Pesona Babang Ojol

Pesona Babang Ojol

Oleh:  Shofie Widdianto   Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
40 Peringkat
43Bab
10.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan Syifa, mahasiswi tomboi yang pecicilan, mulanya damai, aman, sentosa, adil, dan makmur. Namun, kehidupannya berubah 180 derajat saat bertemu dengan Arfan, si babang ojol tampan nan misterius yang digilai banyak wanita, terkecuali Syifa. Sikap Syifa yang cuek dan unik itulah yang membuat Arfan penasaran dan ingin mendekati Syifa. Usaha Arfan yang gigih akhirnya membuat Syifa luluh. Syifa pun mulai membuka hati. Tanpa Syifa ketahui, ternyata Arfan adalah orang kaya, bahkan dia adalah anak pemilik kampus tempat Syifa kuliah. Syifa yang merasa dibohongi merasa sangat kecewa. Cinta mereka berdua diuji. Terlebih hadir seorang wanita lain yang merupakan kisah terindah Arfan di masa lalu. Bagaimana keseruan kisah mereka yang secara tidak langsung dipertemukan oleh takdir?

Lihat lebih banyak
Pesona Babang Ojol Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ogir 92
seru banget
2023-09-09 20:28:03
0
user avatar
Kiki Sulandari
Terima kasih atas kisah novel yg bagus ini Ditunggu karya berikutnya,kak Semangaaat...️...️...️
2023-05-14 02:48:56
0
user avatar
Kiki Sulandari
Asyiiik....ada tiket berbulan madu ke Yogya nih... Ok,..let's go.........
2023-05-14 02:42:30
0
user avatar
Kiki Sulandari
Syifa....walau berusaha tenang,hati tetsp dag dig dug.....?menjelang "Malam Pertama".........
2023-05-14 02:26:24
0
user avatar
Kiki Sulandari
Akhirnya Syifa & Arfan telah resmi menikah,... Akad nikah berjslan lancar...Alhamdulillah....
2023-05-13 01:51:36
0
user avatar
Kiki Sulandari
Ibra,..kenapa ksmu tiba tiba saja melamar Syifa,saat Syifa akan menikah? Gawaaat....
2023-05-13 01:38:43
0
user avatar
Kiki Sulandari
Lho...ada apa,ya? Kenapa pakde & paklik menghadang Syifa didepan pintu dapur?
2023-05-13 01:28:34
0
user avatar
Kiki Sulandari
Siapa yg lagi ketawa ketiwi di kamar Syifa?
2023-05-13 01:15:14
0
user avatar
Kiki Sulandari
Adududu,Syifa......dandannya kelamaan,sih Jadi terputus deh sambungan telepon dengan Arfan.........
2023-05-13 01:07:16
0
user avatar
Kiki Sulandari
Untuk apa Arfan ke Yogyaksrta?
2023-05-13 00:55:59
0
user avatar
Kiki Sulandari
Syifa...walaupun hati cemburu,tapi peraturan lalu lintas jangan dilanggar dooong.........
2023-05-12 02:22:48
0
user avatar
Kiki Sulandari
Syifa cukup shock ketika tahu pak Shaka adalah orang tua Arfan... Arfan....kasihan sama Syifs tuh....
2023-05-12 02:13:00
0
user avatar
Kiki Sulandari
Ada rahasia tentang Arfan yg belum terungkap Semoga Syifa tidsk kaget....
2023-05-12 02:06:08
0
user avatar
Kiki Sulandari
Pasti berat bagi seorang ayah untuk melepas anak gadisnya menikah.........
2023-05-12 01:57:53
0
user avatar
Kiki Sulandari
Ooooh...ternyata Dewi itu mantan pacar Arfan Tapi kenapa Dewi meminta Syifa menjauhi Arfan? Mungkinkah Dewi masih mengharapkan Arfan lagi?
