Share

Pesugihan

last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-16 22:28:59

Sebuah motor berhenti di depan gerobak bakso. Motor itu tidak asing bagiku. Apalagi suara itu, aku sangat hafal.

“Eh, Mas Arfan. Ini Mas ada cewek udah makan nggak mau bayar.”

Dia lagi, bukankah masih banyak manusia di bumi ini? Kenapa hanya dia yang selalu Engkau pertemukan denganku? Seharusnya Mas Aldebaran saja yang datang, biar dicari Andin.

“Aku udah bayar, ya. Kurang dua ribu doang.”

“Tetep aja kurang, Neng.”

“Biar saya yang bayar, Bang. Sekalian bungkusin 2 bakso kayak biasanya, ya!”

“Siap, Mas Arfan. Tunggu sebentar, ya.”

Dia turun dari motor dan duduk di kursi plastik berhadapan denganku. Aku segera menggeser kursi, tidak enak rasanya berhadapan dengan lelaki yang sudah beristri, apalagi dia dosenku.

“Kenapa mundur?” tanyanya dengan senyum manis.

“Jangan dekat-dekat, Pak.” Aku bisa diabetes jika dia selalu tersenyum seperti itu. Besok aku harus pergi ke dokter untuk memeriksa kadar gula darah.

“Kita sedang tidak di kampus, jangan panggil ‘Pak’ nanti aku dikira Bapakmu. Gak lucu kan ganteng-ganteng begini dikira udah punya anak?”

“Bapak kan emang udah punya anak dan istri.”

“Ha ha ha ...” Dia tertawa sampai memegangi perutnya.

“Kenapa Bapak tertawa? Memang benar ‘kan Bapak udah punya anak dan istri.”

“Memangnya ada yang mau nikah sama saya? Dosen itu gajinya sedikit. Hidup berumah tangga tidak hanya soal cinta, tetapi juga perlu materi. Ganteng aja nggak cukup!”

“Bukannya Bapak bilang jadi ojol untuk menghidupi anak dan istri?”

“Memang, sih. Masih nabung dulu. Nanti kalau sudah ada yang cocok mau langsung saya lamar.”

Mendengar jawabannya entah mengapa membuat hati begitu senang. Jadi, dia belum menikah?

“Ini, Mas, baksonya.” Abang penjual bakso memberikan pesanan Pak Arfan.

“Kembaliannya buat besok aja, Bang.” Dia memberikan selembar uang kertas berwarna biru setelah pesanannya selesai.

Katanya gajinya sedikit, tetapi kenapa dompetnya tebal? Tidak mungkin hasil ngojek bisa sebanyak itu. Jangan-jangan selain dosen dan ojol, dia juga ngepet. Zaman sekarang ini mencari pekerjaan yang haram aja udah susah, apalagi yang halal.

“Selain ojol, Bapak punya sampingan apalagi?”

Bukannya menjawab malah tersenyum. Gemas sekali rasanya. Ingin kucubit pipinya yang menggemaskan.

“Kamu tahu dari mana kalau saya punya banyak sampingan?”

Heh, tuh kan bener. Dia sepertinya pakai pesugihan babi ngepet. Apa jangan-jangan aku mau dijadikan tumbalnya? Mendadak bulu kudukku merinding.

“Duit Bapak banyak, nggak mungkin kalau ngojek dapat banyak segitu.”

“Pinter ... kamu suka baca novel online, nggak?”

“Novel online? Lumayan, sih. Makanya aku sampai pakai kacamata gini.”

Dia tersenyum lagi, sumpah bisa jantungan jika lama-lama berdekatan dengannya.

“Seharusnya kamu jangan hanya baca. Coba nulis, deh. Menulis itu mudah, cari idenya yang susah.”

“Kalau saya nih punya ide banyak, Pak. Hanya saja saya belum ada niat untuk menulis, masih suka baca aja.”

Aku memang sering membaca novel online. Tidak hanya di aplikasi hijau, tetapi di aplikasi biru dan orange juga. Aku sampai follow akun author kesayanganku. Dia beda dari author famous yang lainnya. Di saat yang lain suka menulis tentang drama rumah tangga, dia nulis tema romance comedy. Komedi itu membuat orang tertawa dan bisa menghibur. sama seperti saat membaca novel ini.

