“Wahh… waaahhh…. Aku ketinggalan nih!” celutuk seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan.“Brice?!” seru Bella senang.Austin hanya lihat sekilas adik sepupunya itu dan melanjutkan makan siangnya. Sedangkan Jennifer memicingkan matanya melihat ke arah Brice, pasalnya sudah lebih 1 bulan Brice tidak pernah berkunjung ke Apartmentnya.Dan tiba – tiba dia muncul di sini dengan begitu santai.“Hai kakak ipar…!!!” balas Brice tersenyum lebar dan maju ingin mengecup pipi Bella namun dengan cepat Austin berdiri dan menarik kerah leher pria itu.“Jangan coba – coba!” seru Austin yang langsung menaruh Brice untuk duduk di samping Jennifer.Brice mengeluh dan berdecak, “Ck! Apa salahnya menyapa Kak Bella seperti itu!”“Salah!!!” sahut Austin menatapnya tajam. Bella hanya menggelengkan kepalanya tertawa kecil.“Hai Jen, apa
Setelah menyelesaikan urusannya dengan Jennifer sesuai permintaan Austin, ia segera berjalan dengan langkah tegap menuju basement tempat mobilnya terparkir.Ia tersenyum puas melihat mobilnya yang memiliki auto pilot itu sudah terparkir dengan baik, setelah mendorong tombol di mobil mewah Aston Martin-nya, pintu mobil terbuka secara otomatis. Brice segera masuk dan menyalakan mesin, mempersiapkan diri untuk menyusul Agnes, sesuai janjinya untuk menjemput istrinya itu.Dengan tenang, Brice merogoh ponselnya dan menghubungi Agnes. Suara lembut istrinya terdengar, "Halo, sayang. Aku sekarang berada di The Duchess. Kamu jadi menyusulku di sini, sayang?"Brice tersenyum mendengar suara sang istri, "Tentu saja, sayang. Aku akan segera ke sana, see you there.”Brice melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, namun tetap terfokus pada jalanan. Tak lama kemudian, mobil mewah itu tiba di parkiran restoran. Brice bergegas keluar dan melangkah masuk, matanya segera tertuju pada sosok Agnes yang
Brice dan Agnes keluar dari rumah, berjalan beriringan menuju limusin yang sudah menunggu mereka. Gamma, asisten Brice, berdiri di samping pintu limusin dan segera menyapa mereka."Selamat malam, Tuan Brice, Nyonya Agnes," sapa Gamma dengan sopan. Ia memandang Agnes dan tersenyum kagum, "Nyonya, Anda terlihat sangat cantik malam ini."Agnes tersenyum dan mengucapkan terima kasih, "Terima kasih, Orlin." Ia kemudian melangkah naik ke dalam limusin.Sebelum masuk ke dalam mobil, Brice melihat ke arah Gamma dan berbisik, “Jangan sampai ada kesalahan!”Gamma mengangguk tegas, “Baik, Mr. B! Semua sudah berada di posisi masing-masing.”Brice mengangguk puas dan kemudian masuk ke dalam mobil, menyusul istrinya tercinta. Di dalam limusin, Brice duduk di samping Agnes dan meraih tangannya. Mereka saling menatap dengan penuh cinta. Brice mencuri ciuman dari bibir ranum Agnes, membuatnya tersenyum malu.“Kamu selalu membuatku jatuh cinta lagi dan lagi,” bisik Brice sambil tersenyum.Agnes tertawa
Brak !Suara dokumen yang di lempar di atas meja mengejutkan ke enam wanita seksi di depannya. Brice Harold memijit keningnya begitu usai membaca misi baru yang ia dapatkan dari klien.“Apa mereka sudah gila menyuruhku untuk menikah ?! Damn!” sungut Brice kesal, tak habis pikir klien tersebut menyuruhnya untuk menikah dalam menjalankan misi ini. Dan hal itu tidak dapat ia ajukan keberatan karena misi ini turun langsung dari bagian pemerintahan.“Mr. B, jadi apa yang harus kami lakukan?”Brice melihat satu per satu asistent bayangannya itu, mulai dari Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta, “Apa aku menikahi salah satu dari kalian saja? Lagi pula ini hanya untuk penyamaran ‘kan?”“Tidak bisa Mr. B. Itu terlalu beresiko,” tolak salah satu wanita yang berinisial Alpha.“Benar kata Alpha, meskipun kami membuat identitas palsu. Tidak menutup kemungkinan cepat atau lambat akan menimbulkan kecurigaan.” Imbuh Gamma menyetujui apa yang di katakan oleh Alpha.Brice mendengkus, “Hah! Ya sud
Seorang wanita cantik merasa begitu muak dan sesak berada di bawah tekanan kedua orang tuanya. Setiap bertemu, dirinya selalu ditanyai perihal pernikahan dan perjodohan.Namun semua pria yang ia temui tidak ada yang mengena di hatinya. Tidak ada seorang pun yang membuat hatinya tergerak. “Persetan dengan pria!” kesalnya. Merasa frustasi, wanita cantik itu membuka lemari dan mencari gaun malam nya yang seksi dan begitu indah dengan kilauan payet memperlihatkan kemewahan gaun tersebut.Dia mengambil ponselnya dan menghubungi satu – satunya sahabat yang bisa membantunya menghilangkan stress malam ini. Begitu panggilan tersambung, terdengar sapaan dari seberang sana. “Ya Agnes? Ada apa?”“Pokoknya malam ini kamu harus hibur aku! Aku mau minum banyak malam ini di klub!” seru Agnes kepada sahabatnya itu.“What?! Seorang Agnes Quinza Eloise mau pergi ke klub?” timpal Rosa tidak percaya mendengar pemintaan sahabatnya itu.“Yes, aku serius Rosa, kita ketemu satu jam lagi di klub AIR,”“Hahaha!
Sorot mata pria di depannya ini sungguh membuat dirinya bergidik dan terhipnotis. Agnes bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya. Wanita cantik itu bahkan memaki, menyalahkan alkohol, “Alkohol sialan!” umpatnya dalam hati. Mungkin kalau dia tidak di bawah pengaruh alkohol, dia bisa menghindari pesona dari pria di depannya ini, pikirnya.Dan sekarang pikirannya sudah tidak bisa lagi untuk mengelak, “Jadi, apa aku harus menerima tawaran anda , Tuan?” Agnes bertanya dengan suara lembut nan begitu menggoda, bahkan senyumannya terlihat begitu menawan.Pria berhazel biru itu tersenyum tipis nan seksi, kemudian dia berbisik dengan suara beratnya tepat di telinga Agnes. Bahkan bibirnya dengan sengaja menyentuh telinga Agnes, “Aku akan senang jika kamu menerimanya. Aku ingin berdansa dengan wanita secantik dirimu. Dan, aku yakin kamu menginginkan hal yang sama denganku.”Agnes merasakan geli di telinganya begitu nafas hangat pria itu menyapu tipis, membuatnya tersenyum dengan menggoda, nyari
Rosa yang baru selesai berdansa dan saling bercumbu dengan pria bernama George di lorong klub, memutuskan untuk kembali. Cukup lama dia meninggalkan Agnes sendirian.Begitu dia mendekat di meja bartender, dia terkejut tidak mendapati sosok Agnes di mana pun.“Shit! Aku terlalu lama meninggalkannya!” umpat Rosa yang lalu berlari kecil ke bartender untuk memastikan keberadaan Agnes.George yang bingung pun ikut menyusul Rosa, “Hey, ada apa Rosa?” tanyanya bingung.“Temanku tidak ada, padahal tadi dia duduk di sini,” jawab Rosa, khawatir.Rosa yang panik pun memanggil bartender, “Hai, apa kamu melihat wanita yang duduk di sini?” tanyanya pada sang bartender.Sang bartender mengerutkan keningnya, mengingat wanita yang duduk di sini. “Ah, wanita cantik yang tadi duduk dengan anda?”Rosa dengan cepat mengangguk, “Benar, apa kamu melihatnya? Dia sahabatku.”Sang bartender pun tersenyum. “Nona tidak perlu khawatir, sepertinya teman anda mendapatkan teman kencan.”Rosa yang mendengarnya terke
Agnes menautkan tangannya di leher Brice, membalas lumatan Brice dengan begitu liar dan intim. Mereka berciuman dengan begitu panas, hingga suara decapan dan desisan terdengar begitu jelas. Alkohol benar – benar membuat Agnes lepas kendali, dia tidak bisa lagi menahan diri dan melepas semua batasan pada dirinya.Brice melepaskan pagutannya, bahkan sampai Agnes mengangkat kepalanya tidak rela saat Brice berhenti menciuminya. Namun itu hanya sesaat karena kini Agnes mendongakkan lehernya di saat ciuman Brice turun mencecap lehernya yang jenjang.“Ahhh Brice… Euhmmm…”Lengkingan Agnes lolos saat merasakan Brice menghisap lehernya hingga meninggalkan jejak kemerahan. Agnes menutup matanya merasakan ciuman Brice semakin turun ke bawah, sensasi geli dan kenikmatan luar biasa membuat tubuhnya meremang.Kini Brice turun mengulum bongkahan ranum milik Agnes, menghisap dan memainkannya menggunakan lidahnya. Tubuh Agnes bagai tersengat listrik, semua sendi – sendi di tubuhnya meremang karena se