Share

Nikahi Dia!

Elaine menghentikan kesibukannya, ia berjalan menuju ke dekat pintu kamar. Margaret sedang berdiri sambil melipat tangannya di depan dada, menatapnya tajam.

“Saya sedang mengeluarkan baju-baju istri tuan Zach, dari kamar ini, Nyonya.” Elaine berdiri sambil memegang kain lap yang tadi dipakai untuk membersihkan debu di lemari baju Zachary.

“Siapa yang menyuruhmu, Nona?” Margaret berjalan masuk dan berhenti di depan lemari, matanya melihat tumpukan baju-baju Amanda yang masih tersisa.

“Ini saran dari teman saya yang bekerja dibawah dokter psikiater, kalau kita perlu menjauhkan barang-barang yang bisa mengingatkan tuan muda pada masa lalunya. Kalau beliau terus menerus ingat dengan hal-hal yang menyakitkan, beliau tidak akan bisa berdamai dengan masa lalunya.” alasan yang sangat masuk akal. Margaret mengangguk-angguk tanda bisa mengerti.

“Apa hari ini tuan muda membuat masalah?” Margaret menatap wajah putranya yang sedang tertidur pulas, entah dengan cara apa tadi gadis di depannya bisa memindahkan putranya ke atas tempat tidur, selama ini ia akan meminta Leo yang melakukannya. Tadi sebelum ia berangkat kerja juga Leo membantunya, mengganti baju dan popok dewasa yang dipakai oleh Zachary.

“Tidak, Nyonya. Sepanjang hari ini tidak ada masalah serius,” mata Margaret masih terus memindai fisik putranya. Zachary sudah berganti baju. 

“Apa dia sudah makan malam?”

Margaret memastikan lagi, dengan adanya Elaine sekarang, ia bisa bernapas agak lega. Bisa sedikit berkurang beban di pundaknya. Sejak Zachary mengalami kecelakaan dan sejak suaminya meninggal ia seolah menjadi orang yang tidak kenal hidup santai.

Tiap harinya akan disibukkan dengan pekerjaan, urusan perusahaan juga kesehatan putranya. Di usianya yang sudah matang, ia merasa lelah, kalau sebelumnya mungkin ambisi untuk menjadi penguasa dalam bisnis keluarga membuat ia berapi-api dan getol saat mengurus semuanya, tapi ia kini seolah sudah terlalu banyak berpikir dan bekerja. 

“Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu tadi, saya masuk kamar dulu. Dan barang-barang ini nanti minta Tina untuk membuangnya. Taruh saja pakaianmu dalam lemari itu," mata Margaret menatap tas ransel milik Elaine. 

“Baik, Nyonya,” Margaret meninggalkan Elaine, ia bergegas masuk ke kamar peraduannya.

 Elaine menyelesaikan pekerjaannya dan segera memanggil Tina di meja makan, wanita berkulit hitam itu datang dari dapur.

“Miss,”

“El, bisa panggil saya bibi. Kamu sebaya dengan keponakan saya,” 

“Baik, Bi. Tolong bawa kotak ke dalam kamar tuan muda, untuk tempat barang-barang bekas istrinya.”

“Baik, Bib, ambil dulu.” 

“Terima kasih.” Elaine kembali masuk ke dalam kamar Zachary. Ia mengambil bajunya dari dalam tas ransel dan menyusun dalam lemari yang disediakan untuknya.

Rasa panas dan gerah membuat gadis berpenampilan tom boy itu segera pergi mandi. Ia mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi, walaupun Zachary adalah pria cacat, ia tetap malu. Apa lagi hubungan mereka berdua bukanlah suami istri.

Selesai urusan di kamar mandi, Elaine berdiri di depan jendela, kamar ini tidak ada kaca. Ia hanya menyisir rambut, tanpa sebarang polesan bedak di wajahnya. Hari semakin temaram, jendela kamar yang tadi masih terbuka segera dikuncinya. Ia menatap wajah pria yang sedang tertidur pulas.

Wajah tirusnya tidak menghilangkan ketampanannya, rahangnya tegas, rambut hitamnya menunjukkan ia berdarah latin. Tatapan matanya penuh putus asa, dia butuh teman bicara. Ada rasa rindu dan kehilangan dari sorot mata itu.

“Kenapa menatap seperti saya ini makanan yang enak?” Elaine terkesiap mendengar suara bariton itu. Ia langsung mengalihkan pandangannya. Ketukan pintu kamar terdengar, Margaret masuk ke dalam. Ia menatap putranya dan tersenyum manis.

“Bagaimana keadaan kamu, Zach?” Margaret duduk di atas tempat tidur Zachary.

“Zach, oke, Mommy,”

“El, pergilah makan malam bersama Tina, saya ada hal penting untuk dibahas dengan anak saya.” 

“Baik, Nyonya.”

Elaine meninggalkan kedua ibu dan anak itu. Ia melangkah ke dapur.