“Memangnya siapa author favorit kamu? Boleh saya tahu? Saya juga suka baca novel online. Apalagi yang gratisan.”

Dasar medit. Biar begini aku masih nyisain sedikit uangku untuk buka gembok. Apalagi di aplikasi ini bisa baca pakai iklan.

“Kenapa Bapak kepo sekali?”

“Kali aja kita ngefans sama author yang sama.”

Aku memalingkan wajah saat dia bertanya kepadaku. Senyumnya sangat berbahaya. Aku takut akan radiasi senyumannya.

“Hmmm ... kasih tahu gak, ya?”

"Nggak usah!"

Eh! kenapa dia ngambek?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Babang Ojol    TAMAT

    Kehidupan berumah tangga di awal pernikahan memang selalu manis. Apalagi bagi kami yang selama ini tidak pernah pacaran. Namun, semuanya berubah saat negara api menyerang. Tidak hanya orang tua, tetangga, bahkan mahasiswa di kampus menggunjing karena aku tidak hamil-hamil. Padahal kami sudah berusaha semaksimal mungkin sampai Ayah membelikan ramuan Jawa yang katanya sangat ampuh. Bukannya manjur, aku dan suamiku malah masuk rumah sakit. Kami mengalami diare sampai dehidrasi. Katanya suami dan istri harus sama-sama meminum jamu supaya subur. Kami sudah cek ke dokter dan tidak ada masalah serius padaku maupun suamiku. Kami sama-sama sehat, mungkin memang belum rezekinya. “Maafin Ayah, ya, Fa. Tidak ada niat sedikit pun untuk mencelakai kalian,” ujar Ayah sambil menciumi tanganku. “Tidak apa-apa, Pak. Namanya juga usaha,” jawab Mas Arfan dengan senyuman yang setengah dipaksakan. Sudah lima bulan kami menikah dan belum ada tanda-tanda hamil. Mungkin benar kata Mas Arfan jika aku harus

  • Pesona Babang Ojol    Bonus

    Satu minggu setelah menikah, aku menemukan fakta baru. Ternyata suamiku orang kaya raya. Ayah hampir jantungan mengetahui semua fakta yang Pak Arfan ungkapkan. “Kenapa kamu nggak jujur dari awal, Nak?” tanya Ayah setelah kami pulang dari hotel. Baru dua hari kami menikah, aku kedatangan tamu bulanan. Pak Arfan kecewa karena kami gagal bulan madu ke Yogyakarta. Akhirnya dia memintaku tinggal di hotel selama satu minggu sebelum pulang ke rumah Pak Shaka, orang tuanya. “Kalau saya jujur dari awal, Syifa pasti langsung mau nikah sama saya,” jawabnya penuh percaya diri. Dengan kesal kucubit pinggangnya. Semenjak kami menikah, aku semakin dekat dengannya, tetapi tetap saja tidak bisa berhenti memanggilnya “Pak”.Ternyata dia lelaki yang sangat baik. Dia mau menerimaku apa adanya meski aku bukanlah wanita yang sempurna. Dia mau membimbing dan mengajarkan banyak hal yang selama ini tidak aku ketahui. Namun, sampai sekarang aku belum tahu apa alasannya merahasiakan identitasnya dari

  • Pesona Babang Ojol    Malam Pertama

    Aku kembali ke kamar setelah tidak ada seorang pun tamu. Lelah sekali rasanya berdiri seharian. Pak Shaka dan Mama sudah pulang setelah Ayah pergi. Gedung untuk acara resepsi pun sudah dibersihkan. “Fa, aku mandi dulu. Kamu mau ikut?” tanya Pak Arfan sambil mengerlingkan mata.Pak Arfan benar-benar meresahkan. belum apa-apa saja sudah membuat jantungku ingin lepas dari tempatnya.“Enggak, nanti yang ada enggak jadi mandi.” “Nggak jadi mandi? Terus ngapain?” tanya suamiku sambil berjalan mendekat ke arahku. Aku harus jawab apa? Duh, nih mulut kenapa asal jawab. “Ngapain, ya? Aku enggak tahu. Masih polos.”“Sini aku ajarin!” Heh? Aku melotot dibuatnya. Sejak kapan Pak Arfan jadi sevulgar itu?“Aku bercanda. Kamu jangan omes!” Dia tertawa hingga tubuhnya terguncang. Dengan kesal aku melempar bantal ke arahnya. Namun dia kabur, menyebalkan sekali.Kulepaskan hijab dan aksesorisnya yang terasa berat di kepala. Aku membersihkan sisa make up dengan milk cleanser dan face tonic. Wajahku t

