Share

Semangat Zachary Bangkit

Kicau burung kenari menyatu bersama sorot warna merah mentari menambah ceria suasana pagi hari di kediaman Stewart.

Elaine kini sudah bergelar sebagai istri dari seorang Zachary Stewart. Walaupun tugasnya lebih kepada seorang bodyguard merangkap pelayan, tapi itu tidak pernah menyurutkan semangat gadis itu. Semangat untuk menjalani hari, melakukan pekerjaannya sesuai perjanjian dan menunaikan janji yang sudah tertulis hitam di atas putih.

Seperti hari sebelumnya, Nyonya Margaret sudah bersiap untuk keluar dari rumah. Hari ini ia ada meeting penting bersama dewan direksi. Ada satu masalah perusahaan yang harus diputuskan bersama. Wanita paruh baya itu menemui putranya yang sekarang sedang duduk berjemur di atas kursi roda.

Rambut yang agak panjang diikat rapi, rambut-rambut di wajahnya sudah dicukur dengan rapi. Nyonya Margaret tersenyum sangat puas dengan kerja gadis yang kini menjadi istri di atas kertas putranya.

“Good morning, Zach. How are you today?”

“I am fine, Mommy.”

Sepatah yang ditanya maka sepatah juga yang akan ia jawab.

“Mommy pergi kerja dulu, sudah ditunggu sama Leo di dalam mobil. Bye Zach.”

“Bye Mom.” setelah mencium pucuk kepala putranya, Nyonya Margaret bergegas melangkah ke halaman dan segera masuk ke dalam mobil yang sudah ada sopir di dalam.

“Sudah hangat, Tuan Muda?” suara renyah itu membuat pria berwajah tampan tapi dingin itu menoleh. Sudah tiga minggu Elaine menjaganya, dan sudah satu minggu perjanjian pernikahan mereka terlaksana di kantor pencatatan sipil kota itu.

Zachary belum menjawab pertanyaan gadis itu. Ia menggerakkan tangan dan jarinya seolah membuat regangan.

Elaine selalu bersemangat untuk merangsang agar saraf yang menggerakkan kaki pria itu bisa aktif lagi. Dengan telaten ia mengurut kaki Zachary tiap pagi, karena itu yang dokter spesialis ajarkan padanya. Untungnya setelah hampir satu bulan tinggal bersama, pria itu tidak lagi menolak untuk didekati oleh Elaine hanya saja sifat kaku dan dinginnya masih belum berubah. Tiap pagi ia akan nurut jika ‘istrinya’ membawa ia ke halaman dan jalan-jalan ke taman luas rumah itu sampai matahari meninggi.

“Bisa masuk sekarang, Tuan?”

“Sebentar lagi.”

“Waktu sarapan Anda dan minum obat, Tuan Muda.”

“Kalau saya bilang nanti, berarti nanti.”

Elaine tersenyum, perubahan yang sedikit bagus. Biasanya Zachary paling anti kalau dibawa keluar kamar, tapi sekarang ia tidak mau masuk dan masih ingin berjemur di bawah matahari pagi. Tapi ini matahari semakin tinggi.

Tina sedang menata makanan di atas meja makan.

“El, Tuan Muda waktunya sarapan.”

“Sebentar lagi, Bik”

“Baiklah, saya akan membersihkan toilet dan kamar lainnya, kalau butuh apa-apa, panggil saja saya.”

“Baik, Bik.” Tina meninggalkan Elaine sendirian. Gadis itu masih berdiri memperhatikan Tuan Muda yang sekarang sudah menjadi suaminya.

Ia lalu mendekati pria itu, andai Zachary disentuh secara intim apa ia akan tetap dingin seperti itu? Entah kenapa pikiran nakal Elaine muncul tiba-tiba.

“Tuan Muda, waktunya Anda mandi lalu sarapan.” Zachary mendengus. Tadi ia sudah bilang sebentar lagi karena masih ingin merasakan sentuhan hangat dari matahari pagi.

“Saya masih ingin merasakan hangat dan panasnya matahari, Nona.”

“Saya bisa menghangatkan Anda di dalam kamar, Tuan.” bisikan nakal Elaine membuat Zachary mengetatkan rahangnya. Ada bagian tubuhnya yang mengeras. Gadis bodoh! Pencari masalah!

“Kamu berani bicara seperti itu karena saya cacat 'kan? Kalau tidak, pasti kamu akan lari ketakutan sekarang.”

“Anda salah, Tuan. Saya tidak pernah takut dengan siapapun. Itulah kenapa Nyonya besar memilih saya. Saya sengaja bilang seperti itu karena saya yakin, adik kecil anda masih normal tidak ikut lumpuh juga.” mendengar kalimat gadis itu membuat Zachary mengetapkan gigi.

