Pesona Istri yang Dikhianati

Pesona Istri yang Dikhianati

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Oleh:  Queen MikaylaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
120Bab
3.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Aluna Aurelie Chandra awalnya setuju bercerai dengan sang suami. Namun sial, Aluna mendapati dirinya hamil di tengah proses perpisahan. Wanita itu pun terpaksa memasang topeng kesabaran demi melindungi anak yang dikandungnya sembari merencanakan sesuatu yang tak pernah diduga oleh siapa pun. Berhasilkan Aluna membalaskan dendamnya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kita Bercerai!

"Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini lagi."

Aluna yang tengah duduk di sofa, sontak mendongak—menatap suaminya tak percaya. "Apa maksudmu, Mas? Kamu bercanda, kan?"

"Aku serius, Luna. Aku mencintai wanita lain. Aku ingin kita bercerai!"

Kata-kata itu terucap begitu saja, menusuk jantung Aluna seperti belati. Rasanya seperti angin kencang menghantam wajahnya.

Selama ini, dia berjuang untuk mempertahankan pernikahannya, berpura-pura tidak mendengar bisikan tentang hubungan gelap suaminya. Namun, mendengarnya langsung dari mulut Betran membuat semuanya menjadi lebih nyata, tentu saja ini lebih menyakitkan.

"Siapa wanita itu, Mas?" tanya Aluna, menguatkan diri.

"Tentu kamu mengenalnya. Dia adalah Veronica," suara dingin dan tajam ibu mertuanya, Kania, tiba-tiba menyahut dari balik pintu.

"Veronica?" ulang Aluna terkesiap.

Bagaimana bisa suaminya berhubungan dengan wanita yang selama ini sudah Aluna anggap sebagai sahabatnya?

"Ya, Betran dan Vero sudah menjalin hubungan ini selama 6 bulan. Dia berasal dari keluarga terpandang yang lebih pantas untuk putraku dibandingkan gembel sepertimu!" ujar Kania tanpa ragu.

Aluna tertawa pahit. Memang benar, ia tak sekaya atau semenarik Veronica. Tapi selama menikah, Aluna tak pernah diberi kesempatan untuk bekerja, bahkan untuk sekadar memperbaiki penampilannya sendiri. Semua yang ia terima dari Betran hanyalah nafkah kecil, nyaris tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Wanita itu menunduk, menatap meja yang mulai buram di matanya karena air mata yang telah menggenang.

Namun, ucapkan ibu mertuanya kembali menusuk, "Akhirnya, putraku tersadar dari kebodohannya selama ini! Veronica bahkan telah memberikan sesuatu yang tidak bisa kamu berikan! Dia sekarang tengah hamil. Sedangkan kamu? Sudah hampir tiga tahun, tapi kamu belum juga hamil."

Deg!

Aluna kembali mendongak. "Apa maksudmu, Mas? Dia hamil?"

"Ya, Aluna, Veronica hamil. Tentu saja dia mengandung anakku," jawab Betran tanpa memikirkan perasaan Aluna.

Tubuh Aluna terasa lemah tak berdaya. "Tega kamu, Mas! Mengapa kamu tega mengkhianati aku? Salah aku apa, Mas? Apa?" Teriak Aluna sambil memukul-mukul dada bidang Betran.

Betran mencengkram kedua pergelangan tangan Aluna, "Sudahlah, Luna! Jangan mempersulit keadaan." Betran akhirnya angkat bicara dengan dingin, "Aku ingin kita segera bercerai agar aku bisa menikahi Veronica. Kamu tenang saja, kamu akan mendapatkan kompensasi yang layak dariku. Jadi kamu tidak akan menjadi gembel meski bercerai denganku."

Mendengar itu, Aluna tertawa kehilangan akal. "Kamu benar-benar tidak punya hati. Kamu lupa? Kalau bukan karenaku, mungkin.... "

"Oh kamu sudah mulai perhitungan, Aluna? Baik, aku akan kembalikan semuanya. Itu kan mau kamu?"

Aluna tersenyum tipis, Ia geleng-geleng kepala. Apakah pernikahannya selama tiga tahun hanya dihargai dengan kompensasi finansial? Dan ketika Ia mengingatkan pengorbanannya, Betran sudah menuduh bahwa Aluna mulai perhitungan.

"Heh, Luna! Harusnya kamu bersyukur karena putraku masih sudi memberikan kompensasi," ujar Kania dengan nada menghina. "Dan dia mau menggantinya."

Namun, ketika Aluna hendak memprotes, tiba-tiba pandangannya berkunang-kunang. "Mengapa kepalaku terasa pusing?" bisiknya pelan. Dunia di sekelilingnya mulai berputar, dan perutnya pun terasa mual tak tertahankan.

Aluna memegang pinggir meja, berusaha menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Lihat, Betran, istrimu lagi drama," kata Kania sinis.

Aluna tak habis pikir. Di saat tubuhnya benar-benar melemah, ibu mertuanya masih sempat mengejeknya. Ia melihat Betran dan Kania yang menatapnya dingin, tak peduli, hingga akhirnya gelap menyelimuti pandangannya. Tubuhnya ambruk ke lantai dengan suara keras.

"Betran, Aluna pingsan!" ujar Kania, panik.

"Paling juga cuma drama! Biarkan saja." Betran malah melangkah menuju ke lantai atas, diikuti oleh Kania, meninggalkan Aluna yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

Beberapa saat kemudian, Siti, asisten rumah tangga mereka, pulang dari pasar dan tercengang saat melihat Aluna terbaring di lantai.

"Ya Tuhan, Nona..." Teriak Siti sambil menghampiri tubuh Aluna yang tergeletak.

***

Di rumah sakit, Aluna terbangun di atas tempat tidur dengan infus menempel di tangannya. Alih-alih melihat Betran atau ibu mertuanya, yang menemaninya justru hanya Siti, yang berdiri di samping tempat tidur dengan wajah cemas.

"Nona Aluna, syukurlah Nona sudah sadar. Saya khawatir sekali," kata Siti, mengusap matanya yang berkaca-kaca.

Aluna mengerjap beberapa kali, mencoba mengingat apa yang terjadi. "Aku... pingsan?"

"Iya, Non. Nona tadi tiba-tiba pingsan di rumah. Saya langsung bawa Nona ke rumah sakit," jawab Siti sambil memegang tangan Aluna dengan penuh perhatian.

Tak lama kemudian, seorang dokter masuk ke kamar. Pria paruh baya itu tersenyum ramah pada Aluna. "Selamat malam, Nona Aluna. Bagaimana keadaan Anda sekarang?"

Aluna mengangguk lemah. "Sedikit lebih baik, Dokter. Apa yang terjadi padaku?"

Dokter itu menatap Aluna dengan senyuman hangat sebelum menjawab, "Selamat, Anda positif hamil, Nona Aluna. Penantian Anda dan suami akhirnya berhasil."

"Hamil?" Aluna mengulangi kata itu dengan suara bergetar.

Bukannya bahagia, Aluna justru berharap pendengarannya salah. Jika ini terjadi sebelum Betran mengajukan perceraian, tentu ia akan sangat bahagia. Penantian mereka akan buah hati selama tiga tahun akhirnya tercapai, tetapi semuanya kini terasa hambar.

"Benar, usia kehamilan Anda sudah sekitar 6 minggu. Itu sebabnya Anda mungkin merasa lemah dan pusing belakangan ini," dokter itu menjelaskan dengan nada lembut, menyadari ekspresi kosong di wajah Aluna. "Saya tahu ini mungkin mengejutkan bagi Anda, Nona, tapi Anda harus menjaga kesehatan Anda dan bayi Anda. Jangan terlalu stres, dan pastikan untuk istirahat yang cukup."

Aluna tersenyum tipis, berusaha keras menelan kenyataan pahit ini. "Baik. Terima kasih, Dokter."

Setelahnya, Aluna duduk diam di ruangan rumah sakit, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Tangannya terulur menyentuh perutnya yang masih datar, sambil berbisik pelan, "Aku hamil..." Aluna tidak menyangka, ternyata ada kehidupan baru yang mulai tumbuh dalam dirinya.

Namun, bayangan Betran dan Veronica kembali menghantui pikirannya. Apakah kehamilan ini bisa menjadi kekuatan untuk dirinya mempertahankan pernikahannya dengan suaminya? Atau akankah dia harus mundur?

Aluna akhirnya berdiri, berjalan menuju jendela kamar rumah sakit, melihat ke luar sambil memikirkan masa depannya. Ada rasa sakit yang menggumpal, namun di saat bersamaan ia merasa ada sebuah ikatan tak terputus dengan bayi yang tengah tumbuh di dalam rahimnya.

"Aku tidak bisa mundur. Aku harus bertahan demi bayi ini," pikirnya tegas. Ia berkata di dalam hati.

Bagaimana pun, anak ini adalah darah daging Betran yang selama ini ia nanti-nantikan. Cucu untuk sang ibu mertua.

Namun, Aluna tetap merasa dilema, bagaimana mungkin ia bertahan di tengah pengkhianatan yang menyakitkan?

Aluna menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mata. Dengan suara pelan, dia berbisik, "Tuhan... aku bingung. Apa yang harus aku lakukan? Tetap bertahan atau...? Aku benar-benar bingung!" Aluna mengusap wajahnya kasar.

Rasanya seluruh dunianya berguncang. Tapi dalam kepedihan, dia tahu ada harapan baru dalam hidupnya. Harapan yang memberi alasan untuk terus bertahan, meski hanya demi bayi yang kini bersemayam di rahimnya. Aluna tidak mau anaknya lahir tanpa seorang ayah

"Tapi... bagaimana mungkin? Apakah aku akan kuat bertahan? Tuhan... beri aku petunjuk." Aluna terus bergumam di dalam hati.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
120 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status