Share

Gadis Itu?

Author: Nona_happy
last update Last Updated: 2021-07-31 11:27:52

"Ya, aku menyerah. Aku sudah lelah dengan kebodohanku. Aku cape, dan sepertinya aku tidak mampu memberikan kebahagiaan yang kau inginkan."

"Carilah yang sempurna, jika ingin kehilangan yang terbaik."

"Tanda tanganilah, aku sudah lebih dulu menandatanganinya," ucapku sambil memberikan selembar kertas hasil unduhku di web pengadilan negeri.

"Kamu menceraikanku?"

"Hm," jawabku sesimpel itu. tetapi, entah apa yang terjadi setelah ini.

Yang aku tahu dan yang selalu terbayang, hari-hari yang kulalui akan selalu bersamanya, entah seperti apa jadinya nanti, yang pasti setelah ini aku harus nikmati proses sakit ini. Karena bagiku luka paling sakit adalah, ketika kamu dilukai oleh seseorang yang kamu kira tidak akan pernah melukaimu.

"Kau tidak menyesal menceraikanku?"

Kujawab hanya gelengan kepala dan sepertinya ia tau, aku masih sangat mencintainnya, menceraikannya adalah sebuah keterpaksaan. Dan ia tau persis bahwa aku sangat terluka karna ulahnya.

"Baiklah kita bercerai saja. Andai kau bisa kaya atau lebih logis dalam berpikir, mungkin aku akan selalu disampingmu," ucapnya sambil menandatangani surat perceraian kami.

"Kau yang tak logis dan tak bisa sabar!"

"Oh ya, kita sudah lama menikah, aku mau pembagian harta gono-gini. Jadi aku berharap kamu tidak membawa apapun dari rumah ini. Biar seluruh barang di sini kuuangkan, aku jadikan harta gono-gini hasil pernikahan kita."

"Ch, harta gono-gini. Bergaya bagai orang kaya, seolah memiliki banyak harta bersama."

"Terserah."

"Oh ya, satu lagi. Komputer-komputermu, tidak perlu kamu bawa. Jika diuangkan pasti harganya lumayan."

Lagi-lagi aku tak faham dengan jalan pikirannya, sejahat itukah dia? Apa hanya uang yang ada dalam pikirannya? Apa hanya uang yang mampu merubahnya?

"Inikah sifat aslimu?"

"Apakah kamu aslinya seperti ini? Ternyata selama ini, aku menikahi seekor rubah," ucapku sinis.

"Kau saja yang terlalu menutup mata, kau terlalu terpesona dengan kecantikanku."

"Sombong!"

Satu-persatu pakaianku aku masukan ke dalam ransel dan Ardila masih mengamati tiap gerak-gerikku, entah setelah ini aku akan ke mana dan entah kedepannya aku akan seperti apa.

Saat ini aku hanya fokus, secepat mungkin keluar dari kontrakan ini. Ingin cepat melupakannya dan tak pernah lagi bertemu dengannya.

Tas ransel sudah di punggung, sejenak kusinggahi ruang kerjaku dan ia masih saja mengikuti langkahku dari belakang. Kuambil sebuah hardisk di atas meja. Aku tak akan bisa meninggalkan benda ini, karna jutaan hasil pemikiranku ada di dalamnya.

"Aku berbaik hati padamu, bawalah benda kotak itu. Semoga benda itu mampu mengobati sakit hatimu."

Kuacuhkan ucapnya seolah aku tak mendengar. Menatap kembali tiap sudut rumah berharap ia menahan kepergianku, namun lagi-lagi aku lupa bahwa hal itu tak akan pernah terjadi.

Kakiku mulai melangkah menuju teras rumah, terasa berat namun harus kulakukan.

"Kamu langsung ke pengadilan, kan?" dia bertanya dengan santai sambil menyandarkan tubuh di kusen pintu.

"Tenang saja, aku ingin cepat-cepat jadi duda," kubalas pertanyaannya dengan jawaban lebih santai. Terlihat di wajahnya rasa kecewa namun kualihkan dan kutepis, aku yakin itu hanya perasaanku saja.

Aku melangkah kearah motor maticku, sambil mencari kunci motor di saku celana.

