Share

Jatuh Cinta

Auteur: Rini Ermaya
last update Dernière mise à jour: 2021-06-04 17:15:12

Selama bekerja di kantor ini, hari-hari dijalani Hani dengan senang hati. Sekretaris Pak Reza sekarang menjadi sahabatnya. Tentu saja, ada hari dia harus mengantar dokumen yang harus ditanda tangani bos-nya. Mereka saling bertukar cerita dan menjadi akrab. Setiap makan siang pergi bersama di kantin khusus karyawan. 

"Pak Reza itu loh, Mbak. Dia dijodohkan orang tuanya sama dokter cantik aja gak mau. Gak ngerti deh seleranya kayak apa." 

Agnes namanya. Si cantik ini memang suka bergosip. Orang yang sering jadi bahan perbincangan yaitu atasannya sendiri. Apapun kelakuan Reza sehari-hari, ada saja ceritanya.  

Reza memang membuat banyak orang penasaran. Terutama para wanita di kantor, kecuali Hani tentunya. Dia tidak suka mencampuri urusan orang lain. Jika ada yang bercerita, dia cukup tahu dan tidak memperpanjang masalah.

"Masa'? Mungkin seneng sama bule' kali. Katanya lama sekolah di luar negeri."

Hani menajwab asal. Dia masih fokus pada makanan di hadapannya. Enak sekali menu hari ini. Nasi rawon dengan banyak taoge dan telur asin.

"Iya, tapi kan dia udah tuwir. Masa mau empat puluh tahun belum nikah juga." Si mulut bawel ini memang kadang sulit mengerem kata-katanya.

"Hus! Jaga mulut kamu. Mana tau dia udah punya pacar diem-diem. Orang kayak mereka itu jaga privasi. Enggak suka ngumbar sama orang lain kehidupan pribadinya. Sekalipun dekat, semua kan gak harus di ceritain, Nes."

"Coba dia ramah dikit. Aku aja yang udah jadi sekretarisnya bertahun-tahun, malah jarang ngobrol, tuh."

"Mungkin dia cuma bicara seperlunya aja. Dia kan sibuk. Mana sempat mau gosip kayak kita."

Hani mengaduk nasi dan kuah rawon, lalu menyuapnya dengan lahap. Rasanya satu porsi masih kurang dan dia ingin menambah lagi. 

Mereka asyik berbincang hingga sesosok lelaki tampan masuk ke cafetaria. 

"Eh, eh. Dia datang, Mbak. Tumben nongkrong di kantin. Biasanya makan siang di restoran," bisik Agnes. Dia menyenggol bahu Hani. 

Hani melihat ke arah pintu masuk. Reza terlihat tenang dan santai saat memilih menu makanan. Padahal suasana semakin berisik, karena karyawan wanita sibuk membicarakannya. Bahkan Hani melihat waitress yang mengantar makanan, sempat berhenti saat Reza lewat.

Reza meliriknya sekilas kemudian tersenyum.

"Eh, dia senyum sama kita." Agnes bersorak kegirangan. Dengan percaya dirinya membalas senyuman Reza.

"Sama kamu kali. Kamu kan cantik, single lagi." Dia cuek saja, masih belum move-on dari semangkok rawon yang super enak ini. Rasanya ingin dimintakan resepnya biar bisa dimasak di rumah untuk suami dan anaknya. 

"Pasti sama kamu, Mbak. Aku lihat dia seneng banget kalau mbak datang habis ngantar dokumen. Senyum-senyum  enggak jelas."

"Oh ya?" Mengapa hatinya jadi berbunga-bunga begini.

"Iya. Mbak ini imut banget, deh. Aku enggak nyangka udah nikah terus punya anak. Apa jangan-jangan Pak Reza seleranya yang kecil-kecil kayak mbak ini kali, ya. Gemesin gitu."

Hani terbahak, kemudian menutup mulutnya menahan malu. Rasanya tak pantas jika perempuan tertawa seperti itu, apalagi ini di tempat umum. Tidak sopan. 

