Beranda / Romansa / Pesona Istri yang Dikhianati / Menuruti saran dari Kaisar

Share

Menuruti saran dari Kaisar

Penulis: Queen Mikayla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 05:30:17

Dini hari, saat suasana rumah mulai sepi, Aluna mengeluarkan setumpuk berkas yang sempat ia sembunyikan. Ia duduk di atas ranjang, lalu membuka berkas-berkas tersebut. Aluna menatap lembar demi lembar dokumen tersebut dengan hati-hati, mencoba menyerap setiap informasi.

Aluna menyambungkan video call dengan Kaisar, berharap bisa mendapatkan penjelasan dari pria itu terkait beberapa detail yang tidak ia pahami.

“Halo, Aluna,” sapa Kaisar.

“Halo, Kaisar. Maaf ganggu malammu, tapi ada beberapa hal yang ingin kutanyakan,” jawab Aluna sambil tersenyum.

“Tidak apa-apa, Aluna. Katakan saja.” Kaisar membalas senyum Aluna, merasa kagum akan semangatnya yang tak kenal waktu. “Bagian mana yang kamu tidak mengerti?”

Aluna membuka lembar laporan keuangan yang ada di tangannya. “Aku lihat di sini, pendapatan perusahaan Chandra meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir, tapi ada catatan tentang hutang jangka panjang yang belum diselesaikan. Menurutmu, kenapa perusahaan sebesar Chandra masih mempertahankan hutang?”

Kaisar tertawa kecil, mengagumi kecerdasan Aluna yang langsung menyasar inti masalah. “Sebuah perusahaan besar kadang sengaja mempertahankan hutang untuk menjaga arus kas tetap stabil. Dengan begitu, kita bisa melakukan ekspansi tanpa mengurangi likuiditas.”

“Oh gitu. Ada beberapa istilah finansial di sini belum terlalu kupahami.”

“Katakan saja, Aluna. Aku bisa membantu menjelaskannya,” kata Kaisar, matanya tak lepas dari layar, memperhatikan Aluna yang terlihat serius.

Aluna terus menanyakan hal-hal yang tidak ia pahami. Dan Kaisar dengan sabar menjelaskan sambil memperhatikan ekspresi Aluna yang tampak serius mendengarkan.

Aluna mengangguk, mengerti.

Kaisar tersenyum tipis, terpana melihat Aluna yang begitu bersemangat.

“Jadi begitu,” gumam Aluna, lalu menatap Kaisar. “Terima kasih, Kaisar, atas penjelasannya.”

“Ini adalah tugasku, Aluna,” ucap Kaisar dengan hangat, membuat Aluna terkejut sejenak.

"Kalau begitu, aku tutup ya video call-nya. Sudah malam juga," kata Aluna setelah hening beberapa saat.

"Oke. Tapi, Aluna, aku masih berharap kamu.... "

"Apa?"

"Enggak jadi! Ya sudah, selamat malam, selamat beristirahat."

Aluna tersenyum kemudian menutup video call-nya.

***

Pukul 04:05,

Aluna sudah bangun dan bersiap. Kali ini ia tidak mau direpotkan oleh tugas-tugas rumah tangga. Mengingat kondisinya yang sedang hamil dan lelah dengan semua drama di rumah, ia memutuskan untuk mengikuti saran Kaisar kala itu, memanggil pembantu bayaran yang akan membantunya mengurus rumah.

Pintu rumah diketuk pelan. Aluna segera membuka dan menemukan dua wanita dengan senyum ramah di ambang pintu.

"Selamat pagi, Nona Aluna," sapa salah satu dari mereka.

"Pagi juga. Silakan masuk, ya," jawab Aluna sambil mempersilakan mereka. "Kalian bisa mulai dari dapur dan ruang tamu. Saya sudah siapkan bahan-bahannya."

Para pembantu itu mengangguk dan langsung bekerja sesuai instruksi Aluna. Salah seorang dari mereka mulai membersihkan ruang tamu, sementara yang lainnya memasak untuk sarapan.

Setelah memastikan mereka bekerja dengan baik, Aluna duduk santai di ruang makan, menikmati potongan buah segar yang baru ia keluarkan dari kulkas. Buah-buahan selalu jadi makanan favoritnya sejak ia hamil.

Aluna tersenyum sendiri sambil memakan potongan apel. "Akhirnya bisa duduk tenang tanpa teriakan dari siapa pun."

Sambil menikmati buah-buahannya, Aluna berpikir tentang betapa berbeda rasanya ketika memiliki kendali penuh atas hidupnya, meskipun hanya sesaat. Tanpa disadari, senyum kecil terulas di wajahnya.

Satu jam berlalu, dan semua tugas rumah selesai tanpa suara gaduh. Aluna melihat hasil kerja mereka dengan puas, lalu mengambil amplop yang sudah ia siapkan untuk membayar para pembantu.

“Ini untuk kalian, sebagai upah hari ini,” ujar Aluna sambil menyerahkan amplop itu pada kedua wanita tersebut.

“Oh, terima kasih banyak, Nona Aluna,” salah seorang dari mereka tersenyum senang.

Ketika mereka berpamitan, Aluna merasa lega. Semua sudah beres sebelum suami, madu, dan ibu mertuanya bangun.

Sesaat kemudian, suara langkah berat terdengar dari arah tangga. Ternyata, ibu mertuanya sudah bangun dan berjalan ke arahnya.

“Aluna, apa kamu sudah menyiapkan sarapan?” tanya Kania sinis.

Aluna tersenyum tipis. “Sudah, Mom. Sarapan sudah siap di meja.”

Sang ibu mertua melirik meja makan, tampak terkejut melihat hidangan yang sudah tersaji rapi. “Kok bisa sudah siap secepat ini? Mana rumah udah rapi,” ucap Kania dalam hati sambil menatap Aluna dengan tatapan curiga.

Segera Aluna bergegas ke lantai atas mengindari tatapan ibu mertuanya yang menyeramkan,

"Akh, Sayang, lebih cepat, uummm.... "

Seketika, Aluna menghentikan langkahnya sejenak di depan kamar utama, mendengar suara desah Veronica yang jelas terdengar dari balik pintu. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri agar tidak terbawa suasana.

Aluna tersenyum tipis. Dulu, ketika Betran sering memanjakannya, segala sentuhan dan kata-katanya terasa hangat dan tulus. Namun, seiring waktu, semua itu berubah.

Ia menggeleng pelan, mengusir bayangan-bayangan yang tidak ingin ia ingat lagi. "Itu masa lalu, Aluna. Lupakan," gumamnya pada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan hatinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Kamu bukan pelakor, Aluna

    Beberapa hari kemudian. Setelah melalui proses hukum yang panjang, akhirnya hari itu tiba. Di kantor polisi, seorang petugas dengan wajah serius membuka berkas di tangannya, menatap pria yang duduk di depannya."Pak Betran," ujar petugas itu, "setelah mempertimbangkan semua bukti dan kesaksian, kami memutuskan untuk membebaskan Anda. Anda sekarang resmi bebas."Betran menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. Ia menatap petugas itu dengan mata berkaca-kaca."Terima kasih, Pak," suaranya bergetar. "Saya benar-benar tidak menyangka akan bebas secepat ini."Di luar kantor polisi, Maria, ibu Betran, sudah menunggu dengan cemas. Begitu melihat putranya melangkah keluar, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. Ia berlari kecil menghampiri Betran dan memeluknya erat."Anakku, syukurlah kau bebas," isaknya. "Aku tak henti berdoa untukmu."Betran membalas pelukan ibunya dengan hangat."Semua berkat Aluna," ucapnya pelan. "Tanpa bantuan Aluna, mungkin aku masih ter

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 118

    Aluna melangkah masuk ke ruang kerjanya dengan tenang, meskipun hatinya masih sedikit panas setelah insiden dengan Ratu di parkiran tadi. Ia menghela napas pelan, mencoba mengembalikan fokusnya pada pekerjaan. Begitu ia duduk di kursinya, asistennya, Hanna, segera masuk dengan membawa tablet di tangannya. "Nyonya Aluna, sesuai jadwal, pukul sepuluh pagi nanti ada pertemuan dengan klien dari Korea Utara," lapor Hansen. "Mereka ingin menawarkan kerja sama bisnis di bidang ekspor bahan baku tekstil. Saya sudah mengatur tempat pertemuan di ruang konferensi lantai tujuh." Aluna mengangguk. "Baik, pastikan semua dokumen yang diperlukan sudah siap. Aku ingin tahu lebih detail mengenai proposal mereka sebelum pertemuan dimulai." "Saya akan segera mengirimkan berkasnya ke email Anda," kata Hansen. "Terima kasih, Hansen. Itu saja?" "Satu lagi, Nyonya," lanjut Hansen. "Saya ingin memastikan apakah Anda akan menghadiri makan siang dengan investor lokal nanti?" Aluna berpikir sejenak

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 118

    Aluna baru saja hendak membuka pintu mobil saat suara seseorang memanggilnya dari belakang. "Aluna! Tunggu!" Ia menoleh dan melihat seorang wanita tua berlari kecil ke arahnya. Kania, mantan ibu mertuanya. Wajahnya tampak lelah, ada guratan cemas di sana. Aluna menghela napas. Ia sudah bisa menebak tujuan wanita itu datang menemuinya lagi. "Tolong, Aluna..." suara Kania bergetar, matanya berkaca-kaca. "Aku mohon, bebaskan Betran... Aku tahu dia salah, aku tahu dia pantas dihukum, tapi dia tetap manusia. Dia tetap ayah dari Alva..." Aluna menegang. Ia menggenggam pegangan pintu mobil erat-erat, mencoba menahan gejolak dalam dirinya. "Kania, sudah kubilang berkali-kali, aku tidak bisa begitu saja membebaskan dia. Ini masalah hukum, bukan masalah pribadi," ujar Aluna setenang mungkin. Kania terisak. "Aku mohon, Aluna... Aku sudah tua, aku tidak sanggup melihat anakku menderita seperti ini. Dia sudah menerima kesalahannya, dia menyesal. Tolonglah, Aluna..." Aluna menatap K

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 117

    Aluna berjalan menuju kamarnya dengan perasaan yang sangat sulit ia jelaskan. Senyum kecil tak bisa ia tahan saat mengingat bagaimana Kaisar tadi mencium dan memeluknya. Rasanya begitu nyata, begitu hangat, seakan waktu tak pernah memisahkan mereka. Namun, lamunannya buyar ketika suara tangisan Baby Alva terdengar. Dengan cepat, ia mendekati ranjang bayi dan mengangkatnya ke dalam pelukannya. "Alva sayang, kenapa rewelnya?" gumam Aluna sambil mengayun-ayun pelan tubuh kecil itu. Baby Alva masih merengek, tangannya yang mungil menarik baju tidur Aluna, seolah meminta lebih banyak perhatian. "Kamu mau ditimang-timang, ya?" tanya Aluna lembut. Senyum Aluna semakin mengembang saat melihat mata kecil Alva mulai terpejam dalam gendongannya. Tapi di sisi lain, pikirannya kembali teringat pada Kaisar. Ucapannya, sentuhannya, tatapan penuh kerinduan itu. Di tempat lain, Kaisar baru saja sampai di rumah. Langkahnya santai, seolah tak peduli dengan siapa yang mungkin sedang menunggun

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 116

    Tok! Tok! Tok!Aluna yang sedang duduk di tepi ranjang langsung menoleh ke arah pintu. "Nona, ada tamu," suara pelayan terdengar dari luar. "Siapa?" tanyanya sambil bangkit. "Tuan Kaisar, Nona," jawab pelayan dengan nada hati-hati. Aluna terdiam sejenak. Rasanya tak percaya Kaisar datang ke sini, ke mansionnya, setelah semua yang terjadi. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan perasaannya sebelum akhirnya melangkah keluar dari kamar. Saat sampai di ruang tamu, sosok Kaisar sudah berdiri di sana. Pria itu mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung, tampak santai tapi tetap berwibawa. Tatapannya langsung tertuju pada Aluna begitu ia muncul. "Aluna," panggil Kaisar pelan. Aluna tidak langsung menjawab. Ia hanya berdiri di dekat tangga, menjaga jarak. Kaisar tersenyum kecil, lalu melangkah mendekat. "Aku datang untuk berterima kasih." Aluna mengangkat alis. "Untuk apa?" "Untuk semuanya," ujar Kaisar. "Untuk mengurus Amartha selama aku tidak ada, untuk tetap me

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 115

    Beberapa bulan kemudian. Aluna duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop yang menampilkan berita terbaru. Hampir semua portal bisnis dan ekonomi membahas satu hal yang sama—kembalinya Kaisar Amartha sebagai pemimpin perusahaan Amartha. Tak hanya itu, ada juga berita yang membahas kehidupan pribadinya, terutama soal pernikahannya dengan Ratu. Beberapa foto tersebar di media—Ratu dengan perut yang mulai membesar, Kaisar yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi dingin, dan wawancara singkat tentang bagaimana mereka akan membangun masa depan bersama. Aluna tersenyum miris. "Jadi ini akhirnya," gumamnya pelan. Ia tidak terkejut. Sejak awal, ia tahu Kaisar akan kembali ke posisinya. Yang membuatnya sedikit tercekat adalah kenyataan bahwa dunia melihat Kaisar dan Ratu sebagai pasangan yang sempurna, sementara dirinya hanya seorang mantan yang harus puas menyaksikan dari jauh. Pintu ruangannya tiba-tiba diketuk. "Nona Aluna," suara Hansen terdengar dari balik pintu. "Masuk

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 114

    Aluna turun dari mobil dengan wajah lelah. Hari ini benar-benar panjang, ditambah pikirannya masih kacau setelah berbicara dengan Kaisar. Begitu melangkah masuk ke dalam mansion, ia langsung disambut oleh babysitter yang terlihat panik. "Nyonya Aluna, Baby Alva rewel sejak tadi. Susah makan, susah minum susu juga," ujar babysitter itu cemas. Aluna mengerutkan kening. "Kenapa? Apa dia demam?" Babysitter menggeleng. "Tidak demam, tapi terus menangis. Saya sudah mencoba berbagai cara, tapi tetap saja dia menolak makan." Tanpa menunggu lebih lama, Aluna segera menuju kamar Baby Alva. Sesampainya di sana, ia melihat putranya yang masih terisak di tempat tidur. Wajahnya tampak lelah, matanya sembab karena menangis. "Sayang, Mama di sini," ujar Aluna lembut, segera mengangkat tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Baby Alva mengusap matanya dengan tangan mungilnya, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Aluna. "Ada apa, hm?" Aluna membelai rambutnya pelan. "Kenapa tidak mau maka

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 113

    Aluna mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum membuka topik yang sejak tadi mengganggu pikirannya. “Kaisar, sebenarnya ada hal lain yang ingin aku bicarakan,” ujar Aluna dengan nada serius. Kaisar mengangkat alis, memusatkan perhatiannya pada Aluna. “Apa itu, Aluna?” “Perusahaanku, Chandra Grup, sedang dalam masalah.” Aluna menyerahkan laporan yang sudah ia siapkan di dalam tasnya. “Ada penurunan signifikan dalam pasar penjualan kita. Setelah diselidiki, ada kejanggalan. Tampaknya seseorang mencoba merusak reputasi perusahaan dari dalam.” Kaisar membuka laporan itu, membaca dengan seksama. Wajahnya berubah serius. “Ini bukan sekadar kejatuhan pasar biasa. Tampaknya ada sabotase.” “Itulah yang aku khawatirkan,” Aluna mengangguk. “Aku sudah meminta tim investigasi internal, tapi hasilnya nihil. Sepertinya mereka yang terlibat sangat pandai menutupi jejak.” Kaisar menatapnya dalam. “Aku akan mencoba membantu menyelidiki. Mungkin dari sisi lain, kita bisa me

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 112

    Aluna duduk di kursi kerjanya dengan wajah tegang. Sudah seminggu berlalu sejak terakhir kali ia mencoba menemui Kaisar di rumah sakit, namun selalu gagal. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan, tapi tetap saja bayangan Kaisar terus muncul di kepalanya. "Asisten," panggil Aluna dengan suara tegas. Seorang wanita muda bernama Siska segera masuk ke dalam ruangannya, membawa setumpuk dokumen.Ya, sudah tiga hari ini Aluna mengganti asistennya. Asisten sebelumnya sedang cuti beberapa bulan, tugasnya ia serahkan pada Siska, sepupunya. "Ada perkembangan dari laporan yang aku minta?" tanya Aluna, menyandarkan punggungnya ke kursi. Siska mengangguk, meletakkan beberapa lembar kertas di meja. "Setelah saya dan tim melakukan penyelidikan, kami menemukan adanya kejanggalan dalam pasar." Aluna mengambil laporan itu dan mulai membacanya dengan seksama. Dahinya mengernyit. "Penjualan turun drastis di beberapa wilayah utama, terutama yang sebelumnya menjadi pasar terbesar kita

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status