Home / Romansa / Pesona CEO Muda / 6 : Menghadapi Pilihan

Share

6 : Menghadapi Pilihan

Author: Penarisca
last update Last Updated: 2024-12-01 23:59:05

Hari-hari setelah pertemuan dengan Antonio terasa semakin berat bagi Nadine. Setiap kali dia melihat Saga di kantor, perasaan yang sulit dijelaskan muncul. Ada ketertarikan yang berkembang, tetapi juga perasaan bersalah karena pertemuan dengan Antonio yang masih menghantui pikirannya. Nadine merasa terjepit di antara dua dunia yang sangat berbeda, dan ini semakin membingungkannya.

Hari itu, seperti biasanya, Nadine datang lebih awal ke kantor. Dia duduk di mejanya, membaca beberapa laporan, tetapi pikirannya tidak bisa fokus. Apa yang seharusnya dia lakukan? Apa yang sebenarnya ia inginkan? Semua pertanyaan itu terulang dalam benaknya, dan jawabannya tidak kunjung datang.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Saga masuk dengan langkah cepat. Matanya langsung mencari Nadine, dan begitu mereka saling bertatap mata, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine merasa sedikit cemas, namun dia berusaha tetap tenang.

"Nadine, bisa bicara sebentar?" tanya Saga, suara pria itu terdengar lebih dalam dari biasanya.

Nadine mengangguk, mencoba meredakan kegelisahan di dalam hati.

"Tentu, Saga. Ada yang perlu dibicarakan?"

Saga duduk di kursi di hadapan meja Nadine dan meletakkan beberapa dokumen. Wajahnya serius, namun ada kilatan kekhawatiran di matanya yang tak bisa disembunyikan.

"Aku merasa belakangan ini kamu agak berbeda," kata Saga, memulai pembicaraan dengan hati-hati.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggumu? Kamu terlihat agak tertekan."

Nadine menghela napas panjang, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Tuan. Mungkin hanya kelelahan."

Jawabnya, mencoba memberi kesan bahwa semuanya baik-baik saja, meski kenyataannya tidak begitu.

Saga tidak langsung percaya. Dia menatap Nadine lebih lama, seolah menunggu sesuatu yang lebih.

"Kamu tahu, Nadine," katanya perlahan,

"jika ada sesuatu yang kamu ingin bicarakan, aku di sini. Aku tahu kita tidak banyak berbicara tentang hal pribadi, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku peduli."

Perasaan Nadine semakin kacau mendengar kata-kata itu. Saga memang selalu bersikap profesional dan terpisah dengan kehidupan pribadi, tetapi sekarang dia memperlihatkan sisi lain yang lebih peduli, lebih manusiawi. Entah kenapa, perhatian seperti itu membuat hati Nadine semakin bingung.

Di satu sisi, ada Antonio yang kembali datang untuk meminta maaf dan mengembalikan hubungan mereka. Namun, di sisi lain, Saga, pria muda yang tampaknya mulai melihat Nadine lebih dari sekadar sekertaris, membuatnya merasa dihargai.

"Saya..." Nadine mencoba berbicara, namun suaranya tercekat. Tidak mudah untuk mengungkapkan perasaannya, terutama ketika semuanya terasa begitu rumit.

Saga tersenyum lembut, seolah memahami kebingungannya.

"Kamu tidak perlu merasa tertekan, Nadine. Jangan merasa kamu harus menyembunyikan perasaanmu. Kamu berhak merasakannya."

Nadine menghela napas lagi, merasa semakin terbuka. Meskipun dia tidak bisa mengungkapkan seluruh isi hatinya, dia merasa sedikit lega bisa berbicara dengan Saga.

"Saya tidak tahu bagaimana melanjutkan semuanya, Tuan. Saya baru saja bertemu dengan Antonio lagi, dan Saya merasa bingung. Sudah tujuh tahun sejak kami berpisah, dan sekarang dia kembali dalam hidup saya."

Saga mendengarkan dengan seksama, tidak ada ekspresi terkejut di wajahnya, hanya fokus yang penuh perhatian.

"Antonio?" tanya Saga dengan nada yang agak berat. "Apa yang dia inginkan darimu?"

Nadine merasa sedikit canggung dengan pertanyaan itu. "Dia ingin kembali, Tuan. Dia mengatakan bahwa dia menyesal dan ingin memperbaiki semuanya."

Saga terdiam sejenak, seolah mencerna informasi yang baru saja diterimanya.

"Dan bagaimana perasaanmu tentang itu?" tanyanya dengan suara yang lebih lembut, namun terdengar lebih dalam.

Nadine menggigit bibir bawahnya.

"Saya... saya tidak tahu. Di satu sisi, saya merasa bahwa saya tidak bisa kembali ke masa lalu, ke hubungan yang telah hancur. Tetapi di sisi lain, saya merasa terikat oleh kenangan lama. Saya merasa kebingungannya ada di dalam diri saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya pilih."

Saga menatapnya dengan tatapan yang penuh pemahaman.

"Kamu tidak perlu buru-buru membuat keputusan, Nadine. Hal seperti ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dalam sehari. Tetapi yang paling penting, kamu harus jujur pada dirimu sendiri tentang apa yang kamu rasakan. Hanya dengan begitu, kamu bisa tahu apa yang benar-benar kamu inginkan."

Kata-kata Saga mengena dalam hati Nadine. Dia merasa lega bisa berbicara dengan seseorang yang benar-benar mendengarkan tanpa menghakimi. Namun, perasaan yang muncul dalam dirinya semakin kompleks.

Apakah perasaannya untuk Saga benar-benar hanya sekadar rasa terima kasih atas perhatian yang diberikan, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam? Dan di sisi lain, perasaan terhadap Antonio—perasaan yang selama ini tertahan, kini kembali muncul.

---

Pagi berikutnya, Nadine pergi ke kantor seperti biasa. Namun, di dalam dirinya, perasaan itu masih bergejolak. Ketika tiba di kantor, dia tidak menemukan Saga di ruang kerjanya. Sebagai gantinya, dia melihat sebuah dokumen yang sudah dia siapkan di meja kerjanya, dengan catatan singkat di atasnya.

Saga: "Ada rapat penting siang ini. Pastikan kamu siap."

Nadine membaca catatan itu dan merasakan adanya kedekatan yang berbeda, meskipun semuanya tetap profesional. Apakah perasaan ini bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih, ataukah ini hanya sebuah fase? Semua itu masih menjadi misteri.

Siang itu, rapat berlangsung seperti biasa, namun setelah rapat selesai, Saga mengajak Nadine untuk makan siang bersama. Mereka berdua duduk di sebuah restoran kecil dekat kantor, menikmati makan siang dengan pembicaraan ringan. Namun, di balik percakapan santai itu, Nadine bisa merasakan ada ketegangan yang tidak terucapkan. Ketegangan yang berasal dari perasaan yang tumbuh, yang tidak bisa mereka abaikan.

---

Setelah makan siang, ketika mereka kembali ke kantor, Nadine merasa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Saga masih tampak seperti biasa, namun ada kesan bahwa perasaan mereka mulai berkembang, meskipun belum ada kata-kata yang diucapkan.

Ketika waktu pulang tiba, Nadine merasa sedikit cemas. Hari ini adalah hari yang dijanjikan untuk bertemu dengan Antonio. Dia harus menghadapi masa lalu—dan mungkin, keputusan yang akan menentukan masa depannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona CEO Muda   22: Garis Antara Kita

    Pagi itu, Nadine merasa ada sesuatu yang berbeda. Setiap langkahnya terasa lebih ringan, namun jantungnya tetap berdegup kencang setiap kali teringat makan siang dengan Saga kemarin. Hubungan mereka yang semakin dalam semakin sulit untuk disembunyikan, tapi mereka berdua tahu betul bahwa di kantor, mereka harus menjaga profesionalisme.Namun, di saat yang bersamaan, mereka berdua sudah tidak bisa menahan godaan kecil yang selalu hadir, bahkan di tengah-tengah rapat penting.Pagi itu, rapat berlangsung seperti biasa. Para eksekutif dan manajer saling bertukar ide dan laporan. Nadine duduk di meja panjang, terdiam dan mencatat setiap poin yang dibahas. Namun, di antara banyaknya diskusi tentang strategi perusahaan, pandangannya lebih sering tertuju pada Saga yang duduk di ujung meja, tampak serius namun tetap memancarkan karisma yang tidak bisa diabaikan.Nadine merasa matanya terkadang bertemu dengan mata Saga, dan setiap kali itu terjadi, ada semacam kehangatan yang datang dari dalam

  • Pesona CEO Muda   21: Rahasia Di Balik Meja

    Saat rapat dimulai, suasana di ruang rapat terasa lebih intens dari biasanya. Semua rekan kerja terlihat serius, tetapi Nadine bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda. Setiap kali pandangan mereka bertemu, Nadine merasa ada semacam percikan di antara mereka berdua. Lirik-lirikan kecil yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua.Di tengah rapat, ketika kepala bagian keuangan sedang menjelaskan laporan bulanan, Nadine merasakan pandangan Saga yang tajam mengarah padanya. Tanpa suara, tanpa kata, hanya dengan tatapan mata, mereka berdua saling mengerti. Saga mengerutkan alisnya sedikit, seolah memberi isyarat agar Nadine memperhatikan presentasi, dan Nadine hanya mengangguk sambil menahan senyum.Pernah, saat salah seorang manajer memberikan laporan tentang proyek baru, Nadine merasakan jari Saga yang dengan sengaja menyentuh tangannya di bawah meja. Jantung Nadine berdebar begitu keras, seolah seluruh dunia hanya berputar di sekitar sentuhan kecil itu. Namun, dia hanya bisa melirik ke

  • Pesona CEO Muda   20: Ketulusan Di Bawah Bintang

    Rooftop gedung perusahaan menjadi tempat yang jarang dikunjungi kecuali oleh mereka yang mencari ketenangan. Malam itu, Nadine sengaja memilih tempat tersebut untuk menghabiskan waktu. Setelah seharian bekerja, dia butuh momen untuk bernapas. Langit malam penuh bintang, memberikan rasa damai yang tak bisa dia temukan di ruangan ber-AC dan lampu neon yang terlalu terang.Secangkir teh hangat berada dalam genggamannya. Asapnya mengepul tipis, melawan udara malam yang dingin. Pandangannya tertuju pada hamparan bintang yang seperti berlomba-lomba memamerkan sinar mereka. "Andai hidup ini sesederhana langit malam," pikirnya.Namun, keheningan itu tak berlangsung lama. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Nadine sedikit menoleh, cukup untuk melihat siapa yang datang."Sendiri aja?" suara berat yang sudah sangat akrab itu menyapanya. Saga Avendra, CEO muda yang selalu tampil memukau, kini berdiri di belakangnya.Nadine tersenyum tipis tanpa menoleh sepenuhnya. “Kadang menyendiri itu menyen

  • Pesona CEO Muda   19: Akhir Permainan Mengawali Hubungan

    Saga dan Nadine tidak bisa lagi bersembunyi. Ketegangan antara mereka semakin memuncak setelah pesan misterius yang mereka terima. Mereka tahu bahwa Sisca tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun, perasaan mereka satu sama lain sudah semakin kuat, dan mereka tahu bahwa mereka tidak akan membiarkan ketakutan dan ancaman menghancurkan apa yang telah mereka bangun.---Beberapa hari setelah pesan terakhir dari Sisca, Saga memutuskan untuk bertindak."Aku sudah cukup," kata Saga, matanya penuh tekad. "Aku akan menemui orang yang ada di balik semua ini."Nadine memandangnya dengan cemas. "Saga, hati-hati. Jika Sisca tahu kita bergerak, dia bisa lebih berbahaya lagi.""Aku tahu, tapi kita tidak bisa terus bersembunyi. Kita harus menghadapi ini sekarang juga," jawab Saga. Dia meraih tangan Nadine dan menggenggamnya erat. "Kamu bersedia menghadapinya bersamaku?"Nadine terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Saga. Dia tahu betul bahwa ini bukan hanya tentang mere

  • Pesona CEO Muda   18: Permainan Belum Selesai

    Di kediaman Saga, malam ituSaga dan Nadine duduk berhadapan. Di ruangan itu, suasana lebih tenang meskipun keduanya tahu bahwa ancaman yang mengintai semakin besar.“Apa yang akan terjadi, Saga?” tanya Nadine pelan. “Jika semua ini terbuka, bagaimana jika kita tidak bisa bertahan?”Saga mengangkat wajahnya, menatap Nadine dengan penuh keyakinan. “Aku tidak akan biarkan apapun menghancurkan kita. Kita lebih kuat dari yang kita kira.”Dengan tatapan yang penuh tekad, Saga meraih tangan Nadine. “Aku akan melindungimu. Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama-sama.”Nadine menatapnya dalam-dalam. Di mata Saga, dia melihat bukan hanya janji, tetapi sebuah harapan yang menguatkan dirinya untuk bertahan.“Aku percaya padamu, Saga,” ucap Nadine, suara lembut namun penuh kepercayaan.---Namun, saat mereka berbicara, ponsel Saga berdering. Dia melihat nama yang muncul di layar, dan wajahnya berubah seketika.“Ada apa?” tanya Nadine dengan cemas.Saga mengangkat telepon dengan cep