“Jangan karena kamu sudah menjadi istriku lalu kamu seenaknya, Nona! Ingat, status pernikahan kita bisa batal sewaktu-waktu kalau saya menghendaki. Ingat itu!” Elaine kaget mendengar ancaman dari Zachary. Pria sombong!

“Cukup main dramanya, Tuan. Sekarang waktunya Anda mandi.” keputusan Elaine tidak bisa diganggu lagi bahkan oleh si tuan badan. Zachary hanya pasrah saat Elaine mendorong kursi rodanya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Andai saja ia tidak cacat seperti ini, mungkin gadis ini akan ia lawan dan kerjakan cukup-cukup.

Sampai saja di dalam kamar luas itu Elaine menutup pintu.

Ia mengambil pakaian untuk ganti Zachary setelah mandi nanti.

Sejak menikahi Elaine, Zachary mandi selalu di bantu oleh sang istri. Tapi Zachary tidak mau kalau sampai bajunya dibuka semua.

Elaine sebenarnya sudah diantar oleh Nyonya Margaret 4 hari lalu ke pusat terapi untuk orang lumpuh. Di sana ia belajar bagaimana cara membantu agar Zachary bisa berjalan lagi meskipun prosesnya tidak sebentar. Ia juga belajar cara memandikan orang yang mengalami kelumpuhan.

Elaine meletakkan sebuah ember air hangat untuk merendam kedua kaki suaminya.

Ia akan mengurut jari-jari kaki sampai ke area betis untuk melemaskan otot-otot yang kaku. Zachary hanya akan menurut tanpa ada bantahan sama sekali. Karena waktu ia membantah untuk pertama kali, Elaine tidak pernah menghiraukannya. Gadis itu begitu gigih dan keras berusaha.

“Tuan merasakan sakit?” Elaine mengurut lebih keras. Zachary menganggukkan kepalanya. Itu artinya sedikit demi sedikit Zachary mulai bisa merasakan sentuhan di daerah kaki. Ada rasa gembira dalam hati Elaine. Ia semakin bertekad kalau kesembuhan Zachary adalah prioritas utamanya.

Selesai memandikan suaminya, Elaine membantu pria malang itu untuk salin bajunya.

“Saya tidak mau memakai popok dewasa.”

“Oke, tapi kalau Tuan mau buang air kecil harus bisa sendiri, bagaimana?”

“Terus ada kamu bekerja di sini buat apa? Tugas kamu merawatku 'kan? Kalau aku mau ke toilet kamu harus bantu.”

“Iya, jangan marah. Saya hanya bercanda tadi.”

Elaine memakaikan mantel tebal pada Zachary. Ia ada rencana untuk mengajak pria itu pergi jalan-jalan ke taman.

“Tuan, hari ini kita akan jalan-jalan di kawasan taman. Tuan suka lihat anak-anak bermain kan?”

Mendengar kata anak, membuat Zachary terdiam. Baginya anak-anak adalah permata yang harus dijaga, dulu ia memiliki permata itu. Tapi sekarang permata itu telah direnggut dari hidupnya oleh orang yang sudah menghancurkan perasaannya. Grace, ia sangat merindukan Grace putrinya. Ia kehilangan hak asuh Grace setelah mengalami kecelakaan tragis. Bekas istrinya mengambil keuntungan atas kematian sang ayah dan ketidakberdayaannya. Janji Amanda untuk membawa Grace sering datang hanya janji palsu, bahkan ia membawa putri mereka pergi jauh tanpa memberi kabar di mana tinggalnya. Grace, nama gadis kecilnya yang selalu ia sebut di setiap ia rindu. Air mata Zachary bergenang.

Elaine menyisir rambut hitam pria itu, rambut yang sedikit gondrong terlihat menyempurnakan ketampanan suaminya. Sayang sekali suaminya lumpuh dan tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, andai saja bisa pasti semua wanita yang melihatnya akan terpesona dengan ketampanan yang dimiliki.

“Kenapa, Tuan? Anda menangis?” satu bulan tinggal bersama Zachary baru kali ini ia melihat pria itu meneteskan air mata.

“Saya rindu dia, Grace sudah dua tahun lebih tidak kembali ke sini.”

Elaine tertegun. Ia baru mendengar nama itu. Grace. Apakah itu nama dari bekas istrinya?

“Apa Grace itu istri Tuan?”

“El, kamu harus bantu saya. Saya akan merebut Grace lagi. Bantu saya untuk sembuh.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status