  • Pesona Babang Ojol    Malam Pengantin

    Kami berjalan bergandengan menuju kamar, rasanya lututku lemas. Kuremas kuat tangan suamiku untuk mengurangi rasa gugup. “Mau kugendong?”Aku membelalakkan mata. Tidak menyangka dia tahu isi hatiku. Aku mengangguk pasrah, daripada pingsan. Dia membopongku ala bridal style. Bukan seperti mengangkat karung beras. Aku menenggelamkan muka ke dadanya. Pipiku pasti sudah sangat merah. “Ternyata kamu tambah berat.”What?Setelah sampai di kamar, Pak Arfan merebahkanku di kasur. Dia menatapku cukup lama hingga membuatku berpaling. Ya Allah, kami sudah halal, beginikah rasanya berduaan dengan laki-laki di dalam kamar? Jantungku berdebar tidak karuan, ada rasa yang menggelitik di hati. Ingin rasanya aku—“Kamu mikirin apa sampai senyum-senyum begitu?” Aku tersadar dari lamunan. “Enggak, aku cuma—“Suamiku masih dengan posisi yang sama, masih menatapku dalam. Kemudian semakin mengikis jarak di antara kami. “Bolehkan aku melakukannya lagi?”“Melakukan apa?” Pertanyaannya sangat ambigu. “Kiss,”

  • Pesona Babang Ojol    Alhamdulillah, Sah!

    Terdengar berisik suara gedoran pintu kamarku. Siapa, sih, pagi buta begini gangguin orang saja. Aku menarik selimut hingga menutup kepala. Kulihat Faiha masih tertidur pulas. Namun, beberapa saat kemudian suara Bulik terdengar melengking dari luar jendela. “Syifa! Kamu jadi nikah apa enggak, sih? Periasnya sudah datang,” teriak bulik sambil menggedor-gedor jendela kamar. Astaga, aku terperanjat dan segera mengecek ponsel. Tanggal 10 Oktober 2021. Ya Allah, hari ini aku akan melepas masa remaja. Waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi. Gasik sekali datangnya. Aku harus segera mandi dan salat Subuh. “Iya Bulek, aku keluar.” Aku segera bangun dan turun dari tempat tidur. Namun nahas, kakiku semutan sehingga membuatku jatuh terjungkal. Aku tergeletak di lantai. Kakiku mati rasa, aku harus menunggunya hingga kembali pulih. Ya Allah, gini amat punya adik syemok. Kaki Faiha menindih kakiku hingga membuatnya kesemutan.Aku segera membangunkan Faiha dan mengajaknya salat, tetapi dia tid

  • Pesona Babang Ojol    Nggak jadi, deh!

    Setelah kepergian kedua adikku, aku pergi ke dapur untuk membuat kopi. Biasanya aku menyiapkan kopi untuk ayah. Namun, langkahku terhenti kala melihat pakde dan paklik menghadangku di depan pintu dapur.Mau apa mereka? Ayah tidak ada di rumah, bude dan bulik belum juga datang. Ya Allah, selamatkanlah aku. “Kamu mau ke mana, Fa?” tanya Paklik sambil tersenyum. Sedangkan pakde berbisik di samping telinga paklik. Sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu. Aku harus waspada. Jangan sampai kejadian di novel online itu terjadi padaku. Mengerikan sekali ketika ada seorang gadis yang dinodai 30 pria, dan orang yang menjebaknya adalah pamannya sendiri. “Aku mau bikin kopi buat ayah,” jawabku gugup. Mereka tersenyum menyeringai. Ayah, cepatlah pulang, anakmu sedang ketakutan. “Kebetulan sekali, Fa. Kami mau bikin kopi, tapi enggak tahu gulanya di mana,” jawab pakde sambil menggaruk kepala. Aku menepuk jidatku, separah inikah pengaruh novel online terhadapku? Aku menjadi orang yang sela

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status