Share

7. Lepaskan!

PESAN WA DARI JANDA SEBELAH

Part 7

Kutarik paksa baju Meisya di bagian dada hingga sobek.

Kali ini, dia nggak akan bisa melawanku. Emangnya enak, berhari-hari didiemin nggak dikasih jatah. Sekarang lihat saja, kalau aku sudah bergerak. Tamatlah riwayatmu Meisya!

Tatapan kami saling beradu. Aku menyeringai bagai serigala yang hampir menikmati mangsa. Wajah Meisya yang tadi ketakutan, sekarang malah mendongak padaku.

Bugh!

Aku meringis. Kala sebuah tendangan mendarat di area kejantananku.

Gerakan Meisya tadi sangat cepat. Tak kalah cepatnya dari kilat.

Tubuhku terhuyung mundur. Sembari memegangi area selakangan. Rasa sakit luar biasa hingga membuat bibir ini berdesis menahan.

"Sakit nggak? Mau lagi? Jangan macam-macam kamu, Mas! Kamu lupa ya, kalau dulu aku pernah jadi atlet Karate." Ia mencibir. Sedikit merunduk melihat aku tengah kesakitan terlihat membuat wajahnya senang.

Baju Meisya yang terkoyak hingga memperlihatkan dada bagian atasnya. Ia busungkan seperti pemenang.

"Me-Meisya! Tega sekali kau. Aw …!" desisku masih memegangi si burung Perkutut yang masih terasa nyeri.

"Mau kutendang lagi? Hah! Kalau aku mau, aku bisa membuat lehermu patah, Mas. Sayangnya, melawan bajing4n sepertimu tak perlu cara seperti itu. Lama-lama juga, kamu akan terbunuh dengan kelakuanmu sendiri. Sekarang, pergi kau dari rumahku!"

Meisya menutup koper lalu menyeretku ke luar dari rumah.

Koper hitam legam ia lempar ke dekatku yang sedang terduduk di teras.

"Meisya, jangan usir aku Mei. Kasihan Arga kalau kita pisah." Aku memohon. Berharap ada sepercik maaf dari Meisya.

"Arga nggak butuh ayah brengs£k kaya kamu, Mas! Mendingan, sekarang cepat kamu angkat kaki dari sini. Masalah perceraian kita, kamu nggak perlu khawatir. Aku yang sendiri yang akan mengurusnya agar kamu bisa cepat nikah sama janda gatel itu."

Ia berdiri di ambang pintu. Melontarkan segala kata tanpa jeda.

"Aku suamimu, kamu nggak akan pernah bisa dapat surat cerai kalau aku nggak setuju!"

"Kata siapa? Ya … tinggal pilihlah Mas, kamu mau masuk penjara atau ceraiin aku? Kamu lupa, kalau tadi siang udah mukul Bang Sena sampai berdarah. Tinggal lapor ke polisi atas kasus penganiayaan karyawan sama Bosnya. Meringkuk di penjara kamu, Mas." Seringai Meisya membuatku tenggorokanku tercekat. Aku nggak mau masuk penjara.

Kenapa aku harus terjebak dengan kedua pilihan sulit ini.

"Oke, aku pergi dari rumah ini. Tapi, perlu kamu ingat. Aku nggak akan pernah rela kalau ada orang lain yang memilikimu selain aku. Camkan itu!"

Sempoyongan aku berdiri sembari menyeret koper. Kali ini, aku ke luar dari rumah hanya membawa pakaian saja. Pernikahanku dengan Meisya sudah hancur berkeping.

Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu. Langkah ini lekas berhenti dan aku menoleh.

Meisya hampir menutup pintu.

"Meisya! Aku masih punya harta gono gini di rumah ini. Apa kamu lupa?" Teriakku.

Meisya menghentikan aktivitasnya. Ia melongokkan kepala di tepi pintu.

"Oh iya, Mas. Aku ingat, tunggu ya. Akan aku ambilkan hartamu yang tertinggal." Meisya masuk ke dalam rumah.

Beberapa saat menunggu.

Meisya ke luar membawa akuarium berbentuk persegi panjang lengkap dengan dua ikan cupang di dalamnya.

"Ini Mas, satu-satunya harta kamu yang tertinggal. Untuk uang yang selama ini sudah kamu kasih. Semua sudah aku belanjakan untuk keperluan Arga. Seperti pampers dan susu. Kalau kamu mau bawa pamper sama susunya biar aku ambilkan sekalian. Biar kamu bisa pergi dengan tenang."