  • Pesona CEO Muda   17: Terjebak Dalam Permainan

    Hari berlalu dengan cepat, dan suasana di kantor semakin mencekam. Orang-orang mulai memperhatikan perubahan besar yang terjadi antara Saga dan Sisca. Beberapa mulai berspekulasi bahwa hubungan mereka sudah di ujung tanduk.Namun, ada satu hal yang lebih mengguncang, sesuatu yang lebih pribadi. Saga tiba-tiba menerima telepon dari ibunya yang sudah lama tidak menghubunginya.“Saga, kamu benar-benar ingin melawan Sisca?” suara ibunya terdengar penuh kekhawatiran di ujung telepon. “Kau tahu dia bisa menghancurkan reputasi keluarga kita, bukan?”Saga menggigit bibirnya. “Ibu, aku sudah cukup mendengar ancaman dari Sisca. Aku tidak bisa hidup dalam bayang-bayangnya selamanya. Dan aku tidak akan membiarkan dia menyakiti orang yang aku cintai.”“Ini bukan hanya tentang kamu, Saga,” suara ibunya mulai terdengar lebih lembut. “Keluarga kita sudah sangat terbuka dalam dunia bisnis. Jika reputasi kita tercoreng, semuanya bisa hancur.”Saga menatap Nadine yang sedang bekerja di luar ruangan. Ada

  • Pesona CEO Muda   16: Ancaman Yang Menguji

    Saga duduk di depan meja kerjanya dengan ponsel di tangan, membaca ulang pesan anonim yang baru saja diterimanya. Dia tahu Sisca sedang mencoba mengintimidasi, tetapi kali ini dia tidak akan membiarkan Nadine terjebak dalam permainan itu sendirian.Dia langsung menghubungi pengacara keluarganya, meminta langkah hukum untuk melindungi dirinya dan Nadine. Setelah itu, dia menelepon seseorang yang sudah lama dipercayainya untuk menyelidiki Sisca dan orang-orang yang terlibat dalam menyebarkan rumor.---Di kantor, pagi harinyaNadine tiba di kantor lebih awal, berharap bisa menghindari tatapan dan bisik-bisik dari rekan-rekan kerjanya. Namun, saat dia duduk di mejanya, dia menemukan sebuah amplop berwarna merah di atas keyboard.Dengan hati-hati, dia membuka amplop itu. Isinya adalah foto dirinya dan Saga, diambil dari berbagai sudut. Beberapa foto menunjukkan mereka berbicara di ruang rapat, dan ada satu foto saat Saga menyentuh tangan Nadine beberapa hari lalu.Di bawah foto itu, terda

  • Pesona CEO Muda   15: Dibawah Ancaman

    Beberapa hari kemudianSaga mendatangi rumah Nadine di malam hari. Ketika Nadine membuka pintu, dia terkejut melihat wajah Saga yang penuh tekad.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya.“Aku tidak bisa tinggal diam, Nadine. Aku sudah menemukan siapa yang mengirimi email itu.”Nadine terdiam, hatinya berdebar. “Siapa?”Saga mengepalkan tangannya. “Itu memang orang suruhan Sisca.”Air mata Nadine hampir tumpah. Perasaannya antara marah dan takut. “Kenapa dia melakukan ini, Saga? Apa dia benar-benar membenciku sebanyak itu?”Saga mendekat, memegang kedua bahunya dengan lembut. “Bukan karena dia membencimu, Nadine. Tapi karena dia takut kehilangan kendali atas hidupku. Aku sudah berbicara dengan keluargaku, dan aku memastikan bahwa pertunangan itu tidak akan pernah terjadi.”Nadine menatapnya ragu. “Tapi dia tidak akan berhenti, Saga. Sisca... dia bukan orang yang mudah menyerah.”Saga tersenyum kecil, penuh keyakinan. “Aku tahu. Tapi aku juga tidak akan menyerah untuk melindungimu. Aku

  • Pesona CEO Muda   14: Luka Yang Terpendam

    Keesokan harinya, Nadine masih menjaga jarak. Dia berusaha menghindari kontak mata dengan Saga. Pekerjaannya dia selesaikan dengan cepat, memastikan tidak ada alasan untuk berbicara lebih dari yang diperlukan.Namun, Saga tidak membiarkan itu begitu saja.“Nadine, bisa kita bicara sebentar?” Saga menghampiri mejanya, suaranya rendah tapi penuh tekad.Nadine menatapnya sekilas sebelum mengangguk. “Tentu, Pak. Di ruangan Anda?”“Tidak. Kita bicara di luar, setelah jam kerja,” tegas Saga.Nadine tidak punya pilihan selain mengiyakan.---Malam itu, di sebuah kafeSaga memilih tempat yang sepi, jauh dari keramaian. Nadine datang beberapa menit setelahnya, dengan ekspresi penuh keraguan.“Aku tidak tahu harus mulai dari mana,” ujar Saga begitu mereka duduk. “Tapi aku harus menjelaskan segalanya sebelum kau salah paham lebih jauh.”Nadine diam, menunggu. Dia tidak ingin memotong pembicaraan, meskipun hatinya terasa berat.“Sisca dan aku... kami memang dijodohkan oleh keluarga. Tapi aku tida

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status