segera ke ruangan pertemuan yang ada di lantai lima. Sambil berjalan tergesa-gesa ia mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi Emeli yang seharusnya sudah di sini sebelum dia sampai. “Apa kamu sudah sampai, Meiv?” Meiva memejamkan mata mendesah kesal. “Bukankah kamu yang seharusnya lebih dulu sampai di sini?” “Maaf, Meiv, mendadak kakakku menelepon minta aku mengantar ke rumah sakit. Ini baru saja aku dalam perjalanan ke sana, kamu masuklah duluan, aku akan segara menyusul.” “Oke.” Secara bersamaan Meiva membuka pintu, tubuh rampingnya hampir saja tertabrak oleh tubuh tegap yang akan keluar da

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 47

    “Lumayan.” Mendengar kata ‘lumayan membuat Meiva seketika menoleh. Entah apa maksud Clovis mengatakannya. “Sudah kubilang, kalau dia adalah Perempuan yang baik.” Pipinya bersemu merah saat mendengar pujian itu. Tangannya memotong daging panggang di atas piring hadapannya. “Ya, mama benar. Dia gadis baik.” “Dan juga patuh.” Clovis melirik sambil menyeringai di samping Meiva. Tapi, entah kenapa ia merasa lirikkan itu seperti sebuah ancaman. Ia mengusap-usap belakang leher sendiri, ketika merasakan takut, juga canggung. Acara pertemuan kali sangat berangsur sangat formal, para pelayan pun menyajikan makanan secara khusus. Nyoya Liona sibuk mencicipi makanan satu persatu sebelum menyuruh yang lain menyantapnya. “Clovis memiliki alargi susu, oleh sebab itu, aku harus memastikan kalau tidak ada kandungan susu dalam setiap menunya.” “Dan kamu juga harus mengingatnya, Lily, supaya di masa depan berhati-hati.” “Hanya masalah kecil, tidak perlu dibicarakan,” potong Clovis ti

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 46

    Pasok udara di sekitarnya semakin menipis. Di dalam kegelapan saja, membuatnya merasa sesak, apa lagi sekarang tangan kekar Clovis terus membekapnya. 'Pria ini gila, seperti yang dikatakan Austin.'Saat tenaganya hampir saja habis, Clovis mengendurkan tangannya. Meiva langsung meraup napas sebanyak-banyaknya, untuk memasukkan oksigen dalam dadanya terpenuhi. "Ka—" Secara bersamaan Meiva membuka mulut ingin bicara, lampu dalam kamar mandi itu menyala. Mata kecoklatannya, bertatapan dengan netra hitam pekat milik Clovis. Saat ini lelaki itu baru menyadari, kalau perempuan yang bersamanya sejak tadi adalah Meiva? Dahi Clovis mengkerut dalam, saat menyadarinya. Antara malu, dan juga canggung saat perempuan itu menatapnya dengan napas terengah-engah karena ulahnya. "Bagus sekali, Pak Clovis," ucap Meiva dengan suara pelan sambil tersenyum sinis. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Mereka sudah bertemu sejak beberapa jam yang lalu, tapi kini Clovis bersikap seolah baru saja bangun dari

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 45

    Bab 45 Saat menyadari langkah kaki lelaki itu masuk melalui celah pintu yang terbuka, Meiva reflek mundur, tangannya yang gemetar mengarahkan senter di ponselnya ke wajah lelaki itu, tapi karena panik ponselnya terjatuh ke lantai, meski pun tidak mati, Cahaya itu berbalik meyorot ke kaki jenjangnya.Dalam ruang yang minim pencahayaan itu, Meiva sama sekali tidak merasakan sikap baik laki-laki itu, bayangan hitam itu semakin mendekat seperti malaikat maut. Tanganya terulur ke belakang pinggang ramping Meiva, guyuran air dingin menerpa kulit Meiva Kemudian memejamkan mata, tersentak, kala buliran air terjun bebas melewati kelopak matanya. Hawa panas dari tubuh lelaki kian mendekat, Meiva mendongak saat jari lelaki itu mengangkat dagunya, Meiva berusaha mengamati wajah itu, meski pun tidak jelas di balik sama-samarnya pencahayaan, ia bisa merasakan hawa penindasan yang begitu kuat. “Lepaskan aku!” Meiva menggunakan keberaniannya untuk menyingkirkan tangan lelaki itu. ia bergera

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 44

    Kaki jenjang berkulit putih Meiva berangsur mundur, ketika dia menyadari kalau sudah salah memilih tempat berpijak. Meski pun ia tak melihat wajah pria di balik bayangan hitam itu, tapi, aura menyeramkan telah memenuhi ruangan membuat Meiva lagi dan lagi menelan saliva. ‘Aku menghargai Nyonya Liona, tapi aku juga menghargai nyawaku sendiri, lebih baik meninggalkan tempat ini dari pada meninggal untuk selama-lamanya,’ batinnya, mengamati benda-benda yang diletakkan di meja dan lingerie di atas ranjang, dengan cepat kemudian dengan cepat ia berbalik. Tidak menoleh lagi, ia segera membuka pintu keluar dari tempat menyeramkan itu. Namun, berulang kali tangan berkulit putihnya memutar handle pintu, tapi tak kunjung terbuka. Tanpa menyerah, ia mengulangi dengan cepat, berharap keajaiban terjadi.“Permainan belum dimulai, kau mau pergi, Nona?” Clovis sengaja tidak menunjukkan wajahnya, sebab ia tidak ingin perempuan itu mengenalinya setelah keluar dari sini. Statusnya sebagai anak Liona

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status