Tanpa disadari, ternyata Reza berhenti makan dan melihat saat mereka tertawa. 

Tak disengaja juga, di saat yang sama, Hani menoleh ke arahnya. Mata mereka bertatapan entah untuk yang ke sekian kalinya. Wanita itu menunduk. Sekilas terlihat Reza menahan senyum sambil melanjutkan makan.

"Tuh, kan. Dia ngeliat ke sini. Senyum-senyum lagi." Agnes mulai menggoda sahabatnya. Senang sekali dia melihat Hani yang menjadi salah tingkah karena perbuatannya.

"Udah, ah. Aku udah selesai makannya. Duluan, ya." 

Hani berjalan menuju keluar. Sebelumnya dia menanggukkan kepala ke arah Reza sebagai tanda pamit. Lelaki itu membalasnya dengan senyuman.

***

"Hani bisa antarkan dokumen ini ke ruangan Pak Reza," kata Ibu Maya, atasannya di departemen ini. 

"Ada lagi, Bu?" Dia bertanya. Hari ini dia sudah tiga kali bolak balik mengantarkan berbagai macam berkas sejak pagi. Belum lagi yang harus diantar ke divisi lain. Kenapa coba dia ditempatkan di posisi ini?

"Iya. Ini besok akan ada rapat dengan klien penting diluar kota. Semua harus selesai hari ini."

"Baik, Bu."

Dia melangkahkan kaki menuju dimana ruangan lelaki itu berada. Entah mau bicara apalagi jika bertemu. Malah kadang diantar saja tanpa bicara, setelah selesai dia langsung ke luar ruangan.

"Bapak ada?" Dia bertanya. 

Agnes terlihat sibuk, entah sedang mengerjakan apa. Hani melihat rambut yang tadinya terurai, kini digelung ke atas. Itu berarti pekerjaan Agnes sedang banyak. 

"Masuk aja, Mbak." Dia mengangguk tanpa melihat. Matanya fokus menatp layar di depan. 

Tok tok tok!

Wanita itu mengetuk pintu sebelum masuk. 

"Ya." Suara berat menyahut dari dalam. Sungguh terdengar sangat maskulin bagi telinga wanita.

"Permisi, Pak." Dia masuk dengan sopan. Harus formal, karena Reza adalah atasannya, walaupun secara tidak langsung.

"Eh, Mbak Hani. Ada lagi?" Lelaki itu tersenyum senang saat wanita ini datang dan mengetuk pintu ruangannya.

"Iya, Pak. Kata Bu Maya ini penting karena besok Bapak akan meeting dengan klien luar kota." Dia meletakkan berkas itu di meja.

"Duduk."

"Tapi, saya cuma sebentar, Pak. Ada beberapa laporan yang harus saya selesaikan," tolaknya halus. 

"Duduk aja dulu. Kamu enggak pengen ngobrol sama aku sebentar aja?" Suara beratnya kali ini melunak. 

Aku? Biasanya dia mengucapkan kata "saya".

"Iya, Pak."Hani mengambil tempat di sofa seberang meja. Dia tidak berani duduk berhadapan dengan Reza. Selain grogi, harum parfumnya benar-benar menggoda.

Lelaki ini mengambil gagang telepon dan men-dial beberapa angka.

"Halo, Bu Maya. Tolong laporan yang mau dikerjakan Hani dialihkan sama yang lain dulu. Ada beberapa hal yang mau saya diskusikan, jadi sampai jam pulang kantor, Hani berada di ruangan saya."

Telepon terputus. Reza segera menanda-tangani berkas dan dokumen di mejanya.

Hani tercengang mendengar apa barusan dia dengan. Diskusi? Apa yang Reza mau bicarakan? Bukannya dia hanya staf administasi biasa. Tapi dia memilih diam, dan ... menunggu. 

"Halo Agnes. Pukul empat nanti kamu boleh pulang. Tidak ada lembur atau pekerjaan tambahan karena besok saya mau keluar kota."