Tanganku memegang akuarium yang disodorkan Meisya.

Yang dimaksud harta bukan ikan cupang ini. Melainkan dulu aku pernah ikut membantu merenovasi dapur. Apa-apaan dia, kenapa serakah sekali. Harusnya kan bisa menggantikan uangku yang sudah dipakai untuk dapur itu.

"Mei, bukan ini yang aku maksud. Tapi … dulu uangku sudah terpakai untuk renovasi dapur," kataku. Wanita itu tersenyum miring.

"Oh itu … kalau kamu mau, silakan saja ambil dapurnya. Itu pun kalau kamu kuat menggotongnya sendiri." Meisya tertawa renyah. Setelahnya ia menutup pintu tanpa mengucap salam perpisahan padaku.

Sekarang, aku harus tinggal di mana? Mau pulang ke rumah orangtua jauh.

Mau ke rumah Marimar nggak mungkin juga. Bisa habis aku digrebek sama warga.

Sembari melangkah, mata ini tak lekang menatap rumah Sena. Yang berada tepat di depan rumahku. Ah, sekarang bukan rumahku lagi.

Rumah mewah berlantai dua itu sepi. Pintunya tertutup rapat. Bisa saja sekarang Sena lagi sembunyi sambil mengintip aku dan dia tertawa bahagia.

Awas saja, nanti kalau aku jadi orang kaya. Akan kubalas dia berkali-kali lipat.

Aku terduduk di pinggir jalan. Meletakan koper dan akuarium yang airnya tinggal setengah pendek.

Dua ikan berwarna merah menari. Mengepakan sirip yang indah, saling berenang mengejar satu sama lain. Sengaja kubeli ikan ini untuk hiburan sambil momong Arga. Dan sekarang, hanya ini yang tersisa. Aku kehilangan anak juga istriku. Harapanku hanya satu, yaitu Marimar. Nggak mungkin juga aku akan jadi gelandangan yang nggak punya tempat tinggal. Jika aku pulang ke rumah orangtaku. Sudah pasti habis aku diomelin mereka karena pisah sama Meisya.

Untung saja komplek ini nggak banyak orang yang berlalu lalang di jalan. Kebayang malunya kalau misalkan ada yang melihatku dengan keadaan begini.

Kurogoh ponsel dalam saku. Lalu menekan nomor seseorang.

"Maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Segera lakukan pengisian pulsa."

Degh!

Jantungku tersentak. Operator bilang pulsaku tidak cukup?

Lekas kutekan beberapa digit nomor untuk mengecek pulsa.

Di sana tertulis bahwa sisa pulsaku nol rupiah. Meyedihkan.

Jemari ini bergerilya mengaktifkan data. Lalu mengirim pesan pada Ridwan dengan aplikasi W******p.

Semakin menyedihkan lagi. Gambar jam pending di bawah pesan yang aku kirim tertera. Itu tandanya pesanku tidak terkirim.

Drrtt! Drrt!

SMS dari operator menghiasi layar datar ini.

Kulik pesan tersebut.

[PENTING: Kuota Utama habis. Pemakaian selanjutnya degan tarif dasar maks Rp.10rb/hari. Ayo beli paket Extra di *123#]

Astaga! Aku tercengang membacanya. Disituasi genting begini masih sempat-sempatnya kuota internetku juga habis. Ah, kalau tahu begini, besok akan kujual HP ini untuk membeli paket data.

Gimana caranya ngehubungin Ridwan kalau seperti ini?

Kucengkeram rambut frustasi. Sudah diusir sama Meisya. Aku nggak punya tempat tinggal juga sekarang. Hidupku benar-benar hancur.

Mata ini teralih. Pada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah Sena.

Seorang wanita cantik itu ke luar dari mobil dan berdiri di depan rumah duda itu.

Siapa dia? Kalau dia wanita pacarnya Sena. Aku jadi punya ide bagus untuk membalas perlakuan Sena hari ini.

Siap-siap kupanggil warga untuk menggrebek dia.

Bersambung

Cuz komen yang menarik. Untuk yang rajin komen dari bab 1 Sampe 15. Nanti author kasih koin emas 200 buat dua pemenang 😍 baca aturannya di sinopsis ya.❤️

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Winwin Tri Winwin
ker3n bgt ini,lanjutt thorrr
goodnovel comment avatar
Sumini Siti
bagus banget
goodnovel comment avatar
Sumini Siti
bagus seruu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status