Share

Sama-sama Sampah

Part 3

Sama-sama Sampah

 

[Cowok kecil ganteng itu, anaknya Kak. Dia memang duda, sudah bercerai selama setahun, karena istrinya ketahuan selingkuh. Tragis Kan? Bodoh banget kurasa mantan istrinya itu, lelaki sebaik dan setampan Mas Bimo kok masih diselingkuhin. Bener nggak Kak?]

Keterlaluan  sekali Mas Satrio, aku yang selalu setia padanya, malah difitnah, dan dia juga mengaku sebagai duda. Duh pintar sekali suamiku itu berbohong

[Iya, bener banget Kak. Maaf nih, apa Kak  Karen nggak takut gitu di tipu? Secara sekarang kan banyak sekali penipuan...]

[Nggaklah...dia ini memang benar-benar suka sama aku kok. Buktinya sejak kami kencan enam bulan yang lalu, dia telah memberiku banyak materi, bahkan aku dihadiahi sebuah mobil saat ulang tahunku sebulan yang lalu Kak.]

Wow hebat sekali ternyata suamiku ini, meski tiap bulan dia telah memberiku nafkah sebanyak lima belas juta, nyatanya dia tetap bisa memberi wanita lain kemewahan di luar sana. Memang sih, selama ini, aku tak pernah menanyakan perihal berapa uang yang dimilikinya jika proyeknya berhasil. Bagiku diberi uang belanja sehari lima ratus ribu itu sudah lebih dari cukup, toh keperluan lain seperti pulsa, listrik, air, gaji Bik Nurma dan susunya Rangga pun, sudah dijatah tersendiri oleh Mas Satrio. Jadi aku pun tak pernah mau tahu lagi tentang keuangannya.

Sebenarnya pernah satu kali kutanyakan berapa banyak uang yang dimilikinya, namun jawabnya aku tak perlu tahu, yang penting aku tak kehabisan uang dan sisanya ditabung sendiri olehnya, untuk masa depan anak-anak kami nanti, katanya. Namun ternyata uangnya malah dipergunakan untuk kesenangannya sendiri di luar.

Tunggu, aku jadi ingat sebulan yang lalu, aku sempat menemukan sebuah kwitansi dengan nilai ratusan juta, saat sedang membawa baju kotor ke mesin cuci, apa iya itu uang untuk membeli hadiah mobil untuk ulang tahun Karen?

Saat kutanyakan dulu, jawabnya itu kwitansi milik temannya yang sedang membelikan mobil baru untuk istrinya, dan bodohnya, saat itu aku percaya saja, toh kupikir jawabannya masuk akal juga sih. Namun ternyata kini baru ketahuan belangnya.

Hemmm, tunggu saja, dalam waktu dekat kupastikan mobil itu akan berpindah tangan menjadi milikku, karena telah dibeli saat kami masih sah menjadi suami istri. Kulanjutkan kembali perbincanganku dengan Karen, banyak sekali kejutan yang diungkapkan oleh gadis cantik, yang kuperkirakan usianya masih sekitar dua puluh tiga tahun itu.

[Enak bener sih, nasib Kakak bagus banget deh, jadi ngiri...memangnya apa sih usahanya Bimo itu? Kok banyak banget uangnya sampai bisa beliin mobil.]

[Iyalah Kak, hoki memang lagi berpihak kepadaku. Dia ini seorang kontraktor muda Kak, mangkanya duitnya buanyak banget. Dan saat ini, dia dalam proses membuatkanku sebuah butik Kak, di Jalan Merdeka itu loh, yang dekat alun-alun, tahu  kan Kak? Yang ada pertokoan mewah itu, kemarin kami sudah bayar sewa kontraknya selama tiga tahun, dan ini lagi proses rehab dan semoga bisa opening saat selesai acara pernikahan kami nanti.]

Wow...wow...wow! Fantastis sekali hadiah yang diberikan Mas Satrio untuk Karen kali ini. Setahuku pertokoan di Jalan Merdeka itu sewa perbulannya bisa mencapai tiga puluh hingga empat puluh juta perbulan, di kali tiga tahun sudah berapa? Belum lagi untuk rehab dan juga nanti barang dagangannya. 

Sungguh royal sekali Mas Satrio pada Karen, begitu mudahnya mengeluarkan banyak uang. Apa dia tak ingat bagaimana susahnya kehidupan kami empat tahun yang lalu, karena dia hanya seorang tukang bangunan biasa, hingga kemudian aku dengan sukarela menjual tanah warisan orang tuaku untuk modal proyek pertamanya. Dan saat itu, kamu cuma kontrak di sebuah rumah petak, tiap hari aku berjualan jajanan untuk membantu perekonomian kami.

Kini setelah sukses, dia malah akan mencampakkanku dan merayakan kesuksesannya dengan wanita lain, jangan harap semua semudah membalikkan telapan tanganmu Mas. Mulai kini,kita adalah rival!

[Aduh makin ngiri aja deh aku, Kak. Gimana sih caranya bisa gaet laki-laki seperti itu? Bagi tips dong, hehehe.]

[Caranya tuh gampang banget Kak, pokoknya kita itu harus agresif banget sama cowok incaran kita, nggak usah deh malu-malu. Jaman sekarang kalau malu, ya akhirnya cuma bisa gigit jari aja deh. 

Aku dulu sering banget ngirim inbox ke Bimo, dan ya gitu aku selalu mancing-mancing, eh akhirnya dia kepancing deh, sesuai rencanaku. Kemudian kami janjian ketemuan di hotel, dan jadi deh seperti sekarang. Kita harus berani ngasih umpan yang besar agar dapat tangkapan yang fantastis Kak.

[Nggak jadi soal status itu Kak, mau dia duda, perjaka, punya anak, suami orang , om-om, kakek-kakek, apa aja deh, semua menjadi halal untuk digoda selama punya banyak uang, hehehe.]

Astaghfiahaladzim, tadinya kukira si Karen ini baik, dan hanya menjadi korban tipu rayu Mas Satrio, ternyata mereka sama saja, sama-sama sampah! Tak lagi memilirkam harga diri dan kehormatannya hanya demi harta, Nauszubillahi mindzalik. Tunggu saja pembalasanku, akan sampah-sampah itu menyesal telah bermain api denganku.

 

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Agunk Putra
yang udah di tulis jangan di ulang lgi dong di bab berikutnya , kesannya kan ga bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status