Setelah selesai, Reza berjalan mendekati sofa dan duduk di sebelah Hani. Dengan santainya dia meletakkan tangan di belakang sandaran, yang jika Hani merapat sedikit seolah-olah akan berpelukan dengannya.

"Cape’nya." Dia melonggarkan dasi.

"Kalau cape' Bapak pulang aja, kan bisa istirahat di rumah."

"Aku masih kangen sama kamu." Reza mendekatkan wajahnya menatap wajah cantik itu.

Hani terkejut sambil menutup mulut.

"Kenapa?" Suaranya melembut tapi tubuhnya bergerak mendekat. Kini Hani terpojok di ujung sofa.

"Bapak ada yang mau didiskusikan dengan saya?" tanya Hani dengan wajah ketakutan. 

"Diskusi apa? Cuma mau ngobrol biasa ajalah," ucapnya santai. 

"Mau ngobrol apa, Pak?" Dia menunduk, malu ditatap Reza seperti itu.

"Kalau ngomong jangan nunduk gitu. Liat matanya, dong." Reza mengangkat dagu Hani.

Hani menepis tangannya. Lancang, tapi malah dipegang balik oleh lelaki itu.

Reza menatapnya tajam. Dia ingin sekali menyentuh wajah ini. Tapi niatnya urung. Tangannya malah bergerak melepas gelungan rambut Hani, kemudian membelainya.

"Jangan, Pak." Hani menolak. Tidak pantas seorang pimpinan memperlakukan staff-nya seperti itu.

"Kenapa?"

"Saya istri orang."

Reza tersadar. 

"Cuma ngobrol biasa boleh, kan?"

"Tapi jangan pegang-pegang." Hani tersenyum. Dia takut lelaki ini tersinggung, karena dia menolak dengan cara halus. 

"Iya." Lirih suaranya, tapi raut wajahnya tampak kecewa. Apakah Reza sudah jatuh cinta?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Pesona Bos Tampan   Syukur

    Hani menatap bangunan itu dengan perasaan campur aduk. Hari ini Reza membawanya jalan-jalan berdua dan tidak mengatakan akan pergi kemana. Begitu tiba di tempat tujuan, wanita itu speachless dengan apa yang dilihatnya."Suka?" ucap Reza sembari melingkarkan lengan di bahu istrinya.Hani mengangguk dan membalas pelukan itu dengan membenamkan wajah di dadaReza. Wanita itu menagis sesegukan sehingga membuat kaus suaminya basah oleh air mata."Cengeng," goda Reza sembari mengusap kepala Hani. Lelaki itu tertawa geli melihat tingkah sang istri yang kekanakan."Kamu kenapa baik banget sama aku?""Karena kamu istri aku. Sudah seharusnya aku bersikap kayak gini," jawab Reza tulus."Tapi ini berlebihan," ucapnya malu.Reza meraih dagu Hani sehingga kini mereka saling bertatapan. Debar-debar di dada wanita itu semakin kencang ketika tatapan mereka bertautan. Kedua mata hitam pekat itu seakan menghipnotisnya."Gak ada yang berlebihan dari

  • Pesona Bos Tampan   Aqiqah

    "Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh."Suara MC terdengar menggema memandu acara. Hari ini seluruh keluarga berkumpul di Masjid Raya untuk menghadiri acara aqiqah putra mereka. Ada bagian dari Masjid yang gedungnya diperuntukkan untuk acara seperti ini. "Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, maka hari ini kita dapat menghadiri acara aqiqah adik Sylvia Pratama binti Reza Pratama. Untuk itu marilah kita ...."Semua orang begitu khidmat mengikuti setiap rangkaian acara, mulai dari pembacaan ayat suci Al Qur'an, sambutan tuan rumah, pencukuran rambut serta doa penutup.Papanya Reza duduk paling depan, walaupun agak canggung saat mengikuti acara. Hal yang sama dirasakan oleh keluarga besar Reza. Namun, semua diwajibkan datang untuk menghormati lelaki