2023-05-12 01:43:50
0
  • 1
  • 2
  • 3
43 Bab
Angkutan
“Duh, gimana nih! Udah telat, mana dosen kiler pula.”Aku mondar-mandir menunggu angkutan umum. Gerakan kakiku sudah seperti setrika yang melicinkan baju. Perjalanan ke kampus membutuhkan waktu selama lima belas menit, jika telat sedikit saja aku bisa mendapatkan nilai C. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga setengah jam tidak kunjung datang juga angkutannya.Aku mulai resah menunggu hingga datanglah mobil berwarna orange. Kulambaikan tangan hingga ia menepi. Hanya ada dua penumpang di dalamnya, seorang perempuan membawa pisang beberapa tundun dan satunya lagi nenek tua yang sudah tertidur.“Jalan, Bang!”“Ngetem dulu, Neng. Nunggu penumpangnya banyak,” jawab Pak Sopir.“Ya Allah ... ini hari Sabtu, Bang. Nggak bakal ada anak sekolah. Udah siang, nih, aku bisa telat!”Berkali kulihat jam di ponsel, tetapi angkutan tidak kunjung melaju.“Sabar, Neng. Orang sabar disayang pacar.”“Aku nggak punya pacar, Bang. Jomlo lillahi ta'ala.”“Mau jadi pacar Abang, nggak?” tanyanya sambil
Baca selengkapnya
Helm
Babang ojol berlari mendekatiku. Dag dig dug jantungku berdegup kencang saat melihatnya, dia terlihat begitu manis setelah membuka helmnya. Duh, bisa diabetes ini, Mas. “Ada apa, Mas? Aku ‘kan udah bayar!” Lagi, dia tersenyum kepadaku. Ya Allah, meleleh hati ini. Dia mengulurkan tangan kanannya kepadaku. Apakah dia mau kenalan? Tahan senyum, Syifa! Jangan bertingkah bodoh. “Helmnya, Neng,” ucapnya sambil tersenyum. Sial, pipiku sudah semerah kepiting rebus. Rasanya aku ingin mengubur diriku hidup-hidup. “Maaf, Mas. Kelupaan.” Aku segera melepas helm dan mengembalikan kepadanya. “Meskipun jelek begini, harganya mahal, Neng. Lebih mahal daripada gaji saya sehari.” Aku melihat helm hitam dengan kaca bening itu. Di belakangnya ada tulisan ‘H*nda' yang sudah sangat familiar. Dasar babang ojol tukang bohong, helm gratisan aja bilangnya mahal. Dikiranya aku bohoh? Heh! “Iya-iya, maaf, Mas. Saya ‘kan udah bilang kalau lupa. Saya buru-buru, dose
Baca selengkapnya
Kenalan
Aku melihat lelaki yang pagi ini sudah menolongku, sekaligus membuat naik darah. Dia sudah terlalu membuat hati ini baper, eh, langsung dijatuhkan gitu aja. Udah gitu aku habis ditipu sama dia. Aku harus memberikan pelajaran padanya.Aku melipat lengan gamisku hingga ke siku. Bersiap memberikan sebuah pelajaran kepada babang ojol. Aku tidak boleh terpesona dengan ketampanannya. Pelan tapi pasti, aku berjalan dengan berkacak pinggang hingga sampai di sampingnya. Dia menoleh ke arahku. “Heh, ngapain kamu ke sini? Bayarannya kurang?”“Udah lunas, kok. Tenang aja.”Dia tersenyum lagi, tapi maaf, aku tidak akan terpengaruh. Aku sudah menutupi mataku dengan tahu dan tempe. “Lalu? Kamu buntutin aku, ya? Apa jangan-jangan kamu naksir sama aku? Heh, jangan mimpi!”“Aku cuma—““Cuma apa? Mau modus, atau tebar pesona?”Kulihat penampilannya sudah berbeda. Dia tidak lagi memakai jaket ojol warna hijau. Semua mahasiswi di kelas ini menatapnya tanpa berkedip. Dia sudah menghipnotis semua temanku.
