Home / Romansa / Pesona Gelap Tuan Mafia / Ch-17 Janji Seorang Penjahat

Share

Ch-17 Janji Seorang Penjahat

Author: My_passion94
last update Last Updated: 2025-06-19 12:21:45

Malam itu dingin. Tapi bukan karena suhu udara, melainkan sesuatu dalam diri Siena yang membeku.

Siena terbangun dengan napas memburu. Keringat dingin membasahi pelipis, dan suara pria asing seolah masih memenuhi pendengarannya.

Dalam mimpinya, ia berada di sebuah ruangan kayu tua yang terkunci rapat, tanpa celah. Lalu dari luar, ia mendengar suara beberapa orang berbicara. Ia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi mengerti maksud dari percakapan mereka.

Penculikan, penjualan orang, pengiriman barang dan yang paling mengerikan adalah pengambilan organ dalam dengan kondisi korban masih hidup. Mimpinya mengulang kenangan masa lalu yang pernah ia alami.

Pandangan Siena menatap sekeliling. Seharusnya ia merasa lega karena itu hanya mimpi, dan dirinya sudah kembali ke rumah. Seharusnya ia merasa aman ada di sini. Tapi, kenapa rasa takut masih membungkus hati dan pikirannya rapat-rapat?

Siena bangkit dari tempat tidur. Langkahnya cepat, menuju pintu kamar. Saat ia menuruni ana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-22 Janji Di Pagi Yang Tenang

    Seorang pria menyusuri koridor. Langkahnya cepat sedang raut wajahnya tegang. Ia berhenti sejenak, mengetuk pintu sebelum akhirnya melangkah masuk. Ruangan itu dipenuhi oleh aroma cerutu mahal. Hanya disorot lampu kristal menggantung dengan cahaya temaram. Langkahnya menghampiri seorang pria. Roman Abrasha—pria berusia 45 tahun. Tubuhnya besar terduduk di sofa empuk beralaskan beludru. Mata biru pucat itu langsung tertuju ke arah anak buahnya yang kini ada di hadapannya. “Pengiriman dari Italia gagal, Don,” ucapnya pelan nyaris tak terdengar. Namun kalimat itu sangat jelas masuk ke dalam gendang telinga tuannya. Cerutu yang mengisi sela jari kini ditekan paksa di atas asbak. Matanya menyorot tajam seolah menunjukkan emosi yang menggerayangi kepala. “Apa itu karena ulahnya lagi?” tanyanya dengan suara serak menahan emosi. “Ya, Don. Don Niccolò berhasil menggagalkan pengiriman,” ucap Dmitri. “Brengsek. Ini sudah ketiga kalinya dia merebut mawar-mawar itu dariku,” desisnya. “Ada

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-21 Sebuah Perintah

    Siena tertegun. Matanya menatap intens ke arah pria itu. Detak jantungnya perlahan memburu membuat napas terasa sesak. Saat wajah sang Don bergerak mendekat, ia bangkit berdiri tiba-tiba. Kakinya melangkah gugup. “Apa itu villa milikmu?” tanya Siena, mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia tahu apa yang akan dilakukan Niccolò. Dirinya menghindar untuk menyelamatkannya dari kebodohan sebelumnya. Ia masih sangat ingat apa yang dilakukan pria itu. Membuatnya larut dalam ciuman panas, lalu melemparkannya pada kenyataan bahwa semuanya hanya permainan. Siena mulai menjauh. Ia menyusuri jalanan setapak di sepanjang kebun anggur menuju villa. Sedangkan Niccolò tampak menyembunyikan kekesalannya lalu menyusul Siena. “Apa di sana ada makanan? Aku belum sempat makan malam, kau tahu itu kan?” ujar Siena saat mendengar langkah kaki mengikutinya dari belakang. Siena tidak berani menatap wajah Niccolò. Pertahanannya mungkin akan runtuh dalam sekejap karena pesona pria itu yang sangat berbahaya un

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-20 Larangan Di bawah Bintang