  • Pesona Bos Tampan   Bahagia

    Hari itu cuaca begitu teduh dengan awan yang berarak memenuhi langit. Belum ada tanda-tanda hujan akan turun, tetapi udara cukup sejuk karena angin berembus sepoi-sepoi. Seorang lelaki paruh baya sedang asyik menggendong cucunya di kursi roda. Wajah tuanya tersenyum sembringah sembari mengajak bayi itu berbicara."Kok tidur aja dari tadi? Jawab dong pertanyaan Opa.""Silvya nanti kalau udah gede mau ke Amerika? Ada aunty Krista di sana."Reza yang sejak tadi diam-diam memerhatikan, mengulum senyum saat menyaksikan kejadian itu. Papanya sedang berbicara dengan Sylvia, putrinya yang belum berusia empat puluh hari. Rona bahagia yang terpancar dari wajah tua itu, membuat hatinya menghangat.

  • Pesona Bos Tampan   Selamat Datang, Nak

    Beberapa bulan kemudian.Sedari tadi Reza merasa gelisah, mondar-mandir di depan ruang tunggu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, dia hanya berpasrah diri kepada Tuhan.Reza ingin mendampingi Hani, tetapi dia dilarang masuk. Lelaki itu berulang kali menggosok kedua tangan, kemudian mengusap wajah dan meremas rambut. Mirip seperti seseorang yang sedang frustasi.Sudah satu jam Reza menunggu bersama ibu mertuanya dan beberapa keluarga lain. Jika posisinya begini, lelaki itu merasa serba salah. Apalagi saat terdengar erangan kesakitan dari dalam ruangan itu. Hal yang membuat jantungnya berdetak kencang dan ingin melompat keluar."Duduk saja."Ibu mertuanya menegur karena melihat tingkah Reza yang resah sedari tadi. Wanita paruh baya itu juga merasa gelisah sejak tadi, hanya saja berusaha menenangkan diri.Dokter bilang tali pusar bayinya terlilit sehingga Hani harus dioperasi. Hanya saja wanita itu masih bersikeras ingin melahirkan secara no

  • Pesona Bos Tampan   Ikhlas

    Hani menatap Sherly dan Nina secara bergantian dengan perasaan bersalah. Reza sudah tak mengizinkannya bekerja setelah pemeriksaan minggu lalu. Sang suami hanya menginginkannya beristirahat di rumah tanpa melakukan aktivitas yang berat.Kondisi Hani yang semakin payah membuat Reza harus bersikap tegas demi bayi mereka. Jika istrinya membantah, maka lelaki itu akan mengultimatum dengan mengurungnya di apartemen dan mengembalikan ibu ke Yogyakarta.Hani tidak masalah jika harus tinggal di apartemen. Namun, dia tidak rela jika ibunya pulang. Selama hamil, hanya masakan sang ibu yang bisa dia makan."Ibu minta maaf kalau selama ini ada salah sama kalian. Tapi ini keputusan Bapak. Jadi Ibu manut saja," ucap Hani dengan lemas. Matanya menatap sekeliling ruang toko yang sebentar lagi akan ditutup entah untuk berapa lama."Gak apa-apa, Bu. Kami senang ikut Ibu.""Ya, Bu. Kalau memang Bapak gak ngasih izin baiknya Ibu istirahat saja."Hani memeluk Ni

  • Pesona Bos Tampan   Periksa

    Ruangan dokter itu nampak sejuk di mata. Nuansanya putih, dengan wallpaper abstrak, minimalis tetapi elegan. Di salah satu dindingnya dipasang beberapa poster mengenai kehamilan dan persalinan."Silakan duduk."Seorang dokter kandungan bernama Andini menyambut kedatangan mereka malam itu. Ini dokter yang berbeda dengan yang sebelumnya.Hani ingin mencoba beberapa dokter yang berbeda untuk mencari yang benar-benar cocok. Jika dirasa sudah pas, maka dia tidak akan berpindah dan akan melahirkan bayinya atas bantuan dokter tersebut.Reza menarik sebuah kursi untuk Hani. Sekalipun kandungannya masih kecil, lelaki itu tetap memperlakukan istrinya seperti ratu."Gimana Ibu, apa yang dirasakan sekarang?"