"Oh ya, aku juga berharap motor itu tak perlu kau bawa. Anggap juga sebagai kompensasi perceraian kita."

Kutelan saliva kuat-kuat, sama sekali ia tak punya perasaan dan tak punya hati nurani. Ia benar-benar mempu membuatku sangat membencinya. Ia benar-benar mampu memiskinkanku.

"Bu, pak, maafkan Rizal yang tak hiraukan ucapan kalian. Maafkan Rizal telah menjual rumah, ibu dan bapak. Rizal menyesal. Yang ibu bilang benar, Ardila tidak baik untuk Rizal."

"Ambillah. Harusnya, semua yang berkaitan denganmu tak perlu kubawa." Sambil melempar kunci motor dan dengan cepat ia menangkapnya.

Langkah kakiku pasti dan tak akan mungkin kembali lagi. Hidupku hancur, bahkan seluruh kontrak kerjaku gagal, karena selama tiga hari ini aku sama sekali tak keluar dari rumah. Salahku sendiri terlalu larut dalam kesedihan dan keterpurukan, hingga tak mampu memisahkan pekerjaan dan masalah pribadi. Untung saja mereka masih berbaik hati, aku tak dituntut, didenda ataupun diblacklist dari seluruh perusahaan IT di negeri ini. Jika itu sampai terjadi, entah dengan apa aku membayar dan harus ke mana aku mencari pekerjaan.

"AAAAAAAAAA ... siaall ..." wanita itu berteriak.

Dan aku tau persis apa penyebab ia berteriak seperti itu setelah menerima panggilan teleponnya. Ya, lagi-lagi itu karena ulahku san lagi-lagi aku tak ingin menderita sendiri.

Perpisahan paling sakit adalah di mana hanya aku yang merasa kehilangan. Dan sampai pada akhirnya nanti, aku harus mengerti bahwa melepasmu adalah cara unik dari tuhan untuk menjadikanku pemenang.

Kulangkahkan kaki menuju tempat yang selama ini kutakuti. Ya, pengadilan negeri. Langkahku saat ini menuju ketempat itu, tempat sakral bagi mereka yang saling mencintai, tempat sakral bagi pasangan yang berkomitmen dan menjunjung tinggi keharmonisan.

Berkas sudah kumasukan dan dalam beberapa hari kedepan aku harus kembali ke tempat ini, proses yang cukup melelahkan. Tak lama lagi predikatku berubah, bukan lagi pria beristri, namun seorang duda muda, miskin, sama sekali tak punya apa-apa.

Aku melangkah menuruni anak tangga, entah harus ke mana lagi kaki ini melangkah, lelah dan terpuruk itulah kondisiku saat ini. Tak ingin menyusahkan dan tak ingin menjadi beban orang lain, hanya itu yang ada dalam benakku.

Sambil memikirkan tempat untukku berteduh, tampak seorang gadis yang kukenal berjalan kearahku sedikit berlari dengan uraian air mata, kesedihan dan kegelisahan jelas sekali terlihat di wajahnya.

"HA ... ii." Ingin sekali aku menyapanya namun kuurungkan, karena baru tersadar jika ia sama sekali tak mengenalku.

"Apa dia akan bercerai? Ternyata bukan hanya aku yang bersedih, gadis itu pun mengalami hal yang sama."

"Semoga kamu bahagia."

------- Empat tahun kemudian, lobby apartemen.

Mercedes benz berjenis AMG G 63, berhenti tepat di muka pintu lobby utama. Tampak pria tampan berpenampilan casual keluar dari kendaraannya, ditemani kacamata hitam bertengger di hidung. Tampak berkelas, terlihat mewah.

Memasuki pintu utama sebuah hunian mewah, disambut ramah mereka yang telah menyapa dan langsung bertanya, perihal tujuannya.

"Selamat siang, tuan ad_

"Siang, saya ingin kebagian pemasaran."

"Silakan tuan."

Si pria tampan langsung mengikuti. Kedua lengan ia masukan kedalam saku celana, berjalan dengan penuh wibawa tanpa rasa sombong dan jumawa, sungguh menambah ketampanan dan karismanya.

"Raya,"

"E. Iya, ka!" ucap seorang gadis cantik langsung mengalihkan pandangan dari lembaran kertas di mejanya.

"Layani tuan ini dengan baik."

"Siap, ka!"

Pria yang dipanggil kakak itu pun pergi begitu saja, setelah mengalihkan tugasnya pada sang junior.

"Gadis ini?"

"Selamat datang tuan, silakan duduk. Ada yang bisa saya bantu, tuan?"

HENING

"Tuan, maaf. Ada yang bisa saya bantu?" ucap gadis itu untuk kedua kali, sambil pelan melambaikan tangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Duda Manja   Tunjukan Pada Dunia - The And

    Raya anggukan kepala dengan kedua mata berkaca-kaca. Rizal memajukan wajah kemudian sejenak melumat bibir istrinya. “Mulai sekarang aku akan terus melihat wajahmu,” ucap Rizal melepas lumatan. Mengusap lembut permukaan bibir Raya dengan jarinya. ”Di sini bukan cuma loe berdua ya,” ucap Andika, membuat Rizal mengarahkan pandangan pada sahabatnya itu. ”Dik, gue bisa melihat lagi.” Tidak menghiraukan ejekan Andika, Rizal justru menatap sahabatnya itu dengan haru kebahagiaan. ”Gue bisa liat loe, gue bisa lihat semua orang.” Rizal mengedarkan padangan. Andika hanya mampu anggukan kepala, merasa terharu melihat sahabatnya saat ini. Setelah para dokter melakukan pemeriksaan total pada kedua mata Rizal dan hasilnya normal tidak ada masalah, mereka pun berpamitan. Rizal sama sekali tidak melepas genggamannya di tangan Raya, seolah jemari itu takut kehilangan untuk yang kedua kalinya. ”Dika,” panggil Rizal terlihat mulai serius. ”Gue tau apa yang mau loe tanya.” Andika mendekat pada Rizal.

  • Pesona Duda Manja   Senyum Keduanya

    WARNING 21+ AGAIN.”Boleh. Lakukan apapun yang kamu inginkan.” Angguk Raya.Perlahan Rizal membuka kedua paha Raya, kembali mengusap kewanitaan istrinya kemudian menggerakkan ketiga jarinya di dalam sana, Raya mulai merasakan kenikmatan yang sama sekali belum pernah ia rasakan dalam hidupnya.Setelah kewanitaan Raya basah, Rizal mulai memajukan wajahnya, ingin memainkan lidahnya dalam organ Raya yang paling berharga. Namun baru sempat Rizal menciumnya Raya sudah bersuara. “Stop!”Rizal mengangkat wajahnya. “Kenapa?”“Jorok,” ucap Raya pelan,“Tidak jorok, kamu pun pernah melakukannya padaku.””Tapi _””Tidak ada tapi, nikmati semua sentuhanku. Seluruh tubuhku adalah milikmu, begitu pun sebaliknya. Aku tidak akan membiarkan secuil kulit pun dari tubuhmu yang belum pernah aku jamah,” ucap Rizal sambil sesekali mencium permukaan perut Raya. ”Hai, jagoan ayah, cepatlah hadir di perut bunda.”Mendengar apa yang Rizal ucapkan, Raya tersenyum bahagia sambil sesekali mengangkat punggungnya me

  • Pesona Duda Manja   Menyalurkan perasaan

    “Dokter, kenapa kalian diam?” tanya Raya lirih, bersamaan dengan isak tangisnya yang kian menyedihkan. “Gunakan alat pemacu jantung, Dok …” Melihat Rizal yang kini memunggunginya tidak bergerak. Mendengar apa yang Raya ucapkan para dokter dan perawat di ruang itu kompak kerutkan dahi. “Jika kalian menyerah, biar saya yang melakukannya.” Suara Raya kian menyedihkan. Gambaran kepergian Fayed kembali terekam, membuat air matanya mengalir deras. Raya semakin panik, ia mengedarkan pandangan mencari benda yang bisa menolong suaminya. “Dokter, kenapa kalian masih saja diam? Mana, mana defibrilatornya? Jika kalian menyerah, biar saya yang melakukannya.” Mendapati para dokter masih diam. ”Dok! Kalian harus melakukan sesuatu!” ”Anda tidak perlu melakukannya, Anda cukup duduk di samping pasien, tenangkan pikirannya,” ucap seorang dokter bedah masih dengan gunting di tangan. “Detak jantungnya semakin melemah, aliran darahnya kian menurun. Saya dengar Anda relawan medis terbaik tahun ini, past

  • Pesona Duda Manja   Operasi

    Rizal spontan menghentikan langkah, mengepalkan kedua tangan, tegakan badan, menahan nyeri yang teramat menyakitkan di bahunya. Tubuh kakunya mulai menikmati darah hangat menjalar di bagian punggung. Raya yang mendengar sebuah peluru keluar dari selongsongnya, sempat berpikir hanya tembakan peringatan dari anak buah Bagus, seperti kejadian yang sering ia alami di negara konflik. Namun selang beberapa detik, langkah Rizal terasa melambat, dekapan tangan Rizal di tubuhnya terasa mengendur. Merasa ada yang tidak beres dengan suaminya, Raya langsung mendongakkan wajah. Tampak wajah Rizal mulai memucat. Paham apa yang terjadi pada suaminya, Raya gelengkan kepala lengkap dengan kedua mata yang mulai berkaca.Aura kemarahan mulai mengisi hati Raya, kedua matanya terlihat bagai serigala betina yang siap menerkam mangsa. Dengan cepat Raya memutar tubuh, meraih sebuah senjata api terdekat dari posisi berdirinya. ”SIAPA YANG TELAH MENYAKITI SUAMIKU?” ucap Raya berteriak sambil menodongkan pisto

  • Pesona Duda Manja   DHOR!

    “RAYHAN, APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN!?” Melihat perawat yang ia sewa tertidur nyenyak dalam dekapan Rizal, membuat Rosa berteriak memekakkan telinga semua orang di sana.Raya yang tersadar identitas aslinya hampir ketahuan langsung menyembunyikan kepalanya dalam selimut, sedang Rizal hanya menyunggingkan ujung bibirnya dengan mata masih terpejam.Rosa membuka selimut yang mereka kenakan dan langsung menarik kasar lengan Raya, tersadar istrinya hampir terlepas dari pelukan, Rizal pun meraih kembali tubuh Raya kemudian memeluknya lebih erat.”Rizal! Dia laki-laki, dia perawatmu!” Rosa berusaha menyadarkan Rizal.Tidak ada tanggapan dari Rizal, Rosa pun berusaha melepas tangan Rizal dari tubuh Raya, namun tenaganya masih kurang banyak, membuat Rosa kesulitan untuk melepasnya. ”RIZAL LEPASKAN TANGANMU!!”DIA PERAWATMU! DIA LAKI-LAKI!” Rosa kembali berusaha melepaskan tangan Rizal dari tubuh Raya. Kuku-kuku cantiknya bahkan membuat tangan Rizal terluka tapi pelukannya tidak berubah.”RIZAA

  • Pesona Duda Manja   Gombal

    TOK TOK TOKRosa mengetuk pintu kamar dengan keras, membuat sepasang suami istri itu kaget dan langsung mempersiapkan peran masing-masing.“Rayhan, apa yang sedang kaulakukan? Mengapa pintunya dikunci?” tanya Rosa terdengar dari luar, ia datang bersama Esih siap mengantarkan makan sore.Raya langsung berlari sambil mengenakan maskernya. ”Maaf Nona, tuan Rizal yang menyuruh. Sebentar, saya akan bukakan pintunya,” ucap Raya dengan keras dan ngebass.“Lain kali jangan dikunci! Aku tidak suka calon suamiku berduaan dengan seseorang dalam sebuah kamar.””Saya hanya menerima perintah, lagi pula saya laki-laki, Nona masih harus cemburu pada saya?” Melangkah dalam satu barisan, terkadang langkah keduanya terlihat kesulitan karena gundukan sampah dan pakaian.”Baru kali ini ada orang yang selalu menjawab ucapanku.””Sudah, cukup. Esih aku tidak lapar. Sebelum kutumpahkan semuanya, lebih baik kaubawa kembali makanan itu!” Rizal angkat suara. ”Zal, kamu harus makan. Nanti kamu sakit. Aku suapi,