    Siena segera masuk ke dalam mobil. Sedangkan Niccolò berhenti sejenak. Lalu menoleh ke arah Pietro. “Bereskan sisanya,” perintahnya lalu menyusul masuk ke dalam. Suasana di dalam mobil begitu hening. Siena tampak diam menatap keluar jendela, Niccolò diam memperhatikan. Sedangkan mobil hitam yang mereka naiki sudah melaju meninggalkan restoran. Tangan Siena bergerak pelan menghapus air matanya yang menetes. Pikiran-pikiran tentang keluarganya tidak berhenti berisik di dalam kepalanya. Ada sesal yang melekat di hatinya atas tindakannya tersebut. Sekilas ia ingin bersikap seolah tak terjadi sesuatu di antara dirinya dan Maxime. Tetapi tak bisa dipungkiri jika hatinya pun menginginkan kebenaran itu terungkap di antara mereka. “Aku tidak tahu… apa yang harus aku lakukan saat bertemu dengan mereka lagi nanti. Maman, Papa, aku…” Siena menundukkan tatapannya sembari menarik napas yang terasa berat. Niccolò diam mendengarkan. Matanya tak teralihkan dari bayangan Siena. Tanpa Siena tahu,

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-19 Tak Ada Cinta, Hanya Harga

    Siena mengikuti langkah Niccolò. Mereka memasuki pesawat. Seketika nuansa putih yang menguasai kabin terlihat mencolok di mata Siena, sangat kontras dengan warna pesawat yang gelap. Mereka mulai memilih tempat duduk. Niccolò duduk di salah satu kursi, begitupun dengan Pietro dan yang lain. Namun Siena masih berjalan, lebih dalam memasuki kabin hingga menemukan tempat yang membuatnya merasa nyaman. Siena duduk di kursi panjang. Setelah mendengar suara instruksi kalau pesawat take off, ia mengubah posisinya. Dirinya berbaring karena ingin melanjutkan tidur. Sedangkan dari arah lain, Niccolò tampak menyadari itu. Ia pun bangkit dari tempatnya. Langkahnya menghampiri Siena. “Kalau kau ingin tidur, masuklah ke dalam kamar. Jangan di sini,” ucapnya sambil melirik ke arah anak buahnya sekilas. Siena membuka matanya. Ia duduk dengan lesu sambil menguap. “Di sini juga tidak masalah,” ujarnya lalu menyandarkan kepala. Niccolò menghela napas berat. Ia meraih tangan Siena lalu menariknya t

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-18 Rasa Yang Mulai Berkembang

    Niccolò terbangun saat mendengar ponsel di atas nakas berdengung. Ia meraih benda itu, menengok jam yang tertera di layar. Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Ternyata dirinya hanya tidur selama dua jam. Pandangan Niccolò teralihkan. Sorot matanya tertuju ke arah wanita yang tertidur di sampingnya. Napas masih tenang, menandakan jika tidurnya sangat lelap. Kemarin malam usai perbincangan panjang mereka, Niccolò memang membiarkan Siena tidur di kamarnya. Hanya tidur. Tak ada pelukan, ciuman maupun hal-hal yang lebih jauh. Ia hanya membiarkan Siena tertidur dengan tenang. Kaki Niccolò menapak di atas lantai. Ia bangkit dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi. Sekedar mencuci wajah untuk menyadarkannya dari rasa kantuk yang masih melekat. Perhatian Niccolò teralihkan saat mendengar suara ketukan dari arah pintu kamar. Ia pun menghampiri suara tersebut. Lalu membuka pintunya. “Semuanya sudah siap, Don. Pietro juga sudah menyusul di depan.” “Ya.” Niccolò menjawabnya dengan singka

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-17 Janji Seorang Penjahat

    Malam itu dingin. Tapi bukan karena suhu udara, melainkan sesuatu dalam diri Siena yang membeku. Siena terbangun dengan napas memburu. Keringat dingin membasahi pelipis, dan suara pria asing seolah masih memenuhi pendengarannya. Dalam mimpinya, ia berada di sebuah ruangan kayu tua yang terkunci rapat, tanpa celah. Lalu dari luar, ia mendengar suara beberapa orang berbicara. Ia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi mengerti maksud dari percakapan mereka. Penculikan, penjualan orang, pengiriman barang dan yang paling mengerikan adalah pengambilan organ dalam dengan kondisi korban masih hidup. Mimpinya mengulang kenangan masa lalu yang pernah ia alami. Pandangan Siena menatap sekeliling. Seharusnya ia merasa lega karena itu hanya mimpi, dan dirinya sudah kembali ke rumah. Seharusnya ia merasa aman ada di sini. Tapi, kenapa rasa takut masih membungkus hati dan pikirannya rapat-rapat? Siena bangkit dari tempat tidur. Langkahnya cepat, menuju pintu kamar. Saat ia menuruni ana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status