  • Pesona Bos Tampan   Sebuah Permintaan

    "Akhirnya kalian datang juga. Papi pikir sudah lupa sama orang tua."Reza memeluk papanya erat sementara Hani mencium tangan lelaki paruh baya itu dengan hormat. Pintu rumah besar itu terbuka lebar dan berbagai macam hidangan tersaji di meja untuk menyambut mereka. Hanya sayang, suasana memang sepi karena hanya ditempati oleh orang tua Reza dan pengurus rumah."Maaf kami sibuk, Pi. Hani juga kan lagi hamil," jawab Reza santai.Mereka duduk di sofa sembari berbincang. Hani lebih banyak diam dan mendengarkan. Selain merasa sungkan, dia belum bisa membaur dengan keluarga suaminya. Apalagi sejak awal keluarga Reza tak menyukainya. Walaupun karena pancake semua restu akhirnya bisa didapatkan."Kalian nginap di sini?"Hani menatap Reza. Tadinya mereka hanya ingin mampir sebentar, lalu ke dokter untuk memeriksakan kandungan, karena di hari Sabtu suaminya libur. Abang juga ditinggal bersama ibunya di apartemen."Kayaknya gak, Pi. Hani kan lemes jadi

  • Pesona Bos Tampan   Lelah

    Hani menggeliat dan merasakan tubuhnya begitu pegal. Wanita itu membuka mata dan merasakan mual mendera perutnya. Dia berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan semua cairan lambung, hingga tubuhnya menjadi lemas.Hani memutar keran dan mencuci wajah agar merasa lebih segar. Sepertinya dia harus ke dokter untuk memeriksakan diri mengingat kondisinya semakin drop. Dia mengambil handuk dan mengusap wajah lalu bersandar di wastafel.Begitu keluar kamar, Hani terkejut saat melihat jam di dinding. Dia bergegas menunaikan kewajiban sebagai muslim walaupun tubuhnya terasa limbung."Baru bangun, Nak?" tanya Ibunya ketika Hani berjalan menuju dapur.Apartemen ini lebih luas dari rumah mereka di Yogyakarta dulu. Hanya saja tidak ada ruangan yang disekat kecuali kamar, sehingga Hani merasa agak sungkan jika Reza bersikap mesra jika terlihat ibunya. Oleh karena itulah, mereka hanya berani berduaan di kamar.Situasi ini sangat berbeda sewaktu mereka baru menikah k

  • Pesona Bos Tampan   Assalamualaikum My Mualaf

    Reza menatap Hani yang masih tertidur lelap dan mengusap kepalanya dengan lembut. Lelaki itu menarik selimut sehingga menutupi seluruh tubuh istrinya. Dia bergegas bangun dan membersihkan diri, tak lupa menunaikan dua rakaat walaupun bacaannya masih terbata.Setiap hari libur ada seorang guru yang akan datang ke apartemen mereka untuk mengajar mengaji. Tak hanya Reza, abang juga ikut belajar. Hani dan ibunya akan menyimak. Wanita itu belum bisa mengikuti kajian karena kondisinya yang belum memungkinkan.Setelah mengucapkan salam, Reza melipat sajadah dan bersiap-siap berangkat kerja. Hari masih gelap, tetapi dia sudah harus ke kantor untuk menghindari macet.Reza membuka lemari dan tampaklah berbagai kemeja dengan merek ternama berderet di dalamnya. Sebenarnya, pakaiannya yang disimpan di apartemen ini hanya sebagian. Di rumah papanya, Reza bakan punya ruangan tersendiri untuk menyimpan semua perlengkapannya.Baju, sepatu, tas dan barang lain menumpuk dan

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status