  • Pesona Duda Manja   MANJA

    Raya melepas kecupan. Kali ini Raya membawa kedua tangan Rizal untuk menyentuh wajahnya. Nalurinya yakin, Rizal sangat merindunya. Meski kedua mata Rizal tidak bisa melihat, namun Raya percaya kedua indra peraba Rizal mampu mengenali wajahnya.Jemari sang suami ia dominasi, menggerakkan telapak tangan itu di pipinya, seperti mengusapnya lembut. ”Ini aku. Maafin aku.” Terasa jelas jemari Rizal bergetar."Maafin aku." Menatap Rizal di hadapannya penuh rasa iba. Raya gelengkan kepala, bukan ini yang ia harapkan, bukan seperti ini yang ia bayangkan. Suaminya tampak begitu kurus, terlihat tidak terurus. Kuku-kukunya kotor dan hitam. Rambutnya panjang dan berantakan. Wajahnya begitu kusam bertemankan janggut yang panjang. ’Oh, Tuhan, kesalahan apa yang telah kulakukan,’ Raya mendongakkan kepala, membatin dalam usapan lembut suaminya bertemankan deraian air mata."Kalau sedih, kenapa tinggalin aku?" tegas Rizal, terdengar kesal.Mendengar Rizal bersuara, sontak Raya menurunkan kepalanya. “Ak

  • Pesona Duda Manja   Sayang, Maaf

    TOK TOK TOK“Zal, boleh aku masuk?” suaranya sengaja dilembutkan, terdengar sedikit manja.“MESKIPUN TIDAK KUBOLEHKAN, KAMU AKAN MENGGUNAKAN KUNCI-KUNCIMU UNTUK MEMBUKANYA!” teriak Rizal.Pintu itu terbuka, Rosa langsung menampakkan senyuman termanisnya. ”Hee …. Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu.” Melangkah penuh percaya diri, sambil sesekali ia kesulitan memilih pijakan.Kejadian seperti ini selalu berulang, setiap kali mereka bertengkar hebat, esok paginya Rosa akan datang, bersikap baik dan ramah seolah tidak pernah terjadi masalah.Rizal terlihat sama sekali tidak menanggapi, ia hanya diam duduk di sisi ranjang dengan nafas masih terengah, celana dan sebagian bajunya terlihat basah.Rosa melangkah mendekat. ”Zal, pakaian kamu basah lagi? Sudah aku bilang, jika butuh sesuatu panggil aku, tidak perlu malu. Buat apa ada bel di sana, kalau tidak pernah kamu pakai." Menunjuk sisi kasur dengan dagunya. "Aku akan selalu membantumu. Aku bantu berganti pakaian ya?” Rosa mendekat, ingi

  • Pesona Duda Manja   Dua Tahun

    ”Sudah berapa lama gue buta?” tanya Rizal pada Andika, yang hari ini menjenguknya.Andika menatap Rizal penuh kesedihan, setiap kali ia mendatangi pria tampan itu keadaannya tidak lebih baik dari sebelumnya. Terlihat sangat berantakan, tidak terurus dan hari-harinya terlihat lebih kurus.Kamar indah dan megah itu sama nasibnya, tempat itu kini bagaikan gudang yang tidak layak dihuni manusia. Wajar saja, begitu banyak sampah dan pakaian berserakan di lantai, bekas-bekas makanan terlihat jamuran, tumpahan air yang menggenang, sofa dan lemari terjungkal, meja yang kacanya pecah, tirai yang kotor, ruang makan yang berantakan, kursi-kursi yang terbalik, televisi berlayar pecah, lampu yang kedap-kedip, ditambah bau tidak sedap yang mengganggu penciuman membuat orang enggan untuk sekedar singgah walau hanya sebentar.”Sudah dua tahun," jawab Andika sambil membuang nafas ”Gue cari Raya, ya?” lanjut Andika minta izin.“Kalo loe ke sini cuma mau tanya itu. Mending loe balik, gak usah ke sini la

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status