"Amanda... terima kasih!" Ucapan itu didengarkannya di telinga istrinya berkali-kali.
Bahkan ketika keduanya makan pagi di depan banyak orang. Tatapan mata mereka saling beradu. Sudah lebih mirip seperti manisnya sepasang pengantin baru.
Amanda tersipu malu dan menunduk.
Ia pun melepas keberangkatan suaminya ke tempat kerja dan mengantarkannya sampai depan pintu.
Mama mertuanya tampak sibuk sehingga tak berlama-lama di meja makan seperti biasanya. Tinggal Amanda sendirian apalagi Mila juga sudah berpamitan akan berangkat bersama Ronald.
Papa mertuanya juga hari ini harus ke kantor karena ada urusan penting yang harus diselesaikan.
"Semua orang sudah berangkat?" Simon tampak tergesa-gesa turun dari tangga dan mendapati meja makan sudah kosong.
Hanya beberapa pembantu bekerja membereskan hidangan yang masih tersisa.
"Iya. Semua sudah pergi." Amanda rupanya berdiri di dekat pintu lebar yang menghadap ke kolam renang.
Simon
"Amanda?!" Mamanya terus menggedor pintunya. Suaranya semakin terdengar jelas. "Apa anak itu tertidur di dalam?" Mertuanya bergumam sendiri. Dia sebenarnya hanya ingin pamit mau ke luar kota sebentar. "Iya, Ma?" Sahut Amanda seolah-olah baru bangun tidur. "Kamu tidur?" Mamanya bertanya tapi masih menempelkan telinganya di pintu. "Iya, Ma. Ketiduran. Mama ada perlu apa?" Tanya Amanda masih dengan nada malas. "Tidak ada apa-apa. Mama hanya mau bilang akan ke luar kota. Kebetulan Mama dan Papa mau pergi. Ini Mama mau menyusul Papamu ke kantor. Jadi, hati-hati di rumah ya? Kalau perlu apa-apa kamu bisa minta tolong pembantu. Mama pergi dulu..." Tak lama kemudian Mamanya pergi menjauh. "Bagaimana bisa Mama pergi sementara Ronald katanya juga mau melakukan business trip minggu ini?" Amanda bergumam sendiri. Mengkhawatirkan bagaimana nanti dirinya jika tidak ada seorangpun di rumah. Mila dikabarkan juga akan ikut karena langsung dijemput ke sekolahnya."Apa yang kamu khawatirkan?"
Amanda benar-benar menjadi sosok yang sangat manja.Setelah dia bangun dengan sempurna dan bermaksud untuk mandi di hari yang sudah malam, dia tak mau ditinggalkan oleh Simon. Pikiran lelaki tampan itu mulai gusar karena apa jadinya jika dia berada di sini lebih lama lagi.Tentu bisa-bisa nanti kekacauan yang lebih dahsyat akan terjadi. Tapi saat ini dia tak punya pilihan selain menuruti apa yang dimau oleh Amanda. Dia memang keras kepala, tapi itu juga yang membuat kamu menyukainya! Bisik-bisik dari kata hatinya mulai mengusik.Tunggu saja nanti setelah dia selesai mandi, lalu katakan kamu ngantuk dan mau istirahat di kamar. Gitu saja kok repot... Bagian dirinya yang lain ikut mengusulkan.Simon bingung berada di antara dua pilihan. Bunyi shower di kamar mandi sudah terhenti.Tak lama kemudian, Amanda keluar dari kamar mandi dan menjumpainya lagi."Simon, aku minta maaf merepotkanmu ya?" Katanya dengan penuh arti."Iya, aku mengantuk sekarang. Aku mau tidur dulu." Bagus, Simon. De
"Jangan pura-pura, aku tahu kamu tidak sedang ngelindur... Kamu ini sadar!"Bisikan Simon rupanya tak kunjung membuat adik iparnya itu menyadari dan mengakui apa yang ia lakukan. Bukannya diam, malah tangan itu semakin menjelajahi area sensitif milik lelaki bertubuh six pack itu."Amanda... bangun!" Perintahnya semakin tegas.Ini bukan soal sadar atau tidaknya, tapi dampak dari perbuatan usil tangan itu, kini Simon harus menanggungnya."Hmmm?" Amanda masih belum juga mau membuka mata. Justru dia tersenyum sambil pura-pura tidur."Percuma ngomong sama anak ini!" Lebih baik lelaki itu mengalah dan sedikit membuat jarak dengan wanita cantik yang kini sudah tak berjarak lagi dengannya.Apa-apaan Amanda ini?Jangan pura-pura benci, kamu menyukai permaian tangannya bukan?Lagi-lagi suara hati Simon lantang mengumandangkan pendapatnya."Simon?" Panggilan mesra itu terdengar jelas di telinganya. Kini Simon
"Amanda, kamu kelelahan pastinya ya?" Simon masih memejamkan mata ketika mengucapkan kalimat itu pada seseorang yang dalam bayangannya masih terbaring di sisinya.Nyatanya yang ada di dalam balutan bed cover dan nampak tebal itu adalah bantal dan guling yang dijadikan satu.Tangan Simon meraba-raba gundukan itu lalu membuka matanya kembali. Astaga, di mana wanita cantik yang membuat tubuhnya memanas semalaman itu?"Amanda?" Simon bangkit dari pembaringan meski hanya dengan celana pendek.Dia seperti orang yang sedang kesurupan saat bangun tak mendapati lagi sosok Amanda itu."Amanda? Kamu di mana?" Dia mencari di area balkon. Kemudian karena tak mendapatinya, diapun bergegas ke kamar mandi.Bisa saja dia sekarang berendam di bathtub lantas menunggunya untuk bergabung berdua berendam di sana.Nihil. Kamar mandinya masih kering dan tak ada bekas cipratan air sedikitpun.Simon mulai cemas. Segera dia membersihkan diri dan berganti pakaian yang layak untuk mencari di mana keberadaan Amand