“Bi, Tina masak apa?” Tina yang sedang menikmati makan malamnya menoleh pada sumber suara. Ia tersenyum ramah.

“Mari makan, El. Ada Beefsteak dan kentang. Ada macaroni cheese juga.”

Elaine mengangguk dan duduk di depan Tina. Mereka menikmati makan malam bersama.

 ***

Di dalam kamar, Zachary dan Margaret tampaknya berbicara tentang hal yang cukup serius. Zachary enggan dengan keinginan ibunya membawa seorang perawat bahkan ibunya bilang gadis itu adalah bodyguard untuknya.

“Zach, dengar Mommy! Kamu harus sembuh. Paling tidak bisa berjalan seperti sedia kala.” Margaret menyentuh lengan putranya.

“Zach tidak yakin, Mom.”

“Kamu harus yakin, Sayang. Kami semua butuh kamu, perusahaan menunggu kesembuhan dan juga tenagamu.”

“Untuk apa aku sembuh, Mom. Grace sudah meninggalkan aku, wanita itu merebutnya dariku.” mata Zachary berkaca-kaca.

“Dia pasti kembali padamu, Sayang.”

“Mom, apa tidak sebaiknya cari perawat lelaki saja. Tenaga perempuan pasti tidak sekuat lelaki. Zach kan harus dibantu terus, apa yang bisa diandalkan dari seorang gadis muda seperti itu?” Zachary bersikeras menolak untuk dirawat Elaine.

 “Zach, yakinlah dengan apa yang Mommy lakukan. El juga kuat seperti seorang lelaki, ia memiliki syarat yang Mommy minta, coba dulu dalam beberapa hari, atau beberapa bulan. Kalau perawat lelaki, Mommy tidak setuju, pasti kamu tidak dirawat dengan bersih. Ia akan sama ego seperti kamu, sebelum ini kan perawat lelaki juga, sudah berapa kali kita ganti? Semua tidak bisa bekerja dengan benar.”

Margaret meyakinkan putranya. Ia kenal siapa Zachary, paling cerewet kalau soal kebersihan, memilih perawat lelaki sama saja dengan membayar tukang angkat, kerjanya cuma angkat-angkat tubuh putranya, tidak dimandikan dan dirawat dengan baik.

“Mau duduk, Zach?” Margaret bertanya saat melihat putranya menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Seolah akan duduk dari pembaringan. Zachary menganggukkan kepalanya. Margaret segera membantu putranya untuk duduk. 

“Mom, tidak mungkin juga kan, kalau dia harus tidur di kamarku?”

“Kenapa tidak? Kamar ini luas, dia bisa tidur di bawah, atau di sofa.”

“Tapi, Mom.. ”

“Dengar, Sayang. Mommy ada meeting di Jerman selama seminggu, tidak mungkin Mommy biarkan kamu tanpa teman dan penjaga.” Margaret menyentuh tangan putranya.

Tangan yang dulu berotot dan gagah, sekarang terlihat kurus, tampak pucat kulitnya, 3 tahun adalah waktu yang sulit untuk Zachary, ia berubah total setelah kecelakaan. Hati Margaret seperti dirajam dengan batu melihat netra putranya, tiada semangat untuk hidup. 

“Zach tidak yakin ia akan tinggal lama di sini, tidak mungkin juga ia akan bertahan, sabar merawat orang cacat sepertiku. Apa lagi gadis muda yang belum tahu apa-apa.” Zachary mendongak, menatap langit-langit kamar. 

“Nikahi dia, untuk membuatnya terus ada di sini, menjaga dan merawatmu, supaya kalian ada ikatan, tapi ingat! Jangan sampai jatuh cinta padanya. Dia bukan sekelas dengan keluarga kita, tapi untuk sementara ini, demi kesembuhan mu, Mommy tahu kamu memegang teguh prinsip hidupmu, tidak akan tinggal bersama perempuan asing tanpa status jelas. Jadi buat status kalian jelas sekarang.” Margaret menatap putranya yang menggelengkan kepalanya. 

“No, Mom! Zach tidak akan jatuh cinta lagi, dengan gadis manapun. Dan untuk menikah, sepertinya Zach tidak ingin.”

 “Zach, ini demi kamu. Please pertimbangkan, kamu butuh orang yang bisa menjagamu saat Mommy tiada nanti.”

Suara ketukan dari luar membuat kedua orang itu saling pandang. 

“Masuk!” pintu terbuka. Elaine muncul dengan membawa dua cawan susu hangat.

“Silakan diminum, Nyonya, Tuan Muda.” panjang umur.

Gadis yang dari tadi menjadi topik perbincangan mereka berdua masuk ke dalam kamar.

“El, beri jawaban sekarang, saya tidak mau berbelit-belit lagi, kamu setuju kan menikah dengan putra saya?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Marcelina
saya tunggu tor ep selanjutnya,,seru ceritanya,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status