Baca selengkapnya
Ternyata
“Maaf, saya bercanda. Silakan duduk.”Sial! Kenapa jantung ini tidak bisa diajak kompromi. Rasanya mau loncat dari tempatnya. Aku duduk di kursi berseberangan dengannya. Ada sebuah meja di antara kami. Cukup aman dengan jarak radius 100 sentimeter. Kulihat sebuah papan nama di meja, ‘Arshaka Bumi' nama yang indah, sesuai dengan orangnya. “Pak ...” Aku bingung harus memanggilnya siapa. Arsya, Shaka atau Bumi?“Panggil saja Arfan, bukankah kamu mengenalku sebagai Mas ojol?” Dia bertanya masih dengan senyum mautnya.Lah, meja siapa yang dia duduki? Dasar aneh! Mengapa dia selalu tersenyum seperti itu, sih? Makin menjadi-jadi nih jantung.“Maaf, Pak. Saya tidak tahu.”“Bu Endang izin selama satu bulan, beliau mau menjenguk anaknya di Kalimantan. Jadi, saya akan menggantikannya untuk sementara waktu. Namun, saya akan tetap memberikan hukuman karena kamu terlambat.”Apa? Sontak aku menggebrak meja di depanku. Bisa-bisanya dia memberikanku hukuman. Enak saja main hukum sembarangan. “Karen
Baca selengkapnya
Suka Jajan
“Iya, kita bisa berteman. Aku janji, aku nggak akan membawa perasaan dalam pertemanan kita.” Ibra mengulurkan satu jari kelingkingnya. Seperti anak kecil saja. Aku mengerutkan dahi. Pasalnya tidak ada pertemanan yang abadi antara lelaki dan perempuan dewasa. Apalagi aku sudah mengetahui jika dia menyimpan perasaan kepadaku. Bagaimana ini? Belum sempat aku menjawab, dia sudah memegang tanganku dan menautkan jari kelingking kami. “Sekarang kita berteman.” Aku bingung harus menjawab apa. Aku bahkan belum menyetujuinya. Dia mengambil kesimpulan sendiri. “Nanti sore aku anterin pulang, ya, Fa. Kita ‘kan berteman.”“Maaf, aku nggak bisa. Aku udah pesan ojol.”“Kamu lucu. Pulangnya masih nanti sore dan sudah pesan ojol?” Dia tersenyum hambar. “Kamu tahu sendiri, kan, gimana galaknya Ayah. Aku gak berani diantar teman lelaki. Bisa digorok kalau sampai ketahuan.”“Aku jadi penasaran dengan Ayah kamu.” “Gak usah penasaran, nanti bisa kebawa mimpi. Gak lucu dong laki mimpiin laki juga, ha
Baca selengkapnya
Sekarat
Cuaca semakin buruk, angin berembus kencang dan hujan semakin deras. Tinggal aku sendiri di tempat ini hingga sebuah truk besar berhenti di dekat halte. Tidak lama kemudian datang dua lelaki yang turun dari truk. Mereka memakai baju hitam dan penutup muka. Hanya terlihat matanya saja. Sepertinya mereka bukan orang baik. Bagaimana ini? Oh Tuhan, selamatkan aku.Mereka berjalan mendekat hingga membuatku sangat panik. Bagaimana kalau aku diculik, diperkosa lalu dibuang ke waduk Logung? Ya Allah, ampunilah segala dosaku. Salah satu di antara mereka membawa senjata tajam. Jantungku berdebar, tetapi bukan jatuh cinta.“Berteduh, Neng? Mau Abang anterin, nggak?” tanya lelaki yang membawa senjata. Dia berjalan pelan menuju ke arahku.“I–iya, Bang. Eh, nggak usah. Makasih tawarannya.” Cuacanya sangat dingin, tetapi tubuhku terasa panas. Keringat bercucuran di keningku. Aku menggeser tubuhku kala lelaki yang satunya mulai mendekat. “Jangan jauh-jauh, Neng! Nanti jatuh. Di sana licin.” Tatapa
Baca selengkapnya
Pesugihan
Sebuah motor berhenti di depan gerobak bakso. Motor itu tidak asing bagiku. Apalagi suara itu, aku sangat hafal.“Eh, Mas Arfan. Ini Mas ada cewek udah makan nggak mau bayar.”Dia lagi, bukankah masih banyak manusia di bumi ini? Kenapa hanya dia yang selalu Engkau pertemukan denganku? Seharusnya Mas Aldebaran saja yang datang, biar dicari Andin.“Aku udah bayar, ya. Kurang dua ribu doang.”“Tetep aja kurang, Neng.”“Biar saya yang bayar, Bang. Sekalian bungkusin 2 bakso kayak biasanya, ya!”“Siap, Mas Arfan. Tunggu sebentar, ya.”Dia turun dari motor dan duduk di kursi plastik berhadapan denganku. Aku segera menggeser kursi, tidak enak rasanya berhadapan dengan lelaki yang sudah beristri, apalagi dia dosenku. “Kenapa mundur?” tanyanya dengan senyum manis. “Jangan dekat-dekat, Pak.” Aku bisa diabetes jika dia selalu tersenyum seperti itu. Besok aku harus pergi ke dokter untuk memeriksa kadar gula darah.“Kita sedang tidak di kampus, jangan panggil ‘Pak’ nanti aku dikira Bapakmu. Gak