"Mau ke mana kita?" Amanda kesulitan mengikuti jejak langkah Simon yang sejak tadi berjalan ke parkir mobil depan."Sudah... ikut saja!" Wanita berbusana minim itu tentu saja curiga apakah kakak iparnya akan menculik atau melakukan sesuatu padanya."Apa yang akan kamu lakukan? Beri tahu aku rencanamu! Jangan selalu membuatku khawatir pada apa yang ada di kepalamu itu!" Wanita cantik bertubuh langsing itu terus saja mencicit karena tak terima diajak tanpa tahu ke mana tujuannya.Berkali-kali Simon melakukan ini dan Amanda bukanlah termasuk wanita yang menyukai kejutan semacam ini dalam keseharian.Dia ingin tahu dan jelas ke mana Simon akan membawanya pergi. Ada pikiran cemas serta khawatir kalau-kalau nanti Ronald datang sewaktu-waktu dan tak mendapati dirinya di rumah. Bagaimana jika hal itu terjadi nanti?"Sudahlah. Kamu nurut saja sama aku!" Kata Simon sambil membuka pintu mobil untuk Amanda."Pakai seat belt kamu! Kita akan berpetualang untuk menjauh dari orang-orang yang suka ik
"Selamat datang di rumah kami yang sederhana ini..." Suara sapaan yang sudah tak asing lagi di telinga Ronald.Ya, orang itu adalah pamannya sendiri.Lelaki yang mirip dengan Papanya itu menyambut dengan ramah. Tak pernah bertemu sekitar beberapa tahun lamanya, si paman tampak 'pangling' dengan keponakannya itu."Astaga, kamu Ronald kan? Sudah berubah jadi setampan ini sekarang! Berapa tahun kita nggak ketemu ya?" Pamannya menepuk pundak keponakannya yang sudah jauh lebih tinggi darinya."Paman, sehat?" Ronald yang sedang menggendong Mila membalas bertanya kabar."Ini anakmu? Ayo bawa masuk ke kamar. Helen sudah menyiapkan kamar sejak tadi..."Ronald masuk ke dalam rumah sementara kedua orang tuanya bersalaman dan berpelukan dengan Pamannya. Muncullah sosok gadis muda yang mengenakan pakaian rumahan dari kamar. "Kak, tidurkan dia di sini saja..." Helen membuka pintu kamar yang sepertinya adalah kamar untuk tamu yang berkunjung ke rumah.Thank God, kamar itu memiliki AC sehingga Rona
"Kalau kamu mau belajar berenang, sepertinya aku harus minta maaf karena hari ini belum bisa membantumu untuk belajar..." Kata Simon menolak permintaan Zara secara halus.Hari ini dia harus ke kantor dan menyelesaikan beberapa meeting. Seandainya saja Zara tidak datang ke rumah, tentulah dia sudah berangkat sejak tadi."Sayang sekali, padahal aku sudah mempersiapkan diri dengan membawa bikini two pieces untuk belajar berenang." Celotehnya sambil memegangi tanaman bonsai itu dengan ujung-ujung jarinya.Tampak jelas warna kukunya yang merah menyala, seakan menggodanya untuk memegang."Maafkan aku, Zara..." Simon tak punya pilihan selain menjadi sosok yang manis untuk saat ini.Adik iparnya rupanya sedang mengikuti mereka berdua dan tengah berdiri saja di dekat pintu pivot."Tidak masalah, Simon. Masih ada lain kesempatan untuk melakukannya..." Zara dengan lemah lembut menjawabnya.Melihat sikap Zara yang di mata Amanda seperti sedang dibuat-buat, Amanda menggelengkan kepalanya saat Simo
"Amanda, sebaiknya kamu selesaikan juga pekerjaan ini hari ini juga!" Titah sang manajer bagaikan petir di telinga Amanda yang sedang bersiap-siap untuk pulang. Jelas, dirinya merasa keberatan jika harus lembur lagi seperti kemarin. Terlebih, nanti malam, keluarga pria yang dijodohkannya akan datang. Bisa-bisa, ibunya mengamuk jika dia telat!"Tapi, hari ini kan hari Jumat, Bu. Saya harus pulang cepat," ucapnya pada akhirnya, "Selain itu, saya juga--""Kamu kan single, siapa yang nungguin di weekend begini?" potong manajernya tak mau tahu, "lebih baik, gunakan waktumu untuk segera menyelesaikan pekerjaanmu. Hitung-hitung nanti kamu bisa segera saya promosikan kamu naik jabatan!"Brak!Tanpa basa-basi, manajer itu pun meninggalkan Amanda dengan tumpukan file di meja. Adilkah ini? Semenjak masuk di perusahaan ini, Amanda selalu menjadi tumbal di divisinya. "Huh, ganti CEO rupanya nasibku tak berubah juga," ujarnya saat melihat deretan pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini.