Home / Romansa / Pesona Gelap Tuan Mafia / Ch-24 Wanita di Pohon Oak

Share

Ch-24 Wanita di Pohon Oak

Author: My_passion94
last update Last Updated: 2025-09-05 10:57:33

Setengah jam berlalu. Ketiga mobil itu terparkir di halaman gereja tua Cattolica di Stilo. Keheningan menyelimuti sekitar gereja, menandakan jika misa pagi sudah dimulai.

Niccolò, Siena dan yang lain turun dari dalam mobil. Pandangan Siena seketika mengabsen halaman gereja yang tampak sunyi. Hanya ada lima mobil yang terparkir di sana seolah memberitahu tidak banyak jemaat yang ikut misa pagi di gereja tersebut.

“Ayo.”

Perhatian Siena teralihkan saat merasakan pelukan di pinggang. Kepalanya mengangguk lalu mengikuti langkah Niccolò yang menuntun menuju pintu masuk gereja yang terbuka lebar.

Benar saja dugaannya, tak banyak jemaat yang datang. Hanya ada tujuh jemaat yang mengisi kursi-kursi kayu yang tampak sudah rapuh. Niccolò mengajak Siena untuk berdiri di depan kursi yang kosong saat para jemaat mulai berdiri. Sang Imam masih terlihat berada di altar dengan kepala menunduk saat para biarawati menyanyikan lagu penutup Salve Regina. Suasana khidmat menyelimuti seluruh jemaat term
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-24 Wanita di Pohon Oak

    Setengah jam berlalu. Ketiga mobil itu terparkir di halaman gereja tua Cattolica di Stilo. Keheningan menyelimuti sekitar gereja, menandakan jika misa pagi sudah dimulai. Niccolò, Siena dan yang lain turun dari dalam mobil. Pandangan Siena seketika mengabsen halaman gereja yang tampak sunyi. Hanya ada lima mobil yang terparkir di sana seolah memberitahu tidak banyak jemaat yang ikut misa pagi di gereja tersebut. “Ayo.” Perhatian Siena teralihkan saat merasakan pelukan di pinggang. Kepalanya mengangguk lalu mengikuti langkah Niccolò yang menuntun menuju pintu masuk gereja yang terbuka lebar. Benar saja dugaannya, tak banyak jemaat yang datang. Hanya ada tujuh jemaat yang mengisi kursi-kursi kayu yang tampak sudah rapuh. Niccolò mengajak Siena untuk berdiri di depan kursi yang kosong saat para jemaat mulai berdiri. Sang Imam masih terlihat berada di altar dengan kepala menunduk saat para biarawati menyanyikan lagu penutup Salve Regina. Suasana khidmat menyelimuti seluruh jemaat term

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-23 Ketakutan Yang Kembali

    Sebuah mobil hitam terparkir di depan villa. Pietro keluar dari mobil membuat salah satu penjaga menghampirinya. Sedang motor sport milik Niccolò terparkir tak jauh darinya. “Dimana Don Niccolò?” tanya Pietro. Matanya memperhatikan sekeliling seolah mencari tuannya karena tidak mengangkat telepon. “Don masih di dalam kamar,” jawab pengawal. Kening Pietro mengernyit. Tidak biasanya Niccolò terlambat untuk pergi ke gereja untuk mengikuti misa pagi. “Don belum keluar?” tanya Pietro memastikan. “Belum.” “Don ada di kamar sebelah mana?”“Kamar di lantai satu pintu nomor dua.”Desahan napas keluar dari mulutnya. Tidak biasanya Niccolò mengabaikan hal penting begitu saja. Terlebih lagi ini menyangkut anak-anak dan wanita yang baru mereka selamatkan kemarin malam. Tanpa mengatakan apapun, Pietro berjalan melewati pengawal tersebut. Ia mengambil langkah lebar menyusuri ruangan yang tampak sepi seolah tak berpenghuni. Sesampainya di depan kamar yang di maksud, Pietro mengetuk pintunya.