Baca selengkapnya
Jodoh Kali
Aku memang pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Namun, karena kesibukan, aku menguburnya dalam-dalam. Aku mulai menulis dengan hal-hal receh di buku diary. Menulis nota pembayaran, status galau habis putus sama pacar di pesbuk dan di aplikasi berlogo gambar burung warna biru. Namun, semua berubah setelah negara api menyerang. Aku harus bekerja membantu Ayah menghidupi adik-adikku. Ibu meninggal 12 tahun yang lalu setelah melahirkan Faiha. “Ditanya bukannya jawab malah melamun.” Pak Arfan mebcibir. Aku tersadar dari lamunan. Mengapa dia kepo sekali? Aku jadi penasaran siapa penulis favoritnya. “Eh, maaf, Pak. Aku suka banget sama author Fan'z, dia itu kalau nulis bisa bikin pembaca ketawa-ketawa sendiri.” “Oh, ya? Kok sama, jangan-jangan kita jodoh,” ucapnya dengan mata berbinar. Heh, apa hubungannya dengan jodoh? Dia terlau mengada-ada. “Nggak ada hubungannya kali, Pak. Kalaupun aku disuruh memilih, mending milih author Fan'z daripada Bapak.” Dia tertawa tertawa hingga dere
Baca selengkapnya
Makam
Matahari mungkin sudah terbenam, tetapi tidak ada bedanya sama sekali karena sedari tadi mendung setelah hujan. Tidak ada pelangi di matamu, apalagi di langit. Di parkiran makam ini hanya ada tiga kendaraan terparkir. Dua sepeda motor dan sebuah sepeda onthel. Aku duduk di atas motor butut milik Pak Arfan. Unik juga dia. Di saat anak-anak muda bergaya dengan motor gede seperti di tipi-tipi, dia cukup dengan motor astrea hijau. Namun motor ini begitu terawat, masih kinclong warnanya.Bunga kamboja warna putih menghiasi kuburan, harum semerbak menyeruak ke dalam hidung. Membuatku bersin-bersin karena alergi, ditambah dengan dinginnya udara sore ini . Untung saja aku memakai khimar sehingga tidak membuatku menggigil, ternyata ada gunanya juga pakaian ini.Kulihat sosok lelaki dari arah makam menghampiri. Dia membawa cangkul dan karung. Mungkinkah dia penjaga kuburan? Namun, apa yang dia bawa di dalam karung? Oh tidak! Jangan-jangan kepala Pak Arfan di dalamnya. “Astaghfirullah .... Bis
Baca selengkapnya
Kunci
Emang dasar Pak Arfan. Bisa-bisanya dia lupa naruh kunci motor. Ini ‘kan kuburan. Malam minggu bukannya kencan di kafe malah di makam. Aku jadi merinding. “Duh, kuncinya di mana, ya? Jangan-jangan jatuh di kuburan. Aku balik sebentar, ya!” Belum sempat dia berbalik, seorang gadis cantik memakai hijab putih datang bersama lelaki paruh baya. Mereka berjalan ke arah kami, sepertinya motor di sebelah kami ini milik mereka.“Makasih, ya, Mas, sudah mau direpotkan sama saya. Ini tadi kunci motornya jatuh,” ucap bapak-bapak tersebut sambil menyerahkan sebuah kunci dengan gantungan daun sirih.Norak sekali Pak Arfan. Gantungan kuncinya daun sirih. Penampilannya kece badai ala anak muda zaman now, sayang seleranya begitu. Aku ingin tertawa, tetapi takut dosa. “Alhamdulillah, ternyata masih rezeki saya. Makasih, ya, Pak.”“Sama-sama, ini siapa, Mas? Adiknya, ya?” tanya lelaki yang rambutnya sudah ditumbuhi uban itu. Pak Arfan melirikku sebentar. Rasanya aku ingin menyanyi jika bukan di maka
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status