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-22 Janji Di Pagi Yang Tenang

    Seorang pria menyusuri koridor. Langkahnya cepat sedang raut wajahnya tegang. Ia berhenti sejenak, mengetuk pintu sebelum akhirnya melangkah masuk. Ruangan itu dipenuhi oleh aroma cerutu mahal. Hanya disorot lampu kristal menggantung dengan cahaya temaram. Langkahnya menghampiri seorang pria. Roman Abrasha—pria berusia 45 tahun. Tubuhnya besar terduduk di sofa empuk beralaskan beludru. Mata biru pucat itu langsung tertuju ke arah anak buahnya yang kini ada di hadapannya. “Pengiriman dari Italia gagal, Don,” ucapnya pelan nyaris tak terdengar. Namun kalimat itu sangat jelas masuk ke dalam gendang telinga tuannya. Cerutu yang mengisi sela jari kini ditekan paksa di atas asbak. Matanya menyorot tajam seolah menunjukkan emosi yang menggerayangi kepala. “Apa itu karena ulahnya lagi?” tanyanya dengan suara serak menahan emosi. “Ya, Don. Don Niccolò berhasil menggagalkan pengiriman,” ucap Dmitri. “Brengsek. Ini sudah ketiga kalinya dia merebut mawar-mawar itu dariku,” desisnya. “Ada

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-21 Sebuah Perintah

    Siena tertegun. Matanya menatap intens ke arah pria itu. Detak jantungnya perlahan memburu membuat napas terasa sesak. Saat wajah sang Don bergerak mendekat, ia bangkit berdiri tiba-tiba. Kakinya melangkah gugup. “Apa itu villa milikmu?” tanya Siena, mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia tahu apa yang akan dilakukan Niccolò. Dirinya menghindar untuk menyelamatkannya dari kebodohan sebelumnya. Ia masih sangat ingat apa yang dilakukan pria itu. Membuatnya larut dalam ciuman panas, lalu melemparkannya pada kenyataan bahwa semuanya hanya permainan. Siena mulai menjauh. Ia menyusuri jalanan setapak di sepanjang kebun anggur menuju villa. Sedangkan Niccolò tampak menyembunyikan kekesalannya lalu menyusul Siena. “Apa di sana ada makanan? Aku belum sempat makan malam, kau tahu itu kan?” ujar Siena saat mendengar langkah kaki mengikutinya dari belakang. Siena tidak berani menatap wajah Niccolò. Pertahanannya mungkin akan runtuh dalam sekejap karena pesona pria itu yang sangat berbahaya un

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-20 Larangan Di bawah Bintang

    Siena segera masuk ke dalam mobil. Sedangkan Niccolò berhenti sejenak. Lalu menoleh ke arah Pietro. “Bereskan sisanya,” perintahnya lalu menyusul masuk ke dalam. Suasana di dalam mobil begitu hening. Siena tampak diam menatap keluar jendela, Niccolò diam memperhatikan. Sedangkan mobil hitam yang mereka naiki sudah melaju meninggalkan restoran. Tangan Siena bergerak pelan menghapus air matanya yang menetes. Pikiran-pikiran tentang keluarganya tidak berhenti berisik di dalam kepalanya. Ada sesal yang melekat di hatinya atas tindakannya tersebut. Sekilas ia ingin bersikap seolah tak terjadi sesuatu di antara dirinya dan Maxime. Tetapi tak bisa dipungkiri jika hatinya pun menginginkan kebenaran itu terungkap di antara mereka. “Aku tidak tahu… apa yang harus aku lakukan saat bertemu dengan mereka lagi nanti. Maman, Papa, aku…” Siena menundukkan tatapannya sembari menarik napas yang terasa berat. Niccolò diam mendengarkan. Matanya tak teralihkan dari bayangan Siena. Tanpa Siena tahu,

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-19 Tak Ada Cinta, Hanya Harga

    Siena mengikuti langkah Niccolò. Mereka memasuki pesawat. Seketika nuansa putih yang menguasai kabin terlihat mencolok di mata Siena, sangat kontras dengan warna pesawat yang gelap. Mereka mulai memilih tempat duduk. Niccolò duduk di salah satu kursi, begitupun dengan Pietro dan yang lain. Namun Siena masih berjalan, lebih dalam memasuki kabin hingga menemukan tempat yang membuatnya merasa nyaman. Siena duduk di kursi panjang. Setelah mendengar suara instruksi kalau pesawat take off, ia mengubah posisinya. Dirinya berbaring karena ingin melanjutkan tidur. Sedangkan dari arah lain, Niccolò tampak menyadari itu. Ia pun bangkit dari tempatnya. Langkahnya menghampiri Siena. “Kalau kau ingin tidur, masuklah ke dalam kamar. Jangan di sini,” ucapnya sambil melirik ke arah anak buahnya sekilas. Siena membuka matanya. Ia duduk dengan lesu sambil menguap. “Di sini juga tidak masalah,” ujarnya lalu menyandarkan kepala. Niccolò menghela napas berat. Ia meraih tangan Siena lalu